158 Gambar 17.
Grafik  Peningkatan  Keterampilan  Otomotif  Tambal  Ban  melalui Metode  Latihan  pada  Siswa  Tunagrahita  Ringan  Kelas  X  pada
Siklus I dan Siklus II
g. Refleksi Siklus II
Pelaksanaan  refleksi  dilakukan  oleh  peneliti  bersama  guru  kolaborator dengan  melihat  perbandingan  data  antara  sebelum  dilakukan  tindakan  pra
tindakan  dan  setelah  dilakukan  tindakan  pasca  tindakan  pada  siklus  I  dan siklus II. Refleksi digunakan dengan mencermati kinerja guru, partisipasi siswa
dan  hasil  pasca  tindakan  pada  siklus  II.  Peningkatan  keterampilan  otomotif tambal  ban  siklus  II  dapat  diketahui  dengan  membandingkan  perolehan  skor
sebelum pra tindakan dan setelah pasca tindakan.
Tabel 20.  Keterampilan  Menambal  Ban  Siswa  Tungrahita  Ringan  Kelas  X pada Siklus I dan Siklus II
No Sub-
jek KKM
Nilai Maks
Pra Tindakan Pasca
Tindakan I Pasca
Tindakan II Pening-
katan Skor
Nilai Skor
Nilai Skor
Nilai 1
RA 77
100 26
43, 33 35
58, 33 49
81, 66 38, 33
2 FA
77 100
34 56, 66
46 76, 66
56 93, 33
36, 67 3
AH 77
100 31
51, 66 41
68, 33 52
86, 66 35
20 40
60 80
100
RA FA
AH Pasca Tindakan Siklus I
Pasca Tindakan Siklus 2
159 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa keterampilan menambal
ban subjek I RA dengan pra tindakan memperoleh nilai 43, 33 dengan kategori kurang,  sedangkan  pada  tes  pasca  tindakan  siklus  I  memperoleh  nilai  58,  33
termasuk  dalam  kategori  cukup,  dan  pada  tes  pasca  tindakan  siklus  II memperoleh  nilai  81,  66  dengan  kategori  baik  sekali,  dengan  peningkatan  38,
33. Pada subjek 2 FA dengan pra tindakan memperoleh nilai 56, 66 termasuk kategori cukup, sedangkan pada tes pasca tindakan siklus I memperoleh nilai 76,
66 dengan kategori baik, dan pada tes pasca tindakan siklus II memperoleh nilai 93, 33 dengan kateori baik  sekali, dengan peningkatan 36, 67. Sedangkan pada
subjek 3 AH dengan pra tindakan memperoleh nilai 51, 66 termasuk kategori cukup,  sedangkan  pada  tes  pasca  tindakan  siklus  I  memperoleh  nilai  68,  33
dengan kategori baik, pada tes pasca tindakan siklus II memperoleh nilai 86, 66 dengan kategori baik sekali, dengan peningkatan 35. Dari hasil tes keterampilan
menambal  ban  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  nilai  yang  diperoleh  ketiga subjek telah memenuhi KKM sebesar 77, yaitu RA memperoleh nilai 81, 66, FA
memperoleh nilai 93, 33, AH memperoleh nilai 86, 66. Berikut  adalah  deskripsi  keterampilan  menambal  ban  siswa  tunagrahita
ringan  pada  pembelajaran  keterampilan  otomotif  tambal  ban  melalui  metode latihan yaitu:
1. Subjek I RA
Siklus  II,  kemampuan  subjek  RA  dalam  menambal  ban  jauh  lebih  baik dibandingkan  pada  siklus  sebelumnya.  RA  ikut  terlibat  aktif  dalam  proses
pembelajaran  dari  kegiatan  pendahuluan,  kegiatan  inti,  dan  kegiatan  penutup.
160 Pada tahap menyiapkan peralatan dan perlengkapan dalam menambal ban subjek
sudah  mampu  melakukannya  secara  mandiri.  Tahap  selanjutnya  dalam memasang pentil, mengecek dan menandai kebocoran ban, melepas pentil, serta
penggunaan  gergaji  besi  subjek  sudah  mampu  melakukannya  dengan  tepat  dan dengan  sedikit  bantuan  dari  guru  misalnya  bantuan  verbal.  Subjek  mampu
melakukan  secara  mandiri  dalam  memotong  compound,  menempelkan guntingan  compound,  dan  memasangkan  kertas  timah  pada  ban.  Tahap
menempatkan  ban  pada  alat  press,  memutar  ulir,  menyalakan  serta  mematikan alat press, memasukkan ban di dalam air serta pengecekan hasil penambalan ban
subjek  telah  mampu  melakukannya  dengan  tepat,  dan  dengan  sedikit  bantuan yang diberikan oleh guru.
2. Subjek II FA
Kemampuan  subjek  FA  dalam  menambal  ban  mengalami  peningkatan dibandingkan  siklus  sebelumnya.  Pada  langkah-langkah  dalam  menambal  ban
seperti menyiapkan alat, memasang pentil, mengecek dan menandai kebocoran, melepaskan pentil subjek mampu melakukannya secara tepat dan mandiri tanpa
bantuan  dari  guru.  Dalam  menggosok  bagian  ban  dalam  menggunakan  gergaji besi  terkadang  subjek  masih  kelupaan  dalam  posisi  gergajinya,  sehingga
terkadang  membutuhkan  sedikit  bantuan  verbal  dari  guru.  Tahap  memotong bahan  penambal  ban  sesuai  dengan  ukuran  kebocoran  ban.  Menempelkan
guntingan compound, memasangkan kertas timah, serta menempatkan ban masih membutuhkan  sedikit  bantuan  dari  guru.  Untuk  tahap  selanjutnya  seperti:
memutar ulir press, menyalakan dan mematikan alat press, memasukkan ban ke
161 dalam  air,  serta  mengecek  hasil  penambalan  subjek  tidak  mengalami  kesulitan.
Subjek  mampu  menambal  ban  sesuai  dengan  langkah-langkah  yang  telah ditetapkan. Sehingga hasil yang diperoleh pun lebih maksimal.
3. Subjek III AH
Kemampuan  menambal  ban  subjek  AH  mengalami  peningkatan dibanding  siklus  sebelumnya.  Tahap  menyiapkan  peralatan,  memasang  pentil,
serta  mengecek  kebocoran  ban  subjek  mampu  melakukannya  secara  tepat  dan tanpa  bantuan  dari  guru.  Langkah  selanjutnya  dalam  menandai  kebocoran,
subjek  mampu  menandai  titik  kebocoran  dengan  menggunakan  paku.  Dalam melepaskan  pentil  tidak  mengalami  kesulitan,  subjek  membutuhkan  sedikit
bantuan  dari  guru.  Tahap  menggosok  bagian  ban  dalam  menggunakan  gergaji besi  mampu  melakukannya  dengan  tepat  dan  mandiri.  Memotong  compound,
menempelkan guntingan compound, serta memasang kertas timah membutuhkan sedikit  bantuan  dari  guru.  Ketika  siswa  mengalami  kesulitan  dalam  melakukan
langkah  menambal  ban,  siswa  tak  enggan  untuk  bertanya  kepada  guru.  Tahap menempatkan  ban  pada  alat  press  sudah  sesuai  dengan  letak  penambalan,
memutar ulir press agar tambalan menempel dengan kuat, serta tanpa diberikan instruksi  siswa  mampu  menyalakan  alat  press  secara  mandiri.  Mematikan  alat
pres,  memasukkan  ban  ke  dalam  air,  serta  mengecek  hasil  penambalan  ban subjek masih membutuhkan sedikit bantuan dari guru.
162
h. Uji Hipotesis Tindakan