Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan

BAB 5 PEMBAHASAN

4.7 Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan

Kinerja adalah hasil kerja seseorang dalam suatu organisasi berdasarkan tugas pokok dan fungsinya serta tanggung jawab dalam organisasi. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tangung jawab dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika Prawirosentono, 1999. Kinerja dalam penelitian ini adalah kinerja perawat pelaksana yaitu hasil kerja atau prestasi kerja yang nyata dari seluruh aspek pelayanan keperawatan di rumah sakit, yang dilihat dari kuantitas kerja, kualitas kerja, ketepatan waktu, efektivitas kerja, kemandirian dan komitmen kerja perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,7 perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati mempunyai kinerja yang kurang. Kinerja yang kurang dilihat berdasarkan keseluruhan kuantitas kerja, kualitas kerja, efektivitas kerja, dan komitmen kerja perawat pelaksana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65,0 perawat hampir tidak pernah menjalankan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan standar yang telah direkomendasikan, artinya bahwa pelayanan keperawatan yang seyogyanya diberikan secara komprehensif kepada pasien belum mengacu pada standar pelayanan yang ada. Universitas Sumatera Utara Hal ini terindikasi dari masih banyaknya perawat yang belum melaksanakan tugas secara menyeluruh, tidak pernah melaksanakan tugas sesuai dengan standar dan kualitas kerja dan tidak pernah menyelesaikan tugas sesuai indikator pelayanan. Sedangkan dari aspek efektivitas waktu, masih ada 45,0 perawat yang tidak pernah masuk kerja tepat waktu dan hampir tidak pernah bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta hampir tidak pernah bekerja secara profesional dan akuntabel. Keseluruhan indikator tersebut berimplikasi terhadap hasil kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Mitra Sejati. Beberapa penyebab terhadap rendahnya kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Mitra Sejati antara lain masih rendahnya komitmen kerja perawat untuk melaksanakan seluruh tugas-tugasnya di ruang rawat inap. Komitmen tersebut diindikasikan dari tidak disiplinnya perawat masuk kerja, khususnya pada saat pergantian shift kerja pada pagi hari, sehingga kebutuhan pasien cenderung tidak terpenuhi, selain itu juga disebabkan oleh minimnya kualitas kerja dilihat dari seluruh hasil kerja sesuai prosedur kerja pelayanan keperawatan. Menurut Ilyas 2001, kinerja individu dalam organisasi dipengaruhi oleh faktor individu seperti umur, pendidikan, masa kerja dan pengalaman kerja serta faktor organisasi antara lain budaya organisasi, dan komitmen organisasi. Pada penelitian ini faktor individu perawat menunjukkan 58,3 perawat berusia 28 – 38 tahun, dan 71,1 mempunyai masa kerja 1 – 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia perawat masih termasuk usia produktif dan masih muda, dan masa kerja perawat yang relatif baru 1-5 tahun juga berdampak terhadap pengalaman kerjanya, sehingga Universitas Sumatera Utara pengalaman kerja dibagian rawat inap masih diasumsikan kurang, sehingga berimplikasi terhadap hasil kerja perawat. Menurut Hasibuan 2003, umur dapat memengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab. Penelitian Rusmiati 2006 dan Prowoto 2007 menyatakan bahwa umur tidak berhubungan secara signifikan dengan kinerja perawat pelaksana. Selain itu faktor pendidikan juga sangat berperan terhadap kinerja perawat, namun perawat pelaksana secara umum berpendidikan diploma, sehingga secara strata pendidikan sama, namun yang membedakan adalah pengalaman kerja dan pelatihan yang pernah di ikuti. Data RSU Mitra Sejati menunjukkan bahwa perawat pelaksana yang telah mengikuti pelatihan ACLS atau ATLS masih terbatas hanya berkisar 3-5 dari jumlah perawat yang ada, sehingga dapat berdampak terhadap kompetensi perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Kompetensi perawat penting diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Pada era informasi dewasa ini, kelompok “pekerja” yang akan memainkan peran yang dominan adalah yang mahir dalam mencari dan memilih data yang tepat dan mengolahnya menjadi informasi yang akurat, kemudian mentransformasikannya menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi perusahaan serta diminati oleh konsumen pasar. Dengan memiliki pengetahuan yang ditunjang dengan kemajuan teknologi pengolahan data dan informasi, kelompok pekerja ini mampu memberikan “nilai tambah” terhadap produk barang, jasa, solusi yang dihasilkan oleh perusahaan tempatnya bekerja Ruky, 2004. Apabila dihubungkan antara pernyataan di atas dengan hasil penelitian, jelas pengetahuan Universitas Sumatera Utara yang dimiliki oleh perawat rumah sakit sangat bermanfaat bagi kinerjanya dalam pelaksanaan program puskesmas, bila semakin tinggi pengetahuan petugas maka akan semakin baik kinerja perawat. Komitmen rumah sakit dalam upaya peningkatan SDM selain terhadap pendidikan berkelanjutan juga dibutuhkan pendidikan dan latihan ketrampilan manajemen dan klinis untuk meningkatkan kualitas SDM yang diharapkan. keikutsertan perawat dalam program pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit maupun kebutuhan perawat dapat mempercepat proses peningkatan keterampilan sehingga manfaatnya dapat dirasakan. Implikasi dari kinerja perawat adalah cerminan dari kinerja rumah sakit secara umum. Keberhasilan organisasi rumah sakit sebagai suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, tidak terlepas dari pegawainya, karena pegawai bukan semata-mata menjadi obyek dalam mencapai tujuan organisasi tetapi juga menjadi subyek atau pelaku. Mereka dapat menjadi perencana, pelaksana, pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi serta mempunyai pikiran, perasaan, dan keinginan yang dapat memengaruhi sikapnya terhadap pekerjaannya. Sikap ini akan menentukan prestasi kerja, dedikasi, dan kecintaan terhadap pekerjaan dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya Pendapat lain menyatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh keberhasilan pegawai dan kelompok pegawai Fanthoni, 2006. Pendapat ini mempunyai konsekwensi adanya suatu tuntutan kepada organisasi untuk lebih memperhatikan aspek-aspek kritis yang merupakan faktor penentu keberhasilan Universitas Sumatera Utara kinerja pegawai sehingga pegawai melaksanakan semua tanggung jawabnya dan memperoleh kepuasan kerja. Pendapat lain juga mengemukakan bahwa kepuasan bawahan dipengaruhi oleh keterbukaan komunikasi dalam kelompok, dan kinerja pimpinan itu sendiri Ruky, 2004.

4.8 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana