itu  memang  diperlukan  kreativitas ‚ penuh imajinasi. Jadi dalam hal
ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri. c.
Self-enhancement Melalui  aktualisasi  diri  dan  pengembangan  kompetensi  akan
meningkatkan kemajuan diri seseorang.
13
2.  Jenis motivasi menurut pembagian dari Woordworth dan Marquis a.  Motif atau kebutuhan organis.
b.  Motif-motif darurat. c.  Motif-motif objektif.
3.  Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua
jenis yaitu motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi Jasmani terdiri  dari:  refleks
‚  insting  otomatis  dan  nafsu.  Sedangkan  yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.
4.  Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik a.  Motivasi Intrinsik Intrinsic Motivation
Yaitu  motif-motif  yang  menjadi  aktif  atau  berfungsinya  tidak  perlu dirangsang  dari  luar
‚  karena  dari  diri  individu  sudah  ada  dorongan untuk melakukan sesuatu.
b.  Motivasi Ekstrinsik Extrinsic Motivation Motivasi  Ekstrinsik  adalah  motif-motif  yang  aktif  dan  berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar.
14
d. Bentuk-bentuk Motivasi
Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik intristik maupun  ekstrinsik  sangat  diperlukan.  Dengan  motivasi
‚  pelajar  dapat mengembangkan  aktivitas  dan  inisiatif
‚  dapat  mengarahkan  dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
13
Sardiman‚ op. cit.‚hal. 87
14
Sardiman‚ op. cit.‚hal. 89-90
Ada  beberapa  bentuk  dan  cara  untuk  menumbuhkan  motivasi dalam kegiatan belajar disekolah
‚ menurut Sardiman sebagai berikut: 1.  Memberi angka
Angka  dalam  hal  ini  sebagai  simbol  dari  nilai  kegiatan belajarnya.Banyak  siswa  belajar
‚  yang  utama  justru  untuk  mencapai angkanilai yang baik.
2.  Hadiah Hadiah  dapat  juga  dikatakan  sebagai  motivasi
‚  tetapi  tidaklah selalu  demikian.  Karena  hadiah  untuk  suatu  pekerjaan
‚  mungkin  tidak akan  menarik  bagi  seseorang  yang  tidak  senang  dan  tidak  berbakat
untuk suatu pekerjaan tersebut.
3.  Saingankompetesi Saingan  atau  kompetisi  dapat  digunakan  sebagai  alat  motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan ‚ baik persaingan individual
maupun  persaingan  kelompok  dapat  meningkatkan  prestasi  belajar siswa.
4. Ego-involvement
Menumbuhkan  kesadaran  kepada  siswa  agar  merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja
keras  dengan  mempertaruhkan  harga  diri ‚  adalah  sebagai  salah  satu
bentuk  motivasi  yang  cukup penting. Seseorang  akan berusaha dengan segenap  tenaga  untuk  mencapai  prestasi  yang  baik  dengan  menjaga
harga dirinya.
5.  Memberi ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada
ulangan.  Oleh  karena  itu ‚ memberi ulangan ini juga merupakan sarana
motivasi.Tetapi  yang  harus  diingat  oleh  guru ‚  adalah  jangan  terlalu
sering  karena  bisa  membosankan  dan  bersifat  rutinitas.  Dalam  hal  ini guru  harus  juga  terbuka
‚  maksudnya  kalau  akan  ulangan  harus diberitahukan kepada siswanya.
6.  Mengetahui hasil Dengan  mengetahui  hasil  pekerjaan
‚  apalagi  kalau  terjadi kemajuan
‚akan  mendorong  siswa  untuk  lebih  giat  belajar.  Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat
‚ maka ada motivasi pada  diri  siswa  untuk  harus  belajar
‚  dengan  harapan  hasilnya  terus meningkat.
7.  Pujian Apabila  ada  siswa  yang  sukses  yang  berhasil  menyelesaikan
tugas  dengan  baik ‚  perlu  berikan  pujian.  Pujian  ini  adalah  bentuk
reinforcement  yang  positif  dan  sekaligus  merupakan  motivasi  yang baik.
8.  Hukuman Hukuman  sebagai  reinforcement  yang  negative  tetapi  kalau
diberikan  secara  tepat  dan  bijak  bisa  menjadi  alat  motivasi.Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9.  Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar
‚ berarti ada unsur kesengajaan‚ ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan segala sesuatu
kegiatan  yang  tanpa  maksud.  Hasrat  untuk  belajar  berarti  pada  diri anak  didik  itu  memang  ada  motivasi  untuk  belajar
‚  sehingga  sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10.  Minat Di  depan  sudah  diuraikan  bahwa  soal  motivasi  sangat  erat
dengan    unsur  minat.  Motivasi  muncul  karena  ada  kebutuhan ‚ begitu
juga  minat  sehingga  tepatlah  kalau  minat  merupakan  alat  motivasi yang  pokok.  Proses  belajar  itu  akan  berjalan  lancar  kalau  disertai
dengan  minat.  Mengenai  minat  ini  antara  lain  dapat  dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.  Membangkitkan adanya suatu kebutuhan. b.  Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c.  Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. d.  Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
11.  Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa
‚ akan merupakan  alat  motivasi  yang  sangat  penting.  Sebab  dengan
memahami  tujuan  yang  harus  dicapai ‚  karena  dirasa  sangat  berguna
dan menguntungkan ‚ maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
15
Motivasi  selalu  mempunyai  tujuan ‚  jika  tujuan  berarti  bagi
siswa ‚  akan  berusaha  untuk  mencapainya.  Tujuan  yang  menarik
merupakan motivasi yang terbaik.
15
Sardiman‚ op. cit.‚hal. 92-95
e. Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan  atau  menggugah  seseorang  agar  timbul  keinginan  dan
kemampuannya  untuk  melakukan  sesuatu  sehingga  dapat  memperoleh hasil atau mecapai tujuan tertentu.
16
f. Motivasi Belajar
Motivasi  belajar  adalah  kondisi  psikologis  yang  mendorong seseorang  untuk  belajar.
17
Menurut  Hamzah  B.  Uno  hakekat  Motivasi belajar  adalah  dorongan  internal  dan  eksternal  pada  siswa-siswa  yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku ‚ pada umumnya
dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
18
g. Indikator Motivasi
Indikator  motivasi  belajar  menurut  Hamzah  B.  Uno  dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.  Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2.  Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3.  Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4.  Adanya penghargaan dalam belajar
5.  Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6.  Adanya lingkungan belajar yang kondusif.
19
Dalam  perilaku  belajar  terdapat  motivasi  belajar.  Penguatan motivasi-motivasi  belajar  tersebut  ditangan  para  gurupendidik  dan
anggota masyarakat lain.
20
h. Teori-teori Motivasi
Elliot ‚  dkk.  1986  mengemukakan  empat  teori  motivasi‚  yaitu:
teori  hierarki kebutuhan  Maslow ‚ Teori Kognitif Bruner‚ teori Kebutuhan
Berprestasi ‚ dan teori Atribusi.
16
Ngalim Purwanto, Loc. Cit.
17
Nyanyu Khodijah‚ Op. Cit.‚hal. 151
18
Hamzah B. Uno‚ Op. Cit.‚hal. 23
19
Hamzah B. Uno‚Op. Cit.‚
20
Dimyati‚  Mudjiono‚  Belajar  dan  Pembelajaran‚  Jakarta:  Rineka  Cipta‚ 2013‚ Cet. Ke-5, hal. 94
1.  Teori Hierarki Kebutuhan Maslow Menurut teori ini
‚ orang termotivasi terhadap sesuatu perilaku karena ia memperoleh  pemuasan  kebutuhannya.  Ada  lima  tipe  dasar  kebutuhan
dalam  teori  Maslow ‚  yaitu:  kebutuhan  fisiologis‚  kebutuhan  akan  rasa
aman ‚ kebutuhan akan cinta dan memiliki‚ kebutuhan akan penghargaan
dan kebutuhan aktualisasi diri self-actualization. 2.  Teori Kognitif Bruner
Kunci  untuk  membangkitkan  motivasi  bagi  Bruner  adalah  discovery learning.  Siswa  dapat  melihat  makna  pengetahuan
‚  keterampilan‚  dan sikap bila mereka menemukan semua itu sendiri.
3.  Teori Kebutuhan Berprestasi Need Achievement Theory McClelland  dalam  Elliot
‚  1996  menyatakan  bahwa  individu  yang memiliki  kebutuhan  untuk  berprestasi  adalah  mereka  yang  berupaya
mencari  tantangan ‚  tugas-tugas  yang  cukup  sulit‚  dan  ia  mampu
melakukannya dengan baik ‚ mengharapkan umpan balik yang mungkin‚
serta  ia  juga  mudah  merasa  bosan  dengan  keberhasilan  yang  terus menerus.
4.  Teori Atribusi Teori  ini  berstandar  pada  tiga  asumsi  dasar  Petri
‚  dalam  Elloit‚  dkk.‚ 1996.  Pertama  orang  ingin  tahu  penyebab  perilakunya  dan  perilaku
orang lain ‚ terutama perilaku yang penting bagi mereka. Kedua‚ mereka
tidak  menetapkan  penyebab  perilaku  mereka  secara  random.  Ketiga ‚
penyebab  perilaku  yang  ditetapkan  individu  mempengaruhi  perilaku berikutnya.  Jadi
‚  menurut  teori  ini  perilaku  seseorang  ditentukan bagaimana  atribusinya  terhadap  penyebab  perilaku  yang  sama
sebelumnya.
21
Sedangkan  Teori  motivasi  menurut  Purwanto  adalah  sebagai berikut:
1.  Teori Hedonisme ‚ yaitu suatu aliran di dalam filsafat yang memandang
bahwa  tujuan  hidup  yang  utama  pada  manusia  adalah  mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Implikasi dari teori ini ialah adanya
anggapan  bahwa  semua  orang  akan  cenderung  menghindari  hal-hal yang  sulit  dan  menyusahkan
‚  merekacenderung  lebih  suka  melakukan yang mendatangkan kesenangan.
2.  Teori  Naluri ‚  pada  dasarnya  manusia  memiliki  tiga  dorongan  nafsu
pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri ‚ yaitu:
a  Naluri mempertahankan diri b  Naluri mengembangkan diri
21
Nyayu Khodijah‚ Op. Cit.‚hal. 154
c  Naluri mengembangkanmempertahankan jenis. Dengan  memiliki  ketiga  naluri  pokok  tersebut  maka  kebiasaan-
kebiasaan  ataupun  tindakan-tindakan  dan  tingkah  laku  manusia  yang diperbuatnya.
3.  Teori Reaksi yang Dipelajari Teori  ini  berpandangan  bahwa  tindakan  atau  perilaku  manusia  tidak
berdasarkan  naluri-naluri ‚  tetapi  berdasarkan  pola-pola  tingkah  laku
yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. 4.  Teori Daya Pendorong
Teori  ini  merupakan  perpaduan  antara  “teori  naluri”  dengan  “teori reaksi  yang  dipelajari.  Daya  pendorong  adalah  semacam  naluri
‚  tetapi hanya  sesuatu  dorongan  kekuatan  yang  luas  terhadap  suatu  arah  yang
umum.misalnya ‚ suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain.
5.  Teori Kebutuhan Teori  motivasi  yang  sekarang  banyak  dianut  orang  adalah  teori
kebutuhan.  Teori  beranggapan  bahwa  tindakan  yang  dilakukan  oleh manusia  pada  hakikatnya  adalah  untuk  memenuhi  kebutuhannya
‚  baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis.
22
i. Peran Motivasi Dalam Mencapai Keberhasilan Belajar
Motivasi  merupakan  salah  satu  unsur  dalam  mencapai  prestasi belajar yang optimal selain kondisi kesehatan secara umum
‚ intelegensi‚ dan bakat minat.
23
Dalam  kegiatan  belajar ‚  motivasi  dapat  dikatakan  sebagai
keseluruhan  daya  penggerak  dalam  diri  individu  yang  menimbulkan kegiatan  belajar
‚  yang  menjamin  kelangsungan  kegiatan  belajar‚  dan yang  memberikan  arah  pada  kegiatan  belajar  sehingga  tujuan  yang
dikehendaki akan tercapai. Prinsip-prinsip motivasi dalam aktivitas belajar
‚ yaitu: 1  Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar.
2  Motivasi instrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar.
3  Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman. 4  Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar.
22
Ngalim Purwanto‚ Op. Cit. hal. 74
23
Ibid.‚hal. 156
5  Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. 6  Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.
24
j. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi  belajar  merupakan  segi  kejiwaan  yang  mengalami perkembangan
‚  artinya  pengaruh  oleh  kondisi  fisiologis  dan kematangan  psikologi  siswa
‚  sebagai  ilustrasi‚  keinginan  anak  untuk membaca  majalah  misalnya
‚  terpengaruh  oleh  kesiapan  alat-alat  indra untuk  mengucap  kata
25
.  Adapun  unsur-unsur  yang  mempengaruhi motivasi belajar menurut Dimyati dan Mudjiono adalah sebagai berikut:
1 Cita-cita atau aspirasi siswa Cita-cita  akan  memperkuat  motivasi  belajar  intrinsic    maupun
ekstrinsik.  Sebab  tercapainya  suatu  cita-cita  akan  mewujudkan aktualisasi diri.
2 Kemampuan siswa Keinginan  seorang  anak  perlu  dibarengi  dengan  kemampuan
anak  kecakapan  mencapainya.  Latihan  yang  berulang-ulang  akan membentuk  suatu  kemampuan  yang  diinginkannya
‚  secara  pelan- pelan  terjadilah  kegemaran  yang  akan  timbul  dalam  diri  anak
tersebut.  Sehingga  akan  tercapainya  keberhasilan  yang  akan memuaskan  dan  menyenangkan  hatinya.  Secara  ringkas  dapat
dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
3  Kondisi siswa Kondisi  siswa  yang  meliputi  kondisi  jasmani  dan  rohani
mempengaruhi belajar.
24
Ibid.‚
25
Dimyati‚ Mudjiono  Op.Cit.‚ hal. 97
4  Kondisi lingkungan siswa Lingkungan  siswa  dapat  berupa  keadaan  alam
‚  lingkungan tempat  tinggal
‚  pergaulan  sebaya‚  dan  kehidupan  kemasyarakatan. Sebagai  anggota  masyarakat  siswa  dapat  terpengaruh  oleh
lingkungan  sekitar.  Dengna  lingkungan  yang  aman ‚  tentram‚  tertib‚
dan indah ‚ maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
5  Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Pelajar  yang masih berkembang jiwa raganya
‚ lingkungan yang semakin  bertambah  baik  berkat  dibangun
‚  merupakan  kondisi dinamis  yang  bagus  bagi  pembelajaran.Guru  yang  profesional
diharapkan  mampu  memanfaatkan  sumber  belajar  disekitar  sekolah untuk memotivasi belajar.
6  Upaya guru dalam membelajarkan siswa Upaya  guru  dalam  membelajarkan  siswa  terjadi  di  sekolah
dan diluar sekolah. Upaya  pembelajaran di  sekolah meliputi  hal-hal berikut:
a  Menyelenggarakan tertib belajar disekolah b  Membina  disiplin  belajar  dalam  tiap  kesempatan
‚  seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah
c  Membina belajar tertib pergaulan d  Membina belajar tertib lingkungan sekolah
Disamping penyelenggaraan tertib  yang umum tersebut ‚ maka
secara  individual  tiap  guru  menghadapi  anak  didiknya.  Upaya pembelajaran tersebut meliputi:
a  Pemahaman  tentang  diri  siswa  dalam  rangka  kewajiban  tertib belajar.
b  Pemanfaatan  penguatan  berupa  hadiah ‚  kritik‚  hukuman  secara
tepat guna.
c  Mendidik cinta belajar.
k.  Teknik-teknik Motivasi Dalam Pembelajaran
Beberapa  teknik  motivasi  yang  dapat  dilakukan  dalam pembelajaran menurut Hamzah B. Uno sebagai berikut:
1  Pernyataan penghargaan secara verbal 2  Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan
3  Menimbulkan rasa ingin tahu 4  Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa
5  Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa 6  Menggunakan  materi  yang  dikenal  siswa  sebagai  contoh  dalam
belajar 7  Gunakan  kaitan  yang  unik  dan  tak  terduga  untuk  menerapkan
suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami 8  Menuntut  siswa  untuk  menggunaka  hal-hal  yang  telah  dipelajari
sebelumnya 9  Menggunakan simulasi dan permainan
10  Memberi  kesempatan  kepada  siswa  untuk  memperlihatkan kemahirannya di depan umum
11  Mengurangi  akibat  yang  tidak  menyenangkan  dan  keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
12  Memahami iklim social dalam sekolah 13  Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat
14  Memperpadukan motif-motif yang kuat 15  Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai
16  Merumuskan tujuan-tujuan sementara 17  Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai
18  Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa 19  Menyembangkan persaingan dengan diri sendiri
20  Memberikan contoh yang positif.
26
26
Hamzah B. Uno‚ Op. Cit.‚hal. 34-37
2.  Pembelajaran PKn a.  Pengertian Pembelajaran PKn
Pendidikan  Kewarganegaraan  yang  dalam  bahasa  Inggris dikenal  dengan  istilah  Civic  Education  mempunyai  banyak
pengertian dan istilah. Henry  Randall  Waiten  1988  sebagaimana  dikutip  oleh
Ubaidillah 2006 merumuskan penegertian civics sebagai berikut: “The  science  of  citizenship‚  the  relation  of  man‚  the
individual ‚  to  man  in  organized  collections‚  the  individual  in  his
relation  to  the  state”.  Ilmu  pengetahuan  kewarganegaraan‚ hubungan  seseorang  dengan  orang  lain  dalam  perkumpulan-
perkumpulan yang terorganisir ‚ hubungan seorang individu dengan
Negara.
27
Muhammad  Numan  Soematri  mengartikan  civics  sebagai ilmu  kewarganegaraan    yang  membicarakan  hubungan  manusia
dengan  perkumpulan-perkumpulan  yang  terorganisir  organisasi social
‚  ekonomi‚  politik‚  dan  hubungan  individu-individu  dengan Negara.
28
Disamping itu
Pendidikan Kewarganegaraan
juga dimaksudkan sebagai usaha membekali siswa dengan budi pekerti
‚ pengetahuan  dan  kemampuan  dasar  berkenaan  dengan  hubungan
antara  sesama  warga  Negara  maupun  antar  warga  Negara  dengan Negara.
b.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn
Ada  beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  keberhasilan pembelajaran PKn antara lain adalah:
27
Junaidi‚ dkk.‚ Pendidikan Kewarganegaraan‚ Surabaya; Lapis-PGMI‚ 2009‚ paket 1‚ hal. 12
28
Ibid.
1.  Guru Seorang  guru  yang  profesional  dituntut  untuk  mempunyai
kemampuan-kemampuan  tertentu ‚  guru  merupakan  pribadi  yang
berkaitan erat dengan tindakannya di dalam kelas ‚cara berkomunikasi‚
berinteraksidengan warga sekolah dan masyarakat umumnya. Seorang guru harus menjadi orang yang special
‚ namun lebih  baik lagi jika ia menjadi special bagi semua siswanya.
29
2.  Siswa Jika  ditinjau  dari  siswa  maka  banyak  factor-faktor  yang  perlu
mendapat  perhatian ‚  lebih-lebih  hubungannya  dengan  belajar  PKn.
PKn  bagi  siswa  pada  umumnya  merupakan  pelajaran  yang  kurang disenangi karena kurangnya antusias siswa terhadap pelajaran ini.
3.  Sarana dan Prasarana Pembelajaran akan dapat berlangsung lebih baik jika sarana dan
prasarananya  menunjang.  Sarana  yang  cukup  lengkap  seperti perpustakaan dengan buku-buku PKn yang relevan.
4.  Strategi  Pembelajaran Strategi    Pembelajaran  PKn  adalah  strategi    pembelajaran  yang
aktif ‚ Pembelajaran aktif ditandai oleh dua faktor‚ yaitu:
1  Adanya  interaksi  antara  seluruh  komponen  dalam  proses pembelajaran terutama antara guru dan siswa
2  Berfungsi  secara  optimal    seluruh  sence  siswa  yang  meliputi indera
‚ emosi‚ karsa‚ dan nalar.
c.  Tujuan Pembelajaran PKn
Berdasarkan  Permendiknas  No.  222006  tentang  Standar  Isi  Kurikulum Nasional
‚  tujuan  pembelajaran  PKn  di  MI  agar  peserta  didik  memiliki kemampuan sebagai berikut:
29
Jejen Musfah‚ Peningkatan Kompetensi Guru‚ Jakarta: Kencana‚ 2011‚ hal. 54
1.  Berpikir  secara  kritis ‚  rasional  dan  kreatif  dalam  menanggapi  isu
kewarganegaraan 2.  Berpartisipasi  secara  aktif  dan  bertanggung  jawab  dan  bertindak  secara
cerdas  dalam  kegiatan  bermasyarakat ‚  berbangsa  dan  bernegara  serta
anti-korupsi 3.  Berkembang  secara  positif  dan  demokratis  untuk  membentuk  diri
berdasarkan  karakter-karakter  masyarakat  Indonesia  agar  dapat  hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
4.  Berinteraksi  dengan  bangsa-bangsa  lain  dalam  pencaturan  dunia  secara langsung  atau  tidak  langsung  dengan  memnfaatkan  teknologi  informasi
dan komunikasi.
30
Lebih  lanjut ‚ tujuan mata pelajaran Pendidikan  Kewarganegaraan‚
menurut Mulyasa adalah untuk menjadikan siswa dan siswi: 1.  Mampu berpikir secara kritis
‚rasional dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.
2.  Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan ‚ secara aktif dan
bertanggung  jawab ‚  sehingga  dapat  bertindak  secara  cerdas  dalam
semua kegiatan ‚ dan
3.  Dapat berkembang secara positif dan  demokratis ‚  sehingga  mampu
hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi ‚
serta  mampu  memanfaatkan  teknologi  informasi  dan  komunikasi dengan baik.
31
Dengan  demikian  tujuan  pembelajaran  PKn  MI  adalah  untuk menjadikan warganegara yang baik
‚ yaitu warganegara yang tahu‚ mau dan sadar akan hak dan kewajibannya.
d.  Ruang Lingkup Pembelajaran PKn
Ruang  lingkup  pembelajaran  PKn  MI  sebagaimana  yang dinyatakan  pada  kurikulum  nasional  yang  tercantum  dalam
Permendiknas 222006 tentang Standar Isi adalah sebagai berikut: 1.  Persatuan  dan  kesatuan  bangsa
‚  meliputi  hidup  rukun  dalam perbedaan
‚ cinta lingkungan‚ kebanggaan sebagai bangsa Indonesia‚ sumpah  pemuda
‚  keutuhan  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia‚ partisipasi  dalam  pembelaan  negara
‚  sikap  positif  terhadap  Negara Kesatuan Republik Indonesia
‚ keterbukaan dan jaminan keadilan.
30
Murtado  Amin‚  dkk.‚  Pembelajaran  PKn  MI‚  Surabaya:  LAPIS-PGMI‚ 2009‚ hal. 8-9 paket 1
31
Ibid.‚
2.  Norma ‚  hukum  dan  peraturan,  meliputi  tertib  dalam  kehidupan
keluarga,  tata  tertib  di  sekolah,  norma  yang  berlaku  dimasyarakat, peraturan-peraturan
daerah, norma-norma
dalam kehidupan
berbangsa  dan  bernegardana,  sistim  hukum  dan  peradilan  nasional, dan hukum dan peradilan internasional.
3.  Hak  asasi  manusia,  meliputi  hak  dan  kewajiban  anak,  hak  dan kewajiban
anggota masyarakat,
instrument nasional
dan internasional  HAM,  pemajuan,  penghormatan  dan  perlindungan
HAM. 4.  Kebutuhan  warganegara,  meliputi  hidup  gotong  royong,  harga  diri
sebagai  warga  masyarakat,  kebebasan  berorganisasi,  kemerdekaan mengeluarkan  pendapat,  menghargai  keputusan  bersama,  prestasi
diri, persamaan kedudukan warga Negara.
5.  Konstitusi  Negara,  meliputi  proklamasi  kmerdekaan  dan  konstitusi yang  pertama,  konstitusi-konstitusi  yang  pernah  digunakan  di
Indonesia, hubungan dasar Negara degan konstitusi. 6.  Kekuasaan  dan  politik,  meliputi  pemerintahan  desa  dan  kecamtan,
pemerintahan  daerah  dan  otonomi-pemerintahan  pusat,  demokrasi dan  sistem  politik,  budaya  politik,  budaya  demokrasi  menuju
masyarakat  madani,  sistem  pemerintah,  pers  dalam  masyarakat demokrasi.
7.  Kedudukan  pancasila,  meliputi  kedudukan  pancasila  sebagai  dasar Negara  dan  ideology  Negara,  proses  perumusan  pancasila  sebagai
dasar  Negara,  pengalaman  nilai-nilai  pancasila,  dalam  kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideology terbuka.
8.  Globalisasi, meliputi globalisasi dilingkungannya, politik luar negeri Indonesia  di  era  globalisasi,  dampak  globalisasi,  hubungan
internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
32
e.  Karakteristik Pembelajaran PKn
Dalam standar isi 2006 dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata  pelajaran  PKn  adalah  mata  pelajaran  yang  memfokuskan  pada
pembentukan warga
Negara yang
memahami dan
mampu melaksanakan  hak-hak  dan  kewajibannya  untuk  menjadi  warganegara
Indonesia  yang  cerdas ‚  terampil‚  dan  berkarakter  yang  diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945. Dalam  naskah  Kurikulum  2006  dinyatakan  bahwa  pembelajaran
dalam  mata  pelajaran  kewarganegaraan  merupakan  proses  dan  upaya
32
Ibid.‚ hal. 9-10 paket 1
dengan menggunakan
pendekatan belajar
kontekstual untuk
mengembangkan  dan  meningzkatkan  kecerdasan ‚  keterampilan‚  dan
karakter warga Negara Indonesia. Pendekatan  belajar  kontekstual  dapat  diwujudkan  antara  lain
dengan metode-metode: 1  Kooperatif
2  Penemuan discovery 3  Inkuiri inquiry
4  Interaktif 5  Eksploratif
6  Berpikir kritis 7  Pemecahan masalah problem solving
3.  Strategi  Pembelajaran a.  Pengertian Strategi  Pembelajaran
Menurut Hamzah B. Uno strategi  pembelajaran adalah cara- cara  yang  akan  digunakan  oleh  pengajar  untuk  memilih  kegiatan
belajar  yang  akan digunakan selama proses pembelajaran.
33
Kemp 1995  menjelaskan  bahwa  strategi    pembelajaran  adalah  suatu
kegiatan  pembelajaran  yang  harus  dikerjakan  guru  dan  siswa  agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
34
Dari  berbagai  pengertian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa strategi  pembelajaran harus digunakan dalam proses pembelajaran
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. b.  Komponen Strategi  Pembelajaran
Dick  dan  Carey  1978  menyebutkan  ada  5  komponen strategi    pembelajaran
‚  yaitu  1  kegiatan  pembelajaran
33
Hamzah  B.  Uno‚  Model  Pembelajaran‚  Jakarta:  Bumi  Aksara‚  2008‚  Cet‚ ke-
3‚ hal. 3
34
Wina  Sanjaya‚  Strategi    Pembelajaran  Berorientasi  Standar  Proses Pendidikan‚ Jakarta: Prenada media Group‚ 2006‚ hal. 126
pendahuluan ‚  2  penyampaian  informasi‚  3  partisipasi  peserta
didik ‚ 4 tes‚ dan 5 kegiatan lanjutan.
35
c.  Kriteria Pemilihan Strategi  Pembelajaran Mager  1977:54  menyampaikan  beberapa  kriteria  yang  dapat
digunakan  dalam  memilih  strategi    pembelajaran ‚  yaitu  sebagai
berikut: 1  Berorientasi pada tujuan pembelajaran
2  Pilih  teknik  pembelajaran  sesuai  dengan  keterampilan  yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja
3  Gunakan  media  pembelajaran  yang  sebanyak  mungkin memberikan rangsangan pada indra peserta didik.
36
4.  Inquiry Discovery Learning a.  Pengertian Inquiry Discovery Learning
Inquiry Discovery Learning merupakan strategi  belajar mengajar yang  menekankan  pada  siswa  untuk  belajar  mencari  dan  menemukan
sendiri
37
. Penyajian bahan dalam strategi  pembelajaran ini tidak dalam bentuk final
‚ tetapi siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.
Menurut  Brunner  discovery  learning  adalah  merupakan  belajar dengan menemukan sendiri menggunakan prinsip belajar induktif
‚ yaitu dari khusus ke yang umum.
38
Sedangkan menurut Djamarah dan Aswan Inquiry  Discovery  Learning  adalah  belajar  mencari  dan  menemukan
sendiri.
39
Proses  pembelajaran  strategi    ini  berlangsung  dengan  cara memberikan  stimulus  atau  rangsangan  yang  dapat  medorong  siswa
35
Hamzah B. Uno‚Op. Cit.‚
36
Ibid.‚ hal. 8
37
H.E. Syarifudin‚dkk.‚ op. cit.‚ hal. 14
38
Junaidi‚ dkk.‚ Strategi  Pembelajaran‚ Surabaya: LAPIS-PGMI‚ 2008‚ paket 3‚ hal. 11
39
Djamarah  dan  Aswan  Zain‚Strategi    Belajar  Mengajar‚  Jakarta:  Rineka Cipta‚ 2006‚ Cet‚ ke-3‚ hal.19
untuk  ikut  terlibat  dalam  berpartisipasi  dalam  kegiatan  pembelajaran dan peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilitator.
b.  Langkah-langkah  Strategi    Pembelajaran  Inquiry  Discovery Learning
Secara  garis  besar  lagkah-langkah  pokok  strategi    ini dikemukakan oleh Djamarah meliputi:
1.  Simulation.  Guru  mengajukan  permasalahan  kepada  siswa  atau siswa  menemukan  sendiri  permasalahan  dalam  buku  teks  atau
sumber-sumber lainnya. 2.  Problem
Statement. Siswa
diberi kesempatan
untuk mengidentifikasi  masalah  serta  merumuskan  permasalahan  yang
paling  actual  untuk  di  pecahkan.  Dari  rumusan  masalah  yang dikemukakan  siswa  dibimbing  untuk  mencari  jawaban  sementara
atau  merumuskan  hipotesis  yang  merupakan  jawaban  sementara dari rumusan masalah yang telah dibuat.
3.  Data collection. Untuk membuktikan rumusan hipotesis yang telah dibuat
‚  siswa  diberi  kesempatan  untuk  membuktikannya  melalui kegiatan  pengumpulan  data  data  collection  dengan  mencari  dan
mengumpulkan  berbagai  informasi  yang  diperlukan  dan  relevan dengan  cara  membaca  literature
‚  mengamati  objek‚  wawancara dengan nara sumber
‚ melakukan uji coba sendiri‚ dan sebagainya. 4.  Data processing. Pada kegiatan pemprosesan data semua informasi
yang  telah  diperoleh  baik  melalui  bacaan ‚  wawancara‚  observasi‚
dan  sebagainya ‚  kemudian  diolah‚  diklasifikasikan‚  ditabulasikan‚
bahkan  bila  diperlukan  dihitung  dengan  menggunakan  analisis statistic diskriptif maupun statistic analisis dinferensial.
5.  Verification ‚  atau  pembuktian.  Dari  hasil  pengolahan  dan
pentafsiran ‚  atau  informasi  yang  ada  dan  dengan  bantuan  analisis
statistic  diskriptif  dan  analisis  statistic  inferensial ‚  dugaan
sementara  atau  hipotasis  yang  telah  dirumuskan  terdahulu  itu kemudian  dicek
‚  apakah  terjawab  atau  tidak  apakah  terbukti  atau tidak.
6.  Generalization.  Tahap  selanjutnya  adalah  siswa  dibimbing  untuk menarik  kesimpulan  berdasarkan  vertifikasi  yang  telah  dilakukan
pada langkah-langkah sebelumnya.
40
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Alimun  Sulkan
dalam  penelitian:  “penerapan  metode  eksploratory discovery  sebagai  upaya  peningkatan  motivasi  belajar  SAINS  pada  siswa
kelas V”.  hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  penerapan  metode
Eksploratory Discovery dapat meningkatkankan motivasi belajar siswa pada mata  pelajaran  SAINS.  Peningkatan  ini  ditunjukkan  pada  keaktifan  yang
dicapai antara siklus I 16 ‚60‚ siklus II 45‚50‚ peningkatan prosentase
28 ‚90 dan siklus III 88‚80 peningkatan prosentase 43‚30.
Mohammad  Anis  Choerul  Basyar
dalam  penelitian:  “Upaya meningkatkan  motivasi  belajar  mata  pelajaran  PKn  melalui  layanan
bimbingan  kelompok  pada  siswa  kelas  V”.  hasil  penelitian  menunjukkan bahwa  layanan  bimbingan  kelompok  dapat  meningkatkan  motivasi  belajar.
Berdasarkan hasil observasi sebelum tindakan ‚ 7 siswa kategori kurang dan
3  siswa  katageri  cukup  motivasi  sebelum  tindakan  sebesar  43 ‚9
Peningkatan  ditunjukkan  pada  siklus  I  sebesar  68  terjadi  peningkatan sebesar  24
‚1.  Sedangkan  hasil  analisis  siklus  II‚  motivasi  belajar meningkat baik sebesar 84
‚5 terjadi peningkatan sebesar 16‚5 dari siklus I. sehingga keseluruhan dari 2 siklus terjadi peningkatan 40
‚5 dan semua siswa berada dalam kategori sangat baik.
Sukron
dalam  penelitian  “Peningkatan  Motivasi  belajar  melalui Metode  Bermain  kelas  III  MI  Hidayatul  Istiqomah  Basmol  Jakarta
Barat”.Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  penerapan  pembelajaran
40
H.E. Syarifudin‚ dkk.‚ op. cit.‚  hal. 15-16
menggunakan  metode  bermain  dapat  meningkatkan  motivasi  belajar pendidikan  kewarganegaraan  PKn.Motivasi  belajar  siswa  dapat  dilihat
melalui  angket.Hasil  perhitungan  angket  menunjukkan  motivasi  belajar siswa  sebesar  65
‚  siklus  I  sebesar  75  dan  siklus  II  sebesar 80.Kesimpulannya bahwa penerapan pembelajaran menggunakan metode
bermain dapat meningkatan motivasi belajar siswa.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan  kerangka  teori  dan  kerangka  pemikiran  di  atas ‚  maka
yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: meningkatnya motivasi belajar PKn melalui strategi  pembelajaran Inquiry Discovery Learning pada
siswa kelas V MI Ta’lim Mubtadi Cipondoh Kota Tangerang.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat  penelitian  dilakukan  di Madrasah  Ibtidaiyah  Ta’lim  Mubtadi
yang beralamat di Jalan Maulana Hasanudin Kelurahan Cipondoh Kecamatan Cipondoh  Kota  Tangerang.  Adapun  Waktu  penelitian  ini  selama  5  bulan
direncanakan  dari  bulan  Agustus  sampai  dengan  Desember  2014.  Untuk kegiatan yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Agustus September
Oktober November
Desember
1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4 1
Pengajuan Judul 2
Bimbingan Proposal
3 Seminar
Proposal 4
Revisi Seminar 5
Pembuatan Instrumen
6 Penelitian di
sekolah 7
Siklus I 8
Siklus II 9
Pengolahan dan Analisis Data
10 Sidang Skripsi
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Jenis  penelitian  ini  adalah  Penelitian  Tindakan  Kelas  PTK. Penelitian Tindakan Kelas merupakan bentuk kajian yang bersifat  reflektif.
Sementara  Mc  Niff  200 2:1  dalam  bukunya  yang  berjudul  “Action
26
Research:  Principles and practice”  memandang penelitian sebagai bentuk penelitian  reflektif  yang  dilakukan  oleh  guru  sendiri  yang  hasilnya  dapat
dimanfaatkan  sebagai  alat  untuk  mengembangkan  dan  perbaikan pembelajaran.
41
Jadi  dapat  disimpulkan  PTK  adalah  kajian  yang dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasional dan
memiliki tujuan memperbaiki praktik pembelajaran yang telah dilaksanakan. Komponen  yang dikaji  dalam penelitian ini meliputi  siswa kelas  V
‚ guru  pengampu  kelas  V
‚  materi  pelajaran‚  serta  motivasi  belajar.  Praktik pembelajaran terbagi menjadi tiga tahapan
‚ yaitu kondisi awal‚ siklus I dan siklus  II.  Konsep  pokok  penelitian  tindakan  kelas  menurut  Kurt  Lewin
terdiri dari empat komponen ‚ yaitu 1 perencanaan planning‚ 2 tindakan
acting ‚  3  pengamatan  observing‚  4  refleksi  reflecting.
42
Keempat tahap dalam PTK dapat digambarkan pada bagan berikut:
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Jhon Elliot
41
M. Asrori‚ Penelitian Tindakan Kelas‚ Bandung: CV. Wacana Prima‚ 2009‚ hal. 4
42
Dadang  Yudhistira‚  Menulis  Penelitian  Tindakan  Kelas  Yang  APIK‚  Jakarta: Mulya Abadi‚ 2012‚ hal. 46
Pelaksanaan
Perencanaan Pengamatan
Refleksi SIKLUS I
Pelaksanaan Pengamatan
Refleksi Perencanaan
SIKLUS II
Proses  penelitian  tindakan  kelas  dari  setiap  siklus    terdiri  dari  empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
C. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Ta’lim Mubtadi Cipondoh  Kota  Tangerang  yang  berjumlah  18  siswa
‚  yang  terdiri  dari  11 siswa  laki-laki  dan  7  siswa  perempuan.  Sementara  partisipan  dalam
penelitian  ini  adalah  rekan  sejawat  yang  merupakan  guru  kelas  V  yang bertindak  sebagai  pengamat  yang  dipercaya  dapat  bekerjasama  untuk
memberi masukan ‚ kritik dan saran yang membangun dalam penelitian.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran  peneliti  disini  bukan  hanya  sebagai  peneliti  namun  terlibat langsung  dalam  kegiatan  pembelajaran.  Peneliti  sekaligus  memperbaiki
kondisi  belajar ‚  mengenai  permasalahan  yang  muncul  dalam  pembelajaran
serta  mencari  alternatif  permasalahan ‚  dengan  mengembangkan  kemitraan
dengan guru teman sejawat yang mengajar dikelas V MI Ta’lim Mubtadi
Cipondoh Kota Tangerang. Posisi  peneliti  dalam  penelitian  ini  sebagai  pelaksana  utama  yaitu
keikutsertaan  peneliti  dikategorikan  pada  peran  aktif ‚  peneliti  sebagai
pelaksana  tunggal  proses  pembelajarantindakan.  Peneliti  langsung melakukan  kegiatan  pembelajaran  berusaha  mengumpulkan  data  sesuai
focus penelitian.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Ciri  utama  yang  membedakan  Penelitian  Tindakan  Kelas  PTK dengan  penelitian  jenis  lainnya  adalah  tindakan.  Tindakan  yang  dilakukan
tentu  saja  berdasarkan  atas  kesadaran  adanya  masalah  yang  dirasakan mengganggu  proses  pembelajaran  yang  kemudian  hendak  dipecahkan
melalui hipotesa yang diajukan.
Secara  garis  besar  prosedur  penelitian  tindakan  mencapai  empat tahap  yaitu:  perencanaan
‚  tindakan‚  pengamatan‚  refleksi.  Rencana intervensi  tindakan  yang  akan  dilakukan  dalam  dua  siklus
‚  dengan  rincian siklus  satu  terdiri  dari  dua  pertemuan  dan  pertemuan  ketiga  merupakan
siklus  kedua.  Dalam  penelitian  ini  tahapan-tahapan  yang  dilakukan  adalah sebagai berikut:
1.  Perencanaan Planning
Setelah  peneliti  mengetahui  pokok  permasalahan  yang  terjadi ‚
peneliti merencanakan tindakan sebagai berikut: a.  Peneliti  dengan  observer  mengadakan  pertemuan  dan  berdiskusi
untuk  menentukan  langkah-langkah  yang  akan  dilaksanakan  dalam penelitian.
b.  Peneliti  merencanakan  scenario  pembelajaran  yang  sesuai  dengan kurikulum  dan  tingkat  kemampuan  awal  siswa  berdasarkan  hasil
kesepakan dengan observer.
2.  Tindakan Acting
Peneliti  melaksanakan  proses  belajar  mengajar  sesuai  dengan rencana  pembelajaran  yang  telah  disusun  dalam  scenario  pembelajaran
dengan  materi  yang  telah  direncanakan  sesuai  dengan  kesepakatan bersama. Dalam melaksanakan kegiatan ini peneliti mengikuti petunjuk-
petunjuk  yang  telah  disusun  dalam  scenario  pembelajaran.  Dalam penelitian  ini  juga  melibatkan  kolabolator.  Kolabolator  disini  adalah
teman sejawat yang mengamati saat berlangsung kegiatan.
3.  Pengamatan Observing
Observasi  dilakukan  untuk  mengamati  pelaksanaan  tindakan  yang sedang dan telah dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini
‚ observer  mengamati  pelaksanaan  pembelajaran  dengan  menggunakan
lembar pengamatanobservasi yang meliputi motivasi dan keaktifan siswa dalam  belajar  yang  dapat  dilihat  dari  semangat  belajar
‚  keberanian