menggunakan imajinasi. Imajinasi tersebut akan dikembangkan dengan fakta- fakta yang terjadi. Hal ini dapat diartikan bahwa selain menggunakan imajinasi,
proses kreatif juga dapat berasal dari pengalaman seseorang. Pengalaman yang dialami oleh seseorang dapat bermakna dengan menuliskan apa yang dialami dan
dilihatnya ke dalam bentuk cerita pendek. Pengarang maupun penulis yang memiliki pikiran brilian adalah orang-
orang yang memiliki kemampuan tinggi untuk mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain. Mereka adalah orang-orang yang pandai memasuki proses
yang disebut transpersonal. Dengan demikian, model kreatif yang dibangun dalam karya sastra yang dihasilkannya akan lebih menajamkan kesadaran sosial pembaca
Sayuti dalam Jabrohim dkk, 2009: 76-77. Penulis yang memiliki kreativitas tinggi dapat memengaruhi pembaca untuk menajamkan kesadaran sosialnya lewat
tulisan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif, tertulis, dan tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang mengemukakan pikiran, hasil
dari ide yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Tulisan yang dihasilkan dapat berupa teks fiksi maupun non fiksi.
2. Proses Penulisan
Kegiatan menulis merupakan suatu proses Akhadiah, 1988: 2. Hal tersebut berarti bahwa melakukan kegiatan menulis dalam beberapa tahap, yakni
tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Adapun tahap penulisan sebagai berikut Akhadiah, 1988: 3-5.
a. Tahap Prapenulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan. Langkah kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini sebagai berikut. 1
Menentukan topik Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber. Topik dapat diperoleh dari
pengalaman, salah satunya pengalaman membaca. Selain itu, dapat menemukan topik tulisan dari pengamatan terhadap lingkungan. Menemukan topik tentang
pendapat, sikap, dan tanggapan sendiri atau orang lain, atau tentang khayalan atau imajinasi.
2 Membatasi topik
Membatasi topik berarti mempersempit dan memperkhusus lingkup pembicaraan. Proses pembatasan topik dapat menggunakan gambar, bagan,
diagram, atau cara visualisasi yang lain. Pembatasan topik tersebut sekaligus menentukan tujuan penulisan. Tujuan penulisan tersebut diartikan sebagai
semacam pola yang mengendalikan tulisan secara menyeluruh. 3
Menentukan materi penulisan Materi penulisan ialah semua informasi atau data yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan penulisan. Materi tersebut dapat berupan rincian, sejarah kasus, contoh, penjelasan, definisi, fakta, hubungan sebab-akibat, dan sebagainya.
Materi dapat diperoleh dari pengalaman dan inferensi dari pengalaman.
Pengalaman ialah keseluruhan pengetahuan yang diperoleh melalui pancaindera, sedangkan inferensi ialah kesimpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari
pengalaman. Bahan dari pengalaman didapatkan melalui pengamatan langsung atau melalui bacaan.
4 Menyusun kerangka karangan
Menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam sub-subtopik. Butir-butir kerangka topik terdiri dari topik-topik bukan kalimat, sedangkan
butir-butir kerangka kalimat berupa kalimat. Pada taraf perkembangan karangan, kerangka kalimat lebih mengarahkan penulisan daripada kerangka topik.
Selanjutnya kerangka tersebut disusun dengan logis, sistematik, dan konsisten. b.
Tahap Penulisan Pada tahap ini membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka
yang disusun. Pengembangan gagasan menjadi suatu karangan yang utuh memerlukan bahasa. Penguasaan kata-kata akan mendukung gagasan. Penulis
harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat. Kata-kata harus dirangkai menjadi kalimat-
kalimat yang efektif. Kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf yang memenuhi persyaratan. Tulis tersebut juga harus ditulis dengan ejaan yang
berlaku disertai dengan tanda baca yang digunakan secara tepat. c.
Tahap Revisi Jika seluruh tulisan sudah selesai, maka tulisan tersebut perlu dibaca
kembali. Mungkin perlu revisi berupa perbaikan, pengurangan, atau perluasan