Motivasi dan hasil belajar matematika siswa dalam penerapan metode quantum learning di kelas VII SMP NEGERI 3 Depok Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

(1)

Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/ 2014. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) motivasi belajar siswa, dan (2) hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan Quantum Learning pada topik Persamaan Linear Satu Variabel. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIID SMP N 3 Depok-Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2013/ 2014.

Penelitian ini menggunakan instrumen pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengumpulan data: (1) angket motivasi belajar siswa untuk meneliti motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika, (2) hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan tes hasil belajar yang dibandingkan dengan tes awal pada topik Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV), (3) panduan wawancara peneliti dengan siswa untuk memverifikasi respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan Quantum Learning.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini: (1) data motivasi belajar siswa, dan (2) data hasil belajar siswa. (1) data motivasi belajar siswa, dan (2) data hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif. (1) data motivasi belajar siswa dianalisis dengan menentukan skor pada setiap pernyataan siswa, dan (2) data hasil belajar siswa dianalisis dengan menentukan skor tes hasil belajar siswa, kemudian dihitung nilainya dan ditentukan criteria pencapaian hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) motivasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Quantum Learning yang memiliki motivasi belajar minimal tinggi mencapai 100%, dan (2) hasi belajar siswa denan penerapan model pembelajaran Quantum Learning yang mendapat nilai diatas KKM mencapai 84, 375%.


(2)

Thesis, Mathematics Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

The purposes of this research are to find out (1) students’ learning motivations, and (2) students’ learning results using Quantum Learning on topic One Variable Linear Equations. This research uses descriptive, qualitative and quantitative methodology. This research is held for 7 meetings. The subject of this research is 7thgrade class D students, Junior High School State 3 Depok-Sleman Yogyakarta, school year 2013/2014.

This research using learning instrument in the form of Lesson Plan and data collection instruments: (1) questionnaire of students’ learning motivations to examine students’ learning motivations in learning mathematics, (2) students’ learning results are measured using learning result tests which are compared to the first test on topic One Variable Linear Equations, (3) researcher’s interview guide with students to verify students’ response when study using Quantum Learning.

Data which has been collected in this research: (1) students’ learning motivations data, and (2) students’ learning results. (1) Students’ learning motivation, and (2) students’ learning result data are analyzed quantitatively. (1) Students’ learning motivation data are analyzed using score in every students’ statement, and (2) students’ learning results are analyzed using students learning result test, and the scores are calculated and assigned the criteria of students’ learning result and completeness achievements.

This research shows that (1) students’ learning motivations using the implementation of Quantum Learning methodology which have minimum learning motivation reach 100%, and (2) students’ learning results using Quantum Learning methodology which get score above KKM reach 84,375%.

Keywords: Quantum Learning methodology, students’ learning motivations, students’ learning result


(3)

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DALAM PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING DI KELAS VII SMP NEGERI 3 DEPOK YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Chatarina Yustietyas Ariani NIM : 091414055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DALAM PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING DI KELAS VII SMP NEGERI 3 DEPOK YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Chatarina Yustietyas Ariani NIM : 091414055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kesabaran dan ketabahan mempunyai efek ajaib yang bisa

menghilangkan kesulitan dan

melenyapkan rintangan ”

-John Gumy Adams-

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini saya persembahkan untuk: Keluargaku tercinta: Ibu A. Ristinah, Bapak Yohanes Wahyu Jatmiko(alm) dan Adik Thomas Novianto yang selalu memotivasi saya. Weldy Wilson Siregar, Fransiska Desiati, dan Caecilia Hardiyanti yang selalu medukung dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

Chatarina Yustietyas Ariani. 2014. Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa dalam Penerapan Metode Pembelajaran Quantum Learning di Kelas VII SMP Negeri 3 Depok Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/ 2014. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) motivasi belajar siswa, dan (2) hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan Quantum Learning pada topik Persamaan Linear Satu Variabel. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIID SMP N 3 Depok-Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2013/ 2014.

Penelitian ini menggunakan instrumen pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengumpulan data: (1) angket motivasi belajar siswa untuk meneliti motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika, (2) hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan tes hasil belajar yang dibandingkan dengan tes awal pada topik Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV), (3) panduan wawancara peneliti dengan siswa untuk memverifikasi respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan Quantum Learning.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini: (1) data motivasi belajar siswa, dan (2) data hasil belajar siswa. (1) data motivasi belajar siswa, dan (2) data hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif. (1) data motivasi belajar siswa dianalisis dengan menentukan skor pada setiap pernyataan siswa, dan (2) data hasil belajar siswa dianalisis dengan menentukan skor tes hasil belajar siswa, kemudian dihitung nilainya dan ditentukan criteria pencapaian hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) motivasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Quantum Learning yang memiliki motivasi belajar minimal tinggi mencapai 100%, dan (2) hasi belajar siswa denan penerapan model pembelajaran Quantum Learning yang mendapat nilai diatas KKM mencapai 84, 375%.

Kata kunci: Model pembelajaran Quantum Learning, motivasi belajar siswa, hasil belajar siswa.


(11)

ABSTRACT

Chatarina Yustietyas Ariani. 2014. Motivation and Student’s Learning Result in Quantum Learning Methode for Grade VII of SMP Negeri 3 Depok Sleman, School Year 2013/2014. Thesis, Mathematics Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

The purposes of this research are to find out (1) students‟ learning motivations, and (2) students‟ learning results using Quantum Learning on topic One Variable Linear Equations. This research uses descriptive, qualitative and quantitative methodology. This research is held for 7 meetings. The subject of this research is 7thgrade class D students, Junior High School State 3 Depok-Sleman Yogyakarta, school year 2013/2014.

This research using learning instrument in the form of Lesson Plan and data collection instruments: (1) questionnaire of students‟ learning motivations to

examine students‟ learning motivations in learning mathematics, (2) students‟

learning results are measured using learning result tests which are compared to the

first test on topic One Variable Linear Equations, (3) researcher‟s interview guide with students to verify students‟ response when study using Quantum Learning.

Data which has been collected in this research: (1) students‟ learning motivations data, and (2) students‟ learning results. (1) Students‟ learning motivation, and (2) students‟ learning result data are analyzed quantitatively. (1) Students‟ learning motivation data are analyzed using score in every students‟ statement, and (2) students‟ learning results are analyzed using students learning result test, and the scores are calculated and assigned the criteria of students‟

learning result and completeness achievements.

This research shows that (1) students‟ learning motivations using the

implementation of Quantum Learning methodology which have minimum

learning motivation reach 100%, and (2) students‟ learning results using Quantum Learning methodology which get score above KKM reach 84,375%.

Keywords: Quantum Learning methodology, students’ learning motivations, students’ learning result


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat, dan Anugerah yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Marcellinus Andi Rudhito, S.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan dukungan hingga terselesainya skripsi ini.

3. Ibu Ayunika Permatasari, M. Sc selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran selalu meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan hingga terselesainya skripsi ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan ilmunya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

5. Seluruh Staf Sekretariat JPMIPA yang telah membantu dalam segala bentuk administrasi kampus selama penulis kuliah.


(13)

6. Bapak Sukendar, S. Pd. M. Pd. selaku kepala sekolah SMP Negeri 3 Depok Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti melaksanakan penelitian di SMP Negeri 3 Depok.

7. Ibu Rr. Lies Haryanti, S. Pd, selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 3 Depok Yogyakarta atas izin dan bantuannya selama penelitian ini.

8. Siswa dan siswi kelas VII D yang bersedia bekerja sama dengan baik selama penelitian berlangsung.

9. Orang tuaku tercinta Bapak Yohanes Wahyu Jatmiko(alm), Ibu A. Ristinah, Adikku Thomas Novianto atas segala cinta, kasih sayang dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.

10.Seluruh keluargaku yang ada di Yogyakarta atas semangat, doa dan dukungannya.

11.Weldy Wilson Siregar atas segala semangat, bantuan doa dan dukungannya.

12.Sahabat- sahabatku Fransiska Desiati, Caecilia Hardiyanti, Uline, dan Rina untuk bantuan, dukungan dan persahabatan yang penuh warna.

13.Teman – teman P.Mat 2009 atas segala kebersamaan, pengalaman dan kebaikannya untuk segala hal selama penelitimenempuh pendidikan S1. 14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu yang telah


(14)

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Pembatasan Masalah ... 5

F. Penjelasan Istilah ... 6


(16)

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Belajar ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

2. Pengertian Pembelajaran ... 11

3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 15

B. Quantum Learning ... 21

1. Model Quantum Learning ... 21

2. Prinsip Dasar dan Langkah Pembelajaran Quantum Learning 23 C. Motivasi ... 29

1. Pengertian Motivasi ... 29

2. Teori Motivasi ... 31

3. Pengertian Motivasi Belajar ... 32

4. Ciri-Ciri Orang yang Termotivasi ... 32

5. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah ... 33

D. Pengertian Hasil Belajar ... 34

E. Topik Persamaan Linear Satu Variabel ... 37

1. Mengenali Persamaan Linear Satu Variabel ... 37

2. Menentukan Bentuk Setara dari PLSV ... 38

3. Menentukan Akar Penyelesaian PLSV ... 40

4. Memecahkan Masalah Sehari-Hari yang Berkaitan dengan PLSV ... 40

F. Kerangka Pemikiran ... 41


(17)

A. Jenis Penelitian ... 43

B. Subjek Penelitian ... 43

C. Objek Penelitian ... 44

D. Variabel Penelitian ... 44

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

F. Bentuk Data ... 45

G. Metode dan Instrumen Penelitian ... 46

H. Keabsahan Data ... 54

I. Metode Analisa Data ... 55

J. Tahap Pelaksanaan Penelitian Keseluruhan ... 60

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN HASIL ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Profil Sekolah ... 66

B. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 67

1. Observasi ... 67

2. Pelaksanaan Tes Uji Coba ... 68

3. Validitas dan Reliabilitas ... 69

4. Pelaksanaan Pengambilan Data... 79

C. Penyajian Data ... 91

1. Data Angket Motivasi Belajar Siswa ... 91

2. Data Tes Hasil Belajar Siswa ... 95

3. Data Hasil Wawancara ... 97


(18)

1. Analisis Angket Motivasi Belajar Siswa... 99

2. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa ... 101

3. Analisis Hasil Wawancara Guru dan Siswa ... 106

4. Analisis Keseluruhan ... 115

E. Pembahasan ... 116

F. Keterbatasan Penelitian ... 117

BAB V PENUTUP ... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar siswa ... 47

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Tes Awal ... 48

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir ... 48

Tabel 3.4 Pedoman Penilaian Tes Awal Belajar Siswa ... 51

Tabel 3.5 Pedoman Penilaian Tes Akhir Belajar Siswa ... 52

Tabel 3.6 Panduan Pemberian Skor Angket ... 56

Tabel 3.7 Rentang Angket Motivasi Belajar Siswa ... 57

Tabel 3.8 Kriteria Pencapaian Hasil Belajar Siswa ... 58

Tabel 4.1 Indikator Angket Motivasi Belajar Siswa ... 69

Tabel 4.2 Validitas Isi Angket Motivasi Belajar Siswa ... 70

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Butir Angket Motivasi Siswa ... 72

Tabel 4.4 Indikator Soal Tes Akhir ... 74

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Isi Tes Akhir ... 74

Tabel 4.6 Daftar Nilai Hasil Uji Coba Tes Akhir ... 76

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 77

Tabel 4.8 Skor Angket Motivasi Belajar Siswa ... 93

Tabel 4.9 Daftar Nilai Tes Awal ... 95

Tabel 4.10 Daftar Nilai Tes akhir ... 96

Tabel 4.11 Analisis Angket Motivasi Belajar Siswa ... 100

Tabel 4.12 Jumlah Siswa dalam Kualifikai Motivasi Belajar Siswa ... 101


(20)

Tabel 4.14 Jumlah Siswa Dalam Kriteria Hasil Belajar ... 103

Tabel 4.15 Analisis Tes Hasil Belajar Siswa ... 103

Tabel 4.16 Jumlah Siswa dalam Kriteria Hasil Belajar ... 104


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... 124

LAMPIRAN A.1 Surat Ijin Penelitian ... 125

LAMPIRAN A.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 126

LAMPIRAN A.3 Daftar Nama Siswa Kelas VII-D ... 127

LAMPIRAN A.4 Daftar Nilai Tes Awal Siswa dan Daftar Nama Kelompok 128 LAMPIRAN A.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 130

LAMPIRAN A.6 Soal Tes Awal Siswa ... 138

LAMPIRAN A.7 Kunci Jawaban Soal Tes Awal Siswa ... 139

LAMPIRAN B ... 142

LAMPIRAN B.1 Angket Motivasi Belajar Siswa ... 143

LAMPIRAN B.2 Soal Tes Akhir ... 145

LAMPIRAN B.3 Kunci Jaawaban Tes Akhir ... 146

LAMPIRAN B.4 Panduan Wawancara dengan Guru ... 149

LAMPIRAN B.5 Panduan Wawancara dengan Siswa ... 150

LAMPIRAN C ... 151

LAMPIRAN C.1 Perhitungan Nilai R Butir Angket Motivasi Siswa ... 152

LAMPIRAN C.2 Perhitungan Reliabilitas Angket Motivasi Siswa ... 176

LAMPIRAN C.3 Daftar Nilai Hasil Uji Coba Tes Akhir ... 181

LAMPIRAN C.4 Perhitungan Nilai R Butir Soal Tes Akhir Siswa ... 182

LAMPIRAN C.5 Perhitungan Reliabilitas Soal Tes Akhir Siswa ... 204


(22)

LAMPIRAN D.1 Transkip Wawancara Peneliti dengan Siswa... 210 LAMPIRAN D.2 Daftar Nilai Hasil Tes Akhir ... 211 LAMPIRAN D.3 Transkip Wawancara Peneliti dengan Guru ... 212 LAMPIRAN D.4 Lembar Jawaban Tes Akhir Siswa ... 213 LAMPIRAN D.5 Lembar Angket Motivasi Siswa ... 220 LAMPIRAN D.6 Foto Kegiatan Penelitian ... 230


(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus dapat memberikan wahana yang memungkinkan matematika berkembang dengan pesat. Perkembangan pendidikan matematika yang begitu pesat menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pengajaran yang lebih terarah pada penguasaan konsep matematika yang dapat menunjang kegiatan sehari – hari dalam masyarakat. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemampuan kerjasama yang efektif. Cara berfikir yang seperti ini dapat dilakukan melalui pembelajaran matematika.. Kurikulum yang telah direvisi menyarankan agar kegiatan pengajaran tidak hanya satu arah dari guru saja melainkan dua arah, timbal balik antara guru dan siswa. Dalam komunikasi dua arah tersebut guru harus aktif merencanakan, memilih, membimbing, dan menganalisa berbagai kegiatan yang dilakukan siswa, sebaliknya siswa diharapkan untuk aktif terlebih mental maupun emosional.

Salah satu diantara masalah besar di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari


(24)

rendahnya hasil belajar siswa. Masalah lain dalam pendidikan di Indonesia yang juga banyak diperbincangkan adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher center). Guru banyak menempatkan siswa sebagai obyek dan bukan sebagai subyek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan pada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif dan logis sehingga siswa kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Peranan guru yang sangat mendasar adalah membangkitkan motivasi dalam diri siswanya agar semakin aktif belajar. Dalam kegiatan belajar matematika, motivasi dapat dikatakann sebagai keseluruha daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar matematika, sehingga diharapkan tujuan dari belajar matematika dapat tercapai.

Pelajaran matematika bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang sulit, ini merupakan masalah utama yang dihadapi oleh para guru matematika. Rendahnya hasil belajar matematika karena adanya berbagai cap negative telah melekat di benak siswa. Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta pada kelas VII-D tahun ajaran 2013/ 2014. Hasil observasi tersebut memberikan gambaran bahwa proses belajar mengajar yang dilakukan belum mendukung adanya pemahaman yang maksimal. Guru menggunakan metode ceramah, diselingi dengan Tanya jawab dalam


(25)

pembelajaran matematika, tetapi saat guru menjelaskan siswa cenderung tidak memperhatikan, saat siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang kesulitan, siswa juga diam, sehingga guru menganggap siswa sudah paham. Namun saat guru meminta siswa mengerjakan soal latihan, ada beberapa siswa yang bertanya pada temanya yang lebih pintar, bahkan ada siswa yang hanya mencontek pekerjaan temannya. Saat guru meminta siswa mengerjakan soal di papan tulis masih memerlukan waktu yang cukup lama agar siswa bersedia menuliskannya sehingga memakas guru untuk menunjuk salah satu siswa. Hal ini mencerminkan kurangnya motivasi belajar matematika siswa.

Agar dalam pelaksanaan pembelajaran matematika tidak membosankan, maka pada pelaksanaannya dapat menerapkan berbagai strategi. Metode pembelajaran yang dipilih diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika, motivasi belajar, dan kepercayaan diri. Metode pembelajaran yang sesuai dengan maksud di atas, salah satunya adalah metode pembelajaran Quantum Learning. Metode Quantum Learning merupakan suatu cara pembelajaran yang digagas oleh DePorter. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negative. Untuk mendapatkan sugesti positif beberapa teknik digunakan, siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, music akan dipasang, poster- poster yang menonjolkan informasi ditempel sehingga siswa akan


(26)

lebih bebas menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Dengan pembelajaran ini motivasi belajar siswa meningkat, sehingga akan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang Quantum Learning sebagai upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa di Sekolah Menengah Pertama yang berjudul : PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat di identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia yang tercermin dari rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan meodel pembelajaran yang diterapkan masih berpusat pada guru.

2. Dalam pembelajaran matematika guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif dan logis sehingga siswa kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.


(27)

C. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan metode Quantum Learning pada topik PLSV?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan metode Quantum Learning pada topik PLSV?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui seberapa tinggi motivasi siswa dalam pembelajaran matematika melalui penerapan metode Quantum Learning pada topik PLSV.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui penerapan metode Quantum Learning pada topik PLSV.

E. Pembatasan masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada ruang lingkup permasalahan yang lebih sempit agar pembahasan dapat lebih terfokus dan mendalam. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 3 Depok Yogyakarta tahun pelajaran 2012/ 2013. Obyek penelitian akan dibatasi untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.


(28)

Selain itu, motivasi dan hasil belajar siswa yang dimaksud dibatasi hanya pada materi pembelajaran sebagai berikut:

SK : 2. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

KD : 2.3 Menyelesaikan persamaan linear satu variabel Indikator :

1. Menjelaskan PLSV dalam berbagai bentuk dan variabel.

2. Menentukan bentuk setara dari PLSV dengan cara kedua ruas ditambah, dikurangi, dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama. 3. Menentukan penyelesaian PLSV.

4. Menentukan penyelesaian PLSV dalam bentuk pecahan.

F. Penjelasan Istilah

Untuk membatasi masalah dan menjaga agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda dari istilah-istilah yang ada, maka perlu diberikan penjelasan dan penegasan yang berkaian dengan judul tersebut.

Adapun penjelasan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan. Beberapa ahli juga berpendapat bahwa penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, atau hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan


(29)

untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

Secara ringkas, penerapan dapat diartikan sebagai pemakaian suatu cara atau metode yang akan diaplikasikannya

2. Model pembelajaran

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik. Beberapa macam model pembelajaran yang sering digunakan guru dalam mengajar yaitu: pengajaran langsung (direct instruction),


(30)

pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi.

3. Quantum learning

Quantum learning adalah salah satu model pembelajaran yang memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan music orchestra simfoni, model ini adalah model baru yang memudahkan proses belajar, memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah untuk segala mata pelajaran. Menurut DePorter, Quantum Learning

adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya dan menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar (DePorter, 1999). Pembelajaran

Quantum Learning pertama kali dikenalkan pada program perkemahan yang dikenal sebagai SuperCamp. Ada tiga keterampilan dasar yang diajarkan pada program SuperCamp tersebut yaitu keterampilan akademis, prestasi fifik, dan keterampilan hidup. Metode belajar yang digunakan menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Neuro Linguistik Programming) serta teori dan strategi belajar yang lain, misalnya teori belajar otak kanan/kiri, gaya belajar berdasarkan modalitas VAK (Visual, Audiotori, Kinestetik). Pelaksanaan pembelajaran Quantum Learning

memandang penciptaan lingkungan belajar yang kondusif sangat berperan dalam mendukung proses belajar agar berlangsung menarik, menyenangkan, efektif, dan menjadi mudah dipahami oleh siswa.


(31)

G. Manfaat Penelitian

Dari tujuan diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi siswa

a. Siswa dapat mempelajari matematika dengan cara yang lebih menyenangkan.

b. Siswa dapat termotivasi dalam belajar matematika c. Siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 2. Bagi guru

a. Guru dapat menambah referensi metode pembelajaran terutama penerapan metode Quantum Learning dalam rangka meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

a. Tercipta lingkungan belajar yang kondusif, efektif, dan menyenangkan.

b. Dengan meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika maka akan dapat mendukung peningkatan mutu di Sekolah Menengah Pertama.


(32)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi tentang belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi dan pendidikan tentang pengertian belajar :

a. Menurut W. S. Winkel (2009) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan – perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif, konstan, dan berbekas.

b. Menurut Slameto (2001) “Balajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.


(33)

c. Menurut J. Bruner “Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah”. Sebab itu bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. d. Menurut Gagne “Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh

motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah

laku” (Suprijono, 2009: 2).

e. Menurut teori Gestalt “Belajar adalah proses mengembangkan insight.

Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Teori Gestalt menganggap bahwa insight

adalah inti dari pembentukan tingkah laku. Kemampuan insight

seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang tersebut. Jadi setiap anak akan memiliki kemampuan insight nya sendiri – sendiri (Suprijono, 2009: 2).

Dari pendapat – pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman. Siswa dapat dikatakan belajar jika dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelum belajar.

2. Pengertian pembelajaran

Pengertian pembelajaran menurut Muhamad Surya (2004), adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu


(34)

perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut adalah:

a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Artinya, ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai perubahan pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri – cirri sebagai berikut:

1) Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, keterampilannya telah bertambah, ia lebih yakin terhadap dirinya, dan sebagainya.

2) Perubahan yang bersikap kontinu (berkesinambungan), artinya suatu perubahan yang telah terjadi, menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang lain. Misalnya seorang anak yang telah belajar membaca, ia akan berubah perilakunya dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. Kecakapannya dalam membaca menyebabkan ia dapat membaca lebih baik lagi dan dapat belajar yang lain.

3) Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.


(35)

4) Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan perubahan dalam diri individu. Perubahan yang diperoleh senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya. Orang yang telah belajar akan merasakan ada sesuatu yang lebih banyak, sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih luas dalam dirinya. Misalnya ilmunya menjadi lebih banyak, prestasinya meningkat, kecakapannya lebih baik, dan sebagainya. 5) Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi

dengan sendirinya, akan tetapi melalui aktivitas individu. Perubahan yang terjadi karena kematangan, bukan hasil pembelajaran karena terjadi dengan sendirinya dengan tahapan – tahapan perkkembangannya. Dalam kematangan, perubahan itu akan terjadi dengan sendirinya meskkipun tidak ada usaha pembelajaran.

6) Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu. Ini berarti bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti sakit, keluar air mata karena menangis, bersin dan sebagainya bukan perubahan sebagai hasil pembelajaran.

7) Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Dalam proses


(36)

pembelajaran, semua aktivitas terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu.

b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran meliputi semua aspek perilaku yaitu aspek perilaku kognitif, konatif, dan afektif atau motorik.

c. Pembelajaran merupakan suatu proses, artinya pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan. Di dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah. Jadi, pembelajaran bukan sebagai suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan merupakan suatu rangkaian aktivitas-aktivitas yang dinamis dan saling berkaitan. Pembelajaran tidak dapat dilepaskan dengan interaksi individu dengan lingkungannya. Dengan demikian, suatu pembelajaran yang efektif adalah apabila pelajar-pelajar melakukan perilaku secara aktif.

d. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang akan dicapai. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupanmelalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Hal ini berarti bahwa selama individu berada dalam proses


(37)

pembelajaran hendaknya tercipta suatu kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang berarti.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Slameto (2001) bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

a. Faktor Intern

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar.

Faktor ini meliputi : 1) Faktor jasmani

a) Faktor kesehatan

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu menindahkan ketentuan– ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. b) Cacat tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Jika hal ini terjadi, hendaknya anak belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya.

2) Faktor psikologi a) Intelegensi


(38)

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep – konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang komplek dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor diantara faktor yang lain.

b) Perhatian

Perhatian menurut Gozali dalam Slameto (2001) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata – mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekelompok objek.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar, maka dilakukan dengan cara menjelaskan hal – hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal – hal yang berhubungan dengan cita – cita serta kaitannya dengan bahan yang dipelajari.


(39)

d) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard dalam Slamento (2001)

adalah : “the capacity to learn”. Dengan kata lain bakat adalah

kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

e) Motif

Motif yang kuat sangat perlu dalam belajar untuk dapat membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan dengan adanya latihan – latihan/ kebiasaan – kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat – alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapanya sebelum belajar. g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Jika dalam belajar siswa sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Keleahan jasmani terlihat


(40)

dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

b. Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari luar siswa.

Faktor ini meliputi :

1) Faktor keluarga

a) Cara orang tua mendidik

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Oleh karena itu cara orangtua mendidik anak – anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.

b) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orangtua dengan anaknya. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai bimbingan dan bila perlu hukuman – hukuman untuk mensukseskan anak belajar.

c) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian – kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik


(41)

perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram selain anak kerasan/betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.

d) Keadaan ekonomi keluarga

Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

e) Pengertian orang tua

Jika anak mengalami lemah semangat, orangtua wajib member pengertian dan dorongan, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah.

f) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan didalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kepada anak kebiasaan – kebiasaan yang baik agar mendorong semangat anak untuk belajar.

2) Faktor sekolah

a) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan seefisien dan seefektif mungkin.


(42)

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

c) Relasi guru dan siswa

Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar dan siswa merasa jenuh dari guru sehingga menyebabkan siswa segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

d) Tugas rumah

Waktu belajar terutama adalah di sekolah, maka diharapkan jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan dirumah karena anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.

3) Faktor masyarakat

Faktor masyarakat meliputi :

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya.

b) Mass media

Mass media yang baik member pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga belajarnya sebaliknya mass media yang buruk


(43)

juga berpengaruh buruk terhadap siswa dan belajarnya, maka siswa perlu mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orangtua dan pendidik.

c) Teman bergaul

Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik – baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orangtua dan pendidik harus cukup bijaksana.

d) Bentuk kehidupan masyarakat

Masyarakat yang terdiri dari orang – orang yang tidak terpelajar dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada di lingkungan sekitar, maka perlu lingkungan yang baik agar dapat member pengaruh yang positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik – baiknya.

B. Quantum Learning

1. Model Quantum learning

Model atau metode pembelajaran adalah cara atau gaya yang baik digunakan oleh guru dalam mengajar maupun siswa dalam belajar.

Quantum learning adalah salah satu model pembelajaran yang memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orchestra simfoni, model ini adalah model baru yang memudahkan proses belajar,


(44)

memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah untuk segala mata pelajaran. Menurut DePorter, Quantum Learning adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya dan menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar (DePorter, 1999). Pelaksanaan pembelajaran Quantum Learning

memandang penciptaan lingkungan belajar yang kondusif sangat berperan dalam mendukung proses belajar agar berlangsung menarik, menyenangkan, efektif, dan menjadi mudah dipahami oleh siswa.

Menurut DePorter (1999 :8) pada dasarnya manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk melampaui kemampuan yang diperkirakan, karena manusia memiliki potensi yang belum tergali dan terasah, untuk dapat menggali potensi secara optimal maka dibutuhkan lingkungan belajar yang mendukung proses belajar sehingga dapat merangsang siswa aktif menggali potensi yang dimilikinya. Penciptaan ruang atau lingkungan belajar yang menyenangkan, kondusif dan membangun sugesti dapat dilakukan dengan melakukan beberapa cara, misalnya dengan memutar musik klasik di dalam kelas, memasang poster afirmatif, mengatur tempat duduk siswa secara nyaman dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terus berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Sudrajat (2008:1) Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Pada prinsipnya model Quantum


(45)

Learning menuntut guru untuk dapat menciptakan suasana yang kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif dan saling menghargai.

2. Prinsip Dasar dan langkah pembelajaran Quantum Learnimg

Quantum Learning memiliki prinsip – prinsip dasar yang harus diperhatikan sebagai berikut :

a. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh. Belajar tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional, memakai otak kiri, dan verbal) tetapi juga melibatkan seluruh tubuh, pikiran dengan segala emosi, indera dan sarafnya.

b. Belajar adalah berkreasi bukan mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap untu pembelajar, melainkan sesuatuyang diciptakan pembelajar. Pembelajaran terjadi ketika terjadi proses masuknya pengetahuan baru pada seseorang, atau dapat dikatakan menciptakan makna baru dalam dirinya.

c. Kerjasama dapat membantu proses belajar. Semua usaha belajar yang baik mempunyai landasan social. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan orang lain. Persaingan diantara siswa memperlambat pembelajaran. Sedangkan kerjasama antar mereka akan mempercepat pembelajaran, semua komunitas cenderung lebih baik hasilnya daripada individu yang belajar sendiri – sendiri.

d. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan. Belajar bukan hanya sekedar menyerap satu hal kecil pada suatu waktu, melainkan menyerap banyak hal sekaligus pada waktu yang


(46)

bersamaan. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada banyak tingkatan simultan dan memanfaatkannya.

e. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan sendiri. Belajar yang paling baik adalah belajar dalam konteks.

f. Emosi positif dapat sangat membantu proses pembelajaran, perasaan menentukan kuantitatif dan kualitatif.

g. Otak menyerap informasi secara langsung dan otomatis, system saraf manusia lebih sensitif terhadap rangsang ke mata dibandingkan ke telinga.

Kemudian prinsip – prinsip dasar tersebut dapat dirangkum menjadi 5 prinsip dasar yang dapat mempengaruhi kegiatan pelaksanaan pembelajaran yaitu :

a. Segalanya Berbicara

Segala hal di dalam lingkungan belajar mengirim pesan tentang belajar. Pesan belajar ini dapat terkandung dalam segala yang ada dalam lingkungan belajar, mulai dari benda, tulisan, bahkan bahasa tubuh guru.

b. Segalanya Bertujuan

Setiap hal yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran memiliki tujuan. Semuanya dapat digunakan untuk suatu tujuan yaitu mendukung proses belajar yang sedang terjadi.


(47)

c. Pengalaman sebelum Pemberian Nama

Proses belajar yang paling baik terjadi apabila siswa mengalami sendiri informasi yang dipelajari. Melalui pengalaman tersebut,siswa dapat memberi nama untuk hal yang dipelajari.

d. Akui Setiap Usaha

Belajar mengandung risiko, artinya siswa berusaha untuk melangkah dari kenyamanan. Untuk itu, siswa patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Guru sebaiknya memberikan pengakuan terhadap setiap usaha siswa, bukan hanya untuk usaha yang tepat saja. Hal ini mendorong siswa mencapai hasil terbaik mereka, karena menjadi lebih percaya diri dalam belajar.

e. Jika Layak Dipelajari, maka Layak Pula Dirayakan!

Perayaan atas keberhasilan yang diraih siswa dapat meningkatkan emosi positif siswa terhadap belajar. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan sebagai pencipta daya dorongan untuk mengulang keberhasilan tersebut. Contoh perayaan keberhasilan yang bisa dilakukan di kelas, yaitu: tepuk tangan, jentikan jari, poster, pemberian kejutan, pernyataan afirmasi, dan lain sebagainya.

Dalam kegiatan belajar dikelas, Quantum Learning menggunakan berbgai macam metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi, kerja kelompok, eksperimen dan pemberian tugas. Adapun langkah- langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Learning dengan cara:


(48)

a. Kekuatan Ambak

Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat- akibat suatu keputusan (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki 2009: 49). Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi.

b. Penataan lingkungan belajar

Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa. Cara menata perabot (meja dan kursi), musik yang dipasang, penataan cahaya, dan pemasangan kalimat- kalimat motivasi merupakan kunci bagi siswa yang menerapkan

Quantum Learning untuk menciptakan lingkungan belajar yang optimal. Jika penataan dilakukan dengan baik, maka lingkungan menjadi sarana yang bernilai dalam membangun dan mempertahankan sikap positif. Dengan mengatur lingkungan belajar inilah sebagai awal yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar secara menyeluruh. c. Memupuk sikap juara

Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa, seorang guru hendaknya jangan segan- segan untuk


(49)

memberikan pujian pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi. Dengan memupuk sikap juara ini siswa akan lebih dihargai. d. Bebaskan gaya belajarnya

Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan baik di sekolah dan dalam situasi – situasi antar pribadi. Ketika menyadari bagaimana menyerap dan mengolah informasi, maka dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya sendiri. Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam

Quantum Learning guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja.

e. Membiasakan mencatat

Belajar akan benar- benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. Alasan utama mencatat adalah untuk menguatkan daya ingat. Tujuan mencatat adalah untuk mendapatkan pola- pola kecil dari buku laporan, materi pelajaran dan sebagainya. Catatan yang baik dan efektif akan membantu untuk mengingat detail- detail tentang poin- poin kunci, memahami konsep- konsep utama dan melihat kaitannya. Hal tersebut


(50)

dapat dilakukan dengan memberikan simbol- symbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri, simbol- simbol tersebut dapat berupa tulisan.

f. Membiasakan membaca

Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membacabaik buku pelajaran maupun buku- buku yang lain.

g. Jadikan anak lebih kreatif

Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan ide- ide yang segar dalam belajarnya. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk menjadi pemikir- pemikir yang kreatif dan pemecah masalah, yang diperlukan adalah pikiran yang penuh rasa ingin tahu, kesanggupan untuk mengambil resiko dan dorongan untuk membuat segalanya berhasil.

h. Melatih kekuatan memori anak

Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik. Di akhir pelajaran, guru memberikan latihan- latihan soal, Pekerjaan Rumah (PR) dan tes untuk mengetahui sejauh mana kekuatan memori siswa dalam menerima pelajaran tersebut.


(51)

Pembelajaran Quantum Learning lebih mengutamakan keaktifan peran serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan, sehingga hasil penelitian Quantum Learning

terletak pada modus berbuat yaitu katakana dan lakukan, dimana proses pembelajaran Quantum Learning mengutamakan keaktifan siswa. Selain itu dalam proses pembelajaran perlu diperdengarkan musik untuk mencegah kebosanan dalam belajarnya. Pemilihan jenis musik pun harus diperhatikan, agar musik yang diperdengarkan tidak mengganggu konsentrasi belajar siswa. Musik sangat penting untuk lingkungan

Quantum Learning karena musik sebenarnya berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis anak. Selama melakukan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung cenderung meningkat. Gelombang- gelombang otak meningkat dan otot menjad tegang. Relaksasi yang diiringi dengan music membuat pikiran selalu siap dan mampu berkosentrasi (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki 2009: 72).

C. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Dikalangan para ahli muncul berbagai pendapat tentang motivasi dengan titik berat yang berbeda – beda sesuai dengan hasil penelitian yang

mereka peroleh dan ilmu pengetahuan yang mereka pelajari. Kata “motif”,


(52)

sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi

mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat

dappat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku (Uno, 2007). Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau orang – orang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului

dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Jadi, motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.


(53)

2. Teori Motivasi

Maslow, sebagai tokoh motivasi aliran humanisme, menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten dalam diri manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang pangan), kebutuhan rasa aman (bebas bahaya), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri. Aktualisasi diri, penghargaan atau penghormatan, rasa memiliki, dan rasa cinta atau sayang, perasaan aman, dan tenteram merupakan kebutuhan fisiologis mendasar. Teori maslow ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam dunia pendidikan, teori ini dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan peserta didik, agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin.

Teori ini mempunyai makna serta peranan kognisi dalam kaitannya dengan perilaku seseorang, menjelaskan bahwa adanya peristiwa internal yang terbentuk sebagai perantara dari stimulus tugas dan tingkah laku berikutnya. Motivasi yang terkait dengan pemaknaan dan peranan kognisi lebih merupakan motivasi intrinsic, yaitu motivasi yang muncul dari dalam, seperti minat atau keingintahuan (curiosity), sehingga seseorang tidak lagi termotivasi oleh bentuk – bentuk insentif atau hukuman. Sedangkan motivasi ekstrensik adalah motivasi yang disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh faktor – faktor eksternal berupa ganjaran dan atau hukuman.


(54)

3. Pengertian motivasi belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Menurut Uno (2007), motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsic, berupa hasrat, dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar serta harapan akan cita – cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Menurut Sardiman (2007: 75) motivasi belajar sebagai suatu keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek dapat tercapai. Keseluruhan dapat dimaksudkan bahwa ada motif yang menggerakan siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.

4. Ciri – ciri orang yanG termotivasi

Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi memiliki ciri – ciri sebagai berikut (Imron, 1996: 88) :

a. Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus - menerus dalam waktu yang lama.


(55)

c. Tidak cepat puas dengan pretasi yang dimiliki.

d. Menunjukan minat yang besar terhadap bermacam – macam masalah belajar.

e. Lebih suka belajar sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. f. Tidak cepat bosan dengan tugas – tugas rutin.

g. Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini. h. Senang mencari dan melepaskan masalah. 5. Bentuk – bentuk motivasi di Sekolah

Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, yaitu:

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama jutru untuk mencapai angka/ nilai yang baik. Angka – angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.

b. Hadiah

Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu siswa untuk lebih giat lagi. Disamping itu, siswa yang belum berprestasi akan temotivasi untuk mengejar siswa yang berprestasi. c. Saingan/ kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.


(56)

d. Pujian

Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas denga baik maka perlu diberikan pujian, tentunya pujian yang bersifat membangun. e. Hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut dapat merubah diri dan memacu motivasi belajarnya.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

D. Pengertian Hasil Belajar

Hasil dari proses belajar disebut sebagai hasil belajar yang dapat dilihat dan diukur. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti satuan program pengajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajarnya dalam program tersebut. Untuk dapat belajar sesuatu diperlukannya kondisi yang mempengaruhi belajar, meliputi kondisi internal yang ada pada diri orang yang belajar dan kondisi eksternal saat siswa belajar.

Kondisi internal ini sebagai karakteristik siswa yang merupakan diskripsi umum dari sifat – sifat siswa yang akan menerima pelajaran misalnya usia, kelas, minat, profesi, kesehatan, motivasi, tingkat prestasi, kemampuan, status sosial ekonomi, atau kemampuan berbahasa asing. Kondisi eksternal adalah rangsangan yang bersumber dari luar yang dapat menyebabkan


(57)

terjadinya proses belajar mengajar. Kondisi eksternal ini dalam proses belajar mengajar dipengaruhi antara lain oleh guru. Dalam hal ini bagaimana guru merancang dan menyediakan kondisi yang khusus agar siswa berhasil dalam belajarnya. Kegagalan seseorang dalam belajar tidak semata – mata disebabkan oleh kemampuannya tetapi antara lain adanya gangguan dari informasi lain yang menghambat untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk kepada pemikiran Gagne, hasil belajar dapat berupa:

a. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsannag spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

b. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.


(58)

d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan yang menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application

(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan

evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respons), valuing (menilai), organization

(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi

initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan


(59)

sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan secara komprehensif.

E. Topik Persamaan Linear Satu Variabel

1. Mengenali Persamaan Linear Satu Variabel a. Kalimat Tertutup (Pernyataan)

Kalimat tertutup adalah kalimat yang dapat bernilai benar atau salah. Contoh: 1) 3 + 2 = 5 (benar)

2) 3 x 4 = 10 (salah) b. Kalimat Terbuka

Kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat variabel atau kalimat yang belum ditentukan nilai kebenarannya.

Contoh: 1) x + 4 = 5 → variabelnya adalah x

2) 10 + 3p = 13 → variabelnya adalah p c. Persamaan

Persamaan adalah kalimat terbuka yang menyatakan hubungan sama dengan (=).

Contoh: 1) 2x + 5 = 15 2) 3x + 5y = 25 3) x2 = 16

d. Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)

Persamaan linear satu variabel adalah persamaan dengan satu variabel dan berpangkat satu.


(60)

Contoh: 1) 2a – 9 = 11 → PLSV 2) x+ y = 10 → bukan PLSV

3) x2= 9 → bukan PLSV

e. PLSV Berbagai Bentuk contoh :

1) 2x + 1 = 11 2) 12 –x = 1 3) 3x = 12 4) 20 = 14 – 3x f. PLSV Berbagai Variabel

Contoh:

1) 2x – 1 = 9 2) 3p = 33 3) 14 – a = 0 4) 9 = 17 – 2b

2. Menentukan Bentuk Setara dari PLSV

a. Kedua Ruas Ditambah atau dikurangi dengan bilangan yang sama 1. x + 3 = 5

x + 3 – 3 = 5 – 3 (kedua ruas dikurangi dengan 3)

x = 2

Pada persamaan x + 3 = 5 bila x diganti dengan 2 didapat 2 + 3 = 5

atau 5 = 5 ↔ merupakan kalimat benar.


(61)

2. Tentukan PLSV yang setara dengan x– 3 = 2

x– 3 = 2

x– 3 + 3 = 2 + 3 (kedua ruas ditambah dengan 3)

x = 5

Jadi, PLSV x– 3 = 2 setara dengan x = 5

b. Kedua Ruas Dikalikan atau dibagii dengan bilangan yang sama 1. 3x = 15

↔(3x) : 3 = 15 : 3

x = 5

Bila pada persamaan x = 5, x diganti dengan 5 maka didapat

hubungan 5 = 5 → merupakan kalimat yang benar, dan pada

persamaan 3x = 15, x diganti dengan 5 maka didapat hubungan 3 .

5 = 15 atau 15 = 15 → merupakan kalimat yang benar. Hal ini

berarti persamaan 3x = 15 dan x = 5 merupakan persamaan yang setara.

2. Tentukan PLSV yang setara dengan !

↔ 4 . x = 4 . (-1) (kedua ruas dikalikan dengan 4)

x = - 4


(62)

3. Menentukan Akar Penyelesaian PLSV

Yang dimaksud akar penyelesaian PLSV adalah suatu bilangan yang digantikan pada variabel sehingga didapat kalimat yang benar atau bentuk yang paling sederhana dari PLSV tersebut.

a. Tentukan akar penyelesaian dari persamaan 3x– 1 = 11

3x–1 =11 ↔ 3x– 1 + 1 = 11 + 1 (kedua ruas ditambah dengan 1)

↔ 3x = 12

↔ (3x) : 3 = 12 : 3 (kedua ruas dibagi dengan 3)

x = 4

Jadi akar penyelesaian dari persamaan 3x– 1 = 11 adalah x = 4 b. Tentukan akar penyelesaian dari persamaan 2(3x+2) = 3(2-x)!

2(3x+ 2) = 3(2 –x) ↔6x + 4 = 6 – 3x ↔ 6x + 3x = 6 – 4

↔ 9x= 2 ↔ x = = 3

4. Memecahkan Masalah Sehari- Hari yang berkaitan dengan PLSV a. Umur A sekarang adalah 2 kali umur B. Jumlah umur mereka sekarang

18 tahun. Tentukan umur mereka masing- masing untuk enam tahun yang akan datang!

Penyelesaian :

Umur B sekarang dimisalkan = x tahun, maka umur A sekarang = 2x tahun. Didapat persamaan dan penyelesaian sebagai berikut.

2x + x= 18 ↔ 3x= 18 ↔ x = ↔ x = 6 Umur B sekarang = 6 tahun


(63)

Umur A sekarang = 2 x 6 tahun = 12 tahun

Jadi, enam tahun yang akan datang, umur A = 12 + 6 = 18 tahun dan umur B = 6 + 6 = 12 tahun

b. Pada suatu pertandingan setiap tim yang menang diberi nilai 3, seri diberi nilai 1, dan jika kalah tidak mendapat nilai. Pada akhir masa pertandingan satu tim telah bertanding 24 kali dan diantaranya menderita kalah 7 kali. Tim itu mendapat nilai 45. Berapa kali tim itu menang?

Penyelesaian :

Misalkan tim itu menang sebanyak x kali

Berarti tim itu seri sebanyak (24 – 7 –x )kali = (17 –x ) kali, maka 3x + 1(17- x)+ 0 x 7 = 45.

3xx + 17 = 45

↔ 2x = 45 – 17

↔ 2x= 28 ↔ x = = 14

Jadi, tim itu menang sebanyak 14 kali

F. Kerangka Pemikiran

Belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan perilaku khususnya dalam pelajaran matematika.


(64)

Belajar matematika merupakan proses untuk mengerti serta memahami hubungan simbol – simbol yang diterjemahkan dari keadaan serta mampu menjabarkan konsep yang dihasilkan dari situasi nyata dalam pengajaran matematika berdasarkan pada perkembangan intelektual.

Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa pada pelajaran matematika di sekolah perlu adanya penelitian yang sifatnya lebih inovatif agar pembelajaran matematika lebih bisa dinikmati siswa dengan penuh semangat dan lebih bergairah, agar siswa lebih punya motivasi untuk lebih giat belajar.

Dengan menggunakan metode Quantum Learning pada pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa. Melalui metode Quantum Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Untuk itu seorang guru harus mampu dan menguasai cara penyampaian materi pembelajaran dengan metode Quantum Learning. Apabila seorang guru dalam melakukan persiapan pembelajaran kontekstual sudah optimal, maka dalam proses pembelajaran diharapkan hasilnya juga memuaskan.


(65)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, kualitatif, dan kuantitatif karena data yang diperoleh berbentuk deskripsi, uraian, dan skor. Data kuantitatif yang dikumpulkan berupa skor hasil belajar kognitif siswa terhadap subpokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel. Data kuantitatif juga didukung oleh data kualitatif yang berupa data hasil wawancara, dan angket mengenai motivasi belajar siswa.

Dalam penelitian ini akan digali mengenai penerapan pembelajaran

Quantum Learning dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa.

B. Subyek Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya adalah penelitian kuantitatif. Oleh karena itu dalam penelitian ini terdapat populasi dan sampel yang menjadi subyek dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup waktu yang ditentukan. Populasi dari penelitian ini adalah siwa SMP N 3 Depok-Sleman, Yogyakarta.


(66)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (disebut juga sebagai contoh). Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VII-D. Sampel dipilih secara acak.

C. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini berupa penerapan pembelajaran Quantum Learning dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yang akan diteliti yaitu:

1. Variabel Bebas

Hal yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan yang diberikan peneliti terhadap para siswa yaitu berupa penerapan model pembelajaran Quantum Learning.

2. Variabel Terikat

Hal yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan motivasi dan pengaruh Quantum learning terhadap hasil belajar siswa yang diperoleh selama mengikuti proses pembelajaran matematika yang diberikan pada Sekolah Menengah Pertama kelas VII semester 2 teradap pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel dengan menggunakan metode Quantum learning.


(67)

E. Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian : SMP N 3 Depok, Yogyakarta

Waktu penelitian : bulan September 2013 – bulan November 2013

F. Bentuk Data

Dalam penelitian ini, terdapat empat macam data yang akan diteliti, hal

– hal yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Data Motivasi Belajar Siswa

Data motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Quantum Learning diperoleh dari angket yang dibagikan kepada siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Quantum Learning. Data ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran menggunakan Quantum Learning.

2. Data Hasil Belajar Siswa

Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data hasil belajar siswa berupa tes hasil belajar. Tes dalam penelitian ini meliputi tes awal dan te akhir. Hasil dari tes awal akan digunakan untuk membuat kelompok dan untuk memperoleh nilai awal serta melihat kemampuan awal siswa, sedangkan tes akhir digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan Quantum Learning. Data hasil belajar siswa inilah yang digunakan untuk mengetahui pengaruh


(68)

model pembelajaran Quantum Learning terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan Persamaan Linear satu Variabel.

3. Data Wawancara Siswa dan Guru

Data wawancara dengan siswa diperoleh dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan beberapa siswa yang ditunjuk sebagai perwakilan dari masing-masing kelompok. Data ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa menyukai pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning. Data wawancara dengan guru diperoleh dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru sebelum pembelajaran menggunakan Quantum Learning berlangsung. Data ini bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika.

G. Metode dan Instrumen Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Angket Motivasi Belajar siswa

Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup, dimana peneliti telah menyertakan/ menyediakan jawaban di dalam angket tersebut sehinnga siswa tinggal


(69)

menjawab dengan memilih. Angket akan diberikan setelah pembelajaran Quantum Learning.

Bentuk angket hasil belajar siswa yang digunakan pada penelitian ini adalah pernyataan. Kisi- kisi angket motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 1

Kisi- Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa

Variabel Indikator No item

positif

No item negatif Motivasi

Keinginan/dorongan untuk belajar 1, 2, 4 3 Kemauan mengerjakan tugas 5, 6, 7 8 Keinginan meningkatkan hasil

belajar

9, 11 10 Mandiri, tidak mudah menyerah 12, 13 14

Tidak mudah putus asa 15,16 17

Keikutsertaan dalam pelajaran 18, 19 20

b. Metode tes hasil belajar siswa

Dalam penelitian ini data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes yang telah disiapkan. Tes akan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu di awal pembelajaran dan di akhir pembelajaran.

1) Tes Awal/ Tes Prasyarat

Tes awal atau tes prasyarat berguna untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa untuk mengerjakan soal – soal aljabar yang berkaitan dengan pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel yang telah dipelajari sebelumnya sebelum menerapkan pembelajaran Quantum Learning.

Bentuk tes awal yang digunakan pada pembelajaran ini adalah soal essay (uraian). Berikut pedoman/ kisi – kisi untuk soal tes awal :


(70)

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Soal Tes Awal

No. Soal Kisi – Kisi

1. a, b, c, d, e Mengidentifikasi banyaknya suku dalam bentuk aljabar. 2. a, b, c, d Menentukan suku sejenis dan tidak sejenis

3.a, b, c Menentukan hasil perkalian bentuk aljabar 4.a, b, c Menyederhanakan bentuk aljabar

5.a, b Menghitung bentuk aljabar jika variabel diketahui

2) Tes Akhir

Tes akhir dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap subpokok bahasan Persamaan linear Satu Variabel selama mengikuti pembelajaran yang diberikan melalui penerapan pembelajaran Quantum Learning.

Bentuk tes akhir yang digunakan pada pembelajaran ini adalah soal essay (uraian). Berikut pedoman atau kisi – kisi untuk soal tes akhir :

Tabel 3. 3

Kisi – Kisi Soal Tes Akhir No

Indikator Kognitif

Aspek Penilaian Jumlah soal

No Soal Ingatan Pemahaman

Konsep

Aplikasi/ Penerapan 1. Menentukan

nilai kebenaran

kalimat pernyataan

Ya Ya Tidak 5 1a,

b, c, d, e

2. Menentukan bentuk PLSV, bukan PLSV

dan variabelnya

Ya Ya Tidak 5 2.a,

b, c, d, e


(71)

3. Menentukan himpunan penyelesaian

PLSV

Ya Ya Tidak 3 3.a,

b, c

4. Menentukan himpunan penyelesaian PLSV jika variable pada himpunan bilangan rasional

Ya Ya Tidak 3 4.a,

b, c

5. Menyelesaika n model matematika dari masalah yang berkaitan dengan PLSV

Ya Ya Tidak 3 5.a,

b, c

c. Metode wawancara siswa dan guru

Wawancara siswa bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran Quantum Learning yang diterapkan. Siswa yang menjadi responden ditunjuk sebagai perwakilan dari masing-masing kelompok. Pada wawancara ini, peneliti akan mewawancarai 6 orang siswa yang dipilih secara acak..

Wawancara dengan guru bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika serta mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa selama dididik oleh guru. 2. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen pembelajaran yang digunakan berupa


(72)

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) penelitian. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa lembar pengamatan aktivitas siswa (observasi), pedoman wawancara, angket motivasi siswa, soal tes awal dan soal tes akhir.

a. Instrumen Pembelajaran

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Penelitian

Perencanaan proses pembelajaran meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang – kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 20).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standari isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu atau beberapa indicator untuk satu kali pertemuan atau lebih.

RPP dalam penelitian ini dibuat untuk 4 kali pertemuan, dimana masing – masing pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (1 jam pelajaran terdiri atas 40 menit).


(73)

b. Instrumen Pengumpulan data 1) Lembar angket motivasi siswa

Lembar angket berisi pernyataan- pernyataan yang dijawab oleh siswa untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning.

(Angket Motivasi belajar siswa dapat dilihat pada lampiran B. 1)

2) Tes Hasil belajar siswa

Dalam penelitian ini data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes yang telah disiapkan. Tes akan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu di awal pembelajaran dan di akhir pembelajaran. Soal tes awal siswa terdiri dari 5 soal uraian yang dikerjakan dalam 2 x 40 menit.

(Soal tes awal siswa dapat dilihat pada lampiran A. 6)

Pedoman penilaian yang digunakan dalam tes awal belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 4

Pedoman Penilaian Tes Awal Belajar Siswa

No. Soal Keterangan Skor

maksimum 1. a, b, c,

d, e

Mengidentifikasi banyaknya suku dalam bentuk aljabar.

5 2. a, b, c, d Menentukan suku sejenis dan tidak sejenis 4 3.a, b, c Menentukan hasil perkalian bentuk aljabar 3 4.a, b, c Menyederhanakan bentuk aljabar 3 5.a, b, c, d,

e

Menghitung bentuk aljabar jika variabel diketahui 5


(74)

Nilai

=

x

10

Soal tes akhir siswa terdiri dari soal uraian yang dikerjakan dalam waktu 2 x 40 menit.

(Soal tes akhirl belajar siswa dapat dilihat pada lampiran B. 2)

Pedoman penilaian yang digunakan dalam tes hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 5

Pedoman Penilaian Tes akhir Belajar Siswa

No Keterangan Skor

1.a, b, c, d, e Menentukan nilai kebenaran kalimat pernyataan

5 2.a, b, c, d, e Menentukan bentuk PLSV, bukan PLSV

dan variabelnya

5 3.a, b, c Menentukan himpunan penyelesaian PLSV 6

4.a, b, c Menentukan himpunan penyelesaian PLSV jika variable pada himpunan bilangan

rasional

6

5.a, b, c Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan PLSV

8

Jumlah skor benar 30

Nilai = × 10 3) Panduan wawancara siswa dan guru

Pedoman wawancara siswa berisi pertanyaan- pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada beberapa siswa yang menjadi responden terkait pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Learning. Kisi – kisi yang menjadi panduan wawancara siswa adalah sebagai berikut:


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

LAMPIRAN D. 6

FOTO KEGIATAN PENELITIAN

Penataan lingkungan belajar

Siswa berdiskusi dalam kelompok Media pembelajaran yang digunakan


Dokumen yang terkait

Analisa pengaruh hasil belajar matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika|b:Studi pengaruh hasil belajar pokok bahasan getaran pada siswa kelas 2 semester III di SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2002/2003

0 11 80

Analisa pengaruh hasil belajar matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika: Studi pengaruh hasil belajar pokok bahasan getaran pada siswa kelas 2 semester III di SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2002/200

0 13 80

Hubungan antara persepsi dan motivasi belajar fisika dengan hasil belajar fisika pokok bahasan energi siswa kelas 1 cawu III SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 4 69

Pengaruh strategi resorce base learning terhadap hasil belajar matematika siswa

2 16 137

Pengaruh metode drilling dan ekspositori dalam pembelajaran remedial terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V MI Plus Asy-Syukriyyah Tangerang-Banten

1 18 103

Pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa : studi eksperimen di SMP Muhammadiyah 19 Sawangan Depok

0 8 134

Efektifitas pelaksanaan quantum learning untuk meningkatkan hasil belajar sejarah kebudayaan islam: suatu penelitian tindakan kelas di kelas VII MTS Al-Adzkar Pamulang

0 7 112

Strategi pembelanjaan matematika dengan mengunakan metode quantum learning

0 9 0

penerapan metode poster session dalam meningkatkan hasil belajar SKI siswa

1 42 133

Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan abstraksi siswa di kelas VII SMPN 01 Kalidawir Tulungagung tahun ajaran 20172018

0 0 6