Peningkatan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan pada mata pelajaran IPS siswa kelas II B SD Kanisius Sorowajan semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

(1)

viii ABSTRAK

LiaPratiwi, 2012, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berpikir Berpasangan Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas II B SD Kanisius Sorowajan Tahun pelajaran 2010/2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS pokok bahasan kedudukan dan peran masing-masing anggota keluarga.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah 32 siswa kelas IIB SD Kanisius Sorowajan TahunPelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 19 laki-laki dan 13 perempuan. Analisis data dilakukan dengan mencari nilai rata-rata sebelum siklus pertama, sesudah siklus pertama, dan setelah siklus kedua.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.Hal ini terbukti dari rata-rata kelas yang diperoleh siswa yaitu sebesar 67,09 pada siklus pertama dan 75,5 pada siklus kedua. Pada siklus pertama terdapat 56,25% siswa mencapai KKM, sedangkan pada siklus kedua, siswa yang mencapai KKM sebesar 71,88%.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS siswa kelas IIB SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2010/2011.

Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan, Prestasi


(2)

ix ABSTRACT

LiaPratiwi, 2012, Improvementthe Students Achievement With Cooperative Learning Think Pairs Sharefor IPS subject in second grade class B Kanisius Sorowajan elementary school Academic Year 2010/2011.

This study aims to determine whether the use of Cooperative Learning Think Pairs Share model can improve student achievement in IPS subject about positions and roles of each family member.

This reseacrh is a class action research. It was conducted in two cycles. There are 32 second-graders of Kanisius Sorowajan elementary school of the academic year 2010/2011. The data that were analyzed by identifying the average scores before the first cycle, after the first cycle and after the second cycle. The research showed Cooperative Learning Think Pairs Share can increase the students performance. This was shown by the class’s average scores which were above the Minimum Mastery Criterion, namely 67,09 after the first cycle and 75,5 after the second cycle. On the first cycle, There are 56,25% students who achive the Minimum Mastery Criterion and 71,88% students who achive the Minimum Mastery Criterion on the second cycle.

Based on the data, it can be concluded that the use of Cooperative Learning Think Pairs Share can improve students’ achievement in the subjects of social studies for second class B elementary school in KanisiusSorowajanacademic year 2010/2011.

Key words: Cooperative Learning Think Pairs Share, Learning Achievement, IPS Subject


(3)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERPIKIR BERPASANGAN

PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS II B SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Lia Pratiwi NIM: 091134163

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(4)

ii SKRIPSI

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERPIKIR BERPASANGAN

PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS II B SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh:

Lia Pratiwi NIM: 091134163

Telah disetujui oleh:

Pembimbing


(5)

iii SKRIPSI

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERPIKIR BERPASANGAN

PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS II B SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Dipersiapkan dan ditulis oleh Lia Pratiwi

NIM: 091134163

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 24 Januari 2012

Dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda Tangan

Ketua : Drs. Puji Purnomo, M.Si ... Sekretaris : Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd ... Angota : 1. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. ... 2. Drs. J. Sumedi ... 3. Drs. Y.B. Adimassana, M.A. ...

Yogyakarta, 24 Januari 2012 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Dekan,


(6)

iv

PERSEMBAHAN Kupersembahkan karyaku ini untuk:

1. Yesus, yang telah melukiskan hidupku dengan lukisan dan warna yang indah.

2. Ibuku tersayang yang memberikan motivasi serta dukungan baik moril maupun materil.

3. Kakak-kakak serta keponakanku yang selalu membuatku tersenyum saat aku mulai kehilangan semangat.

4. Buat kekasih serta motivatorku Galih, terimakasih atas kesabaran serta dukungan selama ini, Thanks for everything.

5. Tidak lupa juga teman-temanku Jelly, Sofie, Putri, Devi, Qrun, Menuk, Sekar serta teman-teman yang tak bias aku tuliskan satu per satu yang selalu setia menghiburku saat aku merasa sendirian.

6. Teman-teman guru SDK Sorowajan Bu Nuki, Bu Maria, Pak Kris, Bu Agnes, Bu Ririn, Pak Vitus, Pak Aji, serta semua pihak yang tak bias aku tuliskan satu persatu, terimakasih telah membantu dan mendukungku selama ini.


(7)

v MOTTO

Do The Best In Your Live

Saat satu pintu tertutup, maka sadarilah bahwa ada banyak pintu lain yang terbuka Berikan doa dan senyum kepada orang yang membenci diri kita

Saat kita memandang seseorang hanya dari sisi buruknya, sadarilah bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan sisi baik pula


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Januari 2012 Penulis,


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Lia Pratiwi

Nomor Mahasiswa : 091134163

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERPIKIR BERPASANGAN PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS II B SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010/2011 beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun pemberian royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 24 Januari 2012 Yang menyatakan


(10)

viii ABSTRAK

LiaPratiwi, 2012, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berpikir Berpasangan Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas II B SD Kanisius Sorowajan Tahun pelajaran 2010/2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS pokok bahasan kedudukan dan peran masing-masing anggota keluarga.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah 32 siswa kelas IIB SD Kanisius Sorowajan TahunPelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 19 laki-laki dan 13 perempuan. Analisis data dilakukan dengan mencari nilai rata-rata sebelum siklus pertama, sesudah siklus pertama, dan setelah siklus kedua.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.Hal ini terbukti dari rata-rata kelas yang diperoleh siswa yaitu sebesar 67,09 pada siklus pertama dan 75,5 pada siklus kedua. Pada siklus pertama terdapat 56,25% siswa mencapai KKM, sedangkan pada siklus kedua, siswa yang mencapai KKM sebesar 71,88%.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS siswa kelas IIB SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2010/2011.

Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan, Prestasi


(11)

ix ABSTRACT

LiaPratiwi, 2012, Improvementthe Students Achievement With Cooperative Learning Think Pairs Sharefor IPS subject in second grade class B Kanisius Sorowajan elementary school Academic Year 2010/2011.

This study aims to determine whether the use of Cooperative Learning Think Pairs Share model can improve student achievement in IPS subject about positions and roles of each family member.

This reseacrh is a class action research. It was conducted in two cycles. There are 32 second-graders of Kanisius Sorowajan elementary school of the academic year 2010/2011. The data that were analyzed by identifying the average scores before the first cycle, after the first cycle and after the second cycle. The research showed Cooperative Learning Think Pairs Share can increase the students performance. This was shown by the class’s average scores which were above the Minimum Mastery Criterion, namely 67,09 after the first cycle and 75,5 after the second cycle. On the first cycle, There are 56,25% students who achive the Minimum Mastery Criterion and 71,88% students who achive the Minimum Mastery Criterion on the second cycle.

Based on the data, it can be concluded that the use of Cooperative Learning Think Pairs Share can improve students’ achievement in the subjects of social studies for second class B elementary school in KanisiusSorowajanacademic year 2010/2011.

Key words: Cooperative Learning Think Pairs Share, Learning Achievement, IPS Subject


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa atas berkat dan kasih-Nya yang melimpah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berpikir BerpasanganPada

Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas II B SD Kanisius Sorowajan Tahun pelajaran 2010/2011,

sebagai salah satu syarat kelulusan program S1 PGSD UniversitasSanata Dharma

Yogyakarta.

Skripsi ini disusun tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Puji Purnomo, M.Si selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma

2. Drs. Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, membimbing, memberikan perhatian dan sumbangan pemikiran serta motivasi bagi penulis dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir skripsi ini.

3. Segenap Staf Dosen Prodi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

4. Segenap Staf Sekretariat Prodi PGSD danPetugas Perpustakaaan

5. Ibu serta keluarga yang selalu mendukung serta member motivasi agar skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya


(13)

xi

6. Seseorang yang tak pernah berhenti memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini pada waktunya. 7. Teman-teman (Jelly, Bu Nuki, Pak Kris, Sekar, Qrun, Bu Maria, MbaSofie,

MbaPutri)yang selalu memberiku semangat agar skripsi ini dapat selesai 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan

dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 24 Januari 2012 Penulis


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 3

C. Perumusan Masalah ... 4

D. Batasan Pengertian ... 4


(15)

xiii

E. Tujuan Penulisan ... 5

F. Manfaat penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Prestasi Belajar Siswa ... 8

1. Pengertian Prestasi ... 8

2. Pengertian Belajar ... 9

3. Pengertian Prestasi Belajar ... 14

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 15

B. Model Pembelajaran Kooperatif Berpikir Berpasangan ... 16

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 16

2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

3. Definisi Model Pembelajaran Kooperatif Berpikir Berpasangan ... 19

4. Tujuan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Berpikir Berpasangan ... 20

5. Langkah-Langkah Dalam Pembelajaran Kooperatif Berpikir Berpasangan ... 20

6. Kekuatan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Berpikir Berpasangan ... 22

C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 23

1. Pengertian IPS ... 23

2. Pengertian Pembelajaran IPS ... 24


(16)

xiv

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Materi

Kedudukan dan Peran Masing – Masing Anggota Keluarga ... 26

D. Kerangka Pikir ... 34

E. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Setting Penelitian ... 37

C. Rencana Tindakan ... 38

D. Pengumpulan Data ... 43

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 43

F. Analisis Data ... 45

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Penelitian ... 48

1. Siklus pertama ... 48

2. Siklus kedua ... 51

B. Pembahasan ... 53

1. Kemampuan Mendeskripsikan Kedudukan dan Peran Masing-Masing Anggota Keluarga pada Siklus 1 ... 53

2. Refleksi Hasil Siklus 1 ... 56

3. Kemampuan Mendeskripsikan Kedudukan dan Peran Masing-Masing Anggota Keluarga pada Siklus 2 ... 57


(17)

xv

BAB V PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(18)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 38

Tabel 2. Pengumpulan Data ... 43

Tabel 3. Kriteria Keberhasilan ... 45

Tabel 4. Hasil Tes Evaluasi Siklus 1 ... 50

Tabel 5. Hasil Tes Evaluasi Siklus Kedua ... 52


(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Silsilah Keluarga ... 31

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 37

Gambar 3. Nilai Rata-Rata Siswa Siklus 1 ... 54

Gambar 4. Kondisi Siswa yang Mencapai KKM Siklus 1 ... 56

Gambar 5. Nilai Rata-Rata Siswa Siklus 2 ... 58


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 67

Lampiran 2. Silabus ... 70

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) ... 75

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 89

Lampiran 5. Kisi-Kisi dan Soal Siklus I dan II ... 95

Lampiran 6. Validitas dan Reliabilitas ... 112


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pondasi utama suatu bangsa untuk maju, karena hal itu maka seorang guru harus mampu membantu siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam perkembangan bangsa. Saat ini pendidikan di negara kita masih beranggapan bahwa pembelajaran adalah proses pemberian informasi dari guru kepada siswa. Di Indonesia, jalannya pendidikan diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. UU tersebut mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan situasi belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan baik untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Pada kenyataannnya undang-undang tersebut belum dilaksanakan dengan baik karena masih banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah, hal ini diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan beberapa guru. Metode ceramah hanya berpusat pada guru, dimana siswa hanya duduk, diam, mendengarkan mencatat dan menghafal materi yang diberikan oleh guru, sehingga sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Metode ceramah tidak sesuai dengan perkembangan anak yang masih pada tahap operasional konkret, dimana belum dapat melihat segala sesuatunya


(22)

2

secara abstrak sehingga tidak mampu jika hanya duduk, diam, dengarkan (3D). Metode ini sering sekali digunakan saat menyampaikan materi yang berupa uraian seperti materi pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS.

Pelajaran IPS sangat penting bagi siswa, karena IPS merupakan kajian tentang hubungan manusia dan dunia di sekelilingnya. Melalui pembelajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kepekaan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan. Akan tetapi karena metode yang digunakan oleh guru adalah ceramah, hal tersebut membuat siswa menjadi pasif dan kurang kondusif karena siswa akan lebih banyak diam meskipun belum memahami materi yang diberikan. Hal tersebut menyebabkan rendahnya prestasi belajar dari siswa.

Kenyataan ini terjadi pada siswa kelas II SD Kanisius Sorowajan, hasil ini diperoleh dari observasi yang dilakukan peneliti dengan melihat daftar nilai ulangan siswa selama 2 tahun berturut-turut (tahun ajaran 2008/2009 dan 2009/2010) serta interview dengan 2 guru menunjukkan bahwa pada kompetensi dasar “mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga” masih sulit dipahami oleh siswa, karena guru hanya menggunakan metode ceramah. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata hasil ulangan

harian materi “kedudukan dan peran anggota keluarga” masih di bawah KKM

yang ditentukan yaitu 70; pada tahun ajaran 2008/2009 dan 2009/2010 rata-rata nilai ulangan harian yang diperoleh siswa adalah 60.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan upaya untuk dapat meningkatkan prestasi siswa. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan


(23)

3

dalam upaya meningkatkan prestasi peserta didk seperti kreatifitas guru dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa, hal tersebut juga dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dari berbagai model pembelajaran yang ada peneliti memilih pembelajaran kooperatif, dengan model pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar berinteraksi dengan sesama, sehingga dapat mengoptimalkan proses belajar mengajar, yang akan mempengaruhi prestasi siswa.

Dari beberapa teknik pembelajaran kooperatif, peneliti tertarik memilih model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan, karena teknik ini memungkinkan siswa untuk membentuk konsep sendiri, lalu belajar untuk bekerjasama serta membantu siswa untuk lebih berani menyampaikan pendapat dari hasil diskusi di depan kelas. Sehingga diharapkan ada peningkatan prestasi belajar siswa mengenai suatu konsep setelah proses pembelajaran.

B. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan luasnya materi pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) di sekolah dasar (SD) maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada kompetensi dasar mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga pada siswa kelas II SD Kanisius Sorowajan semester 2 tahun pelajaran 2010 / 2011


(24)

4

2. Tindakan dibatasi pada model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan.

3. Standar Kompetensinya adalah memahami kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal di atas, masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang mendeskripsikan kedudukan dan peran dalam anggota keluarga bagi siswa kelas II SD Kanisius Sorowajan semester genap tahun pelajaran 2010/2011 ?

2. Jika dapat, seberapa besar peningkatannya ?

D. Batasan Pengertian

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Peningkatan prestasi belajar adalah :

Peningkatan hasil belajar dari suatu aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil kegiatan belajar dalam bidang akademik yang dapat diukur dengan alat ukur tes yang diwujudkan dalam bentuk angka – angka.


(25)

5

2. Model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan adalah :

Model pembelajaran dengan cara siswa dibagi menjadi kelompok-kolompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri dari 2 siswa (berpasangan).

3. Kedudukan dan peran anggota keluarga adalah :

Hak serta kewajiban yang harus diperoleh maupun yang harus dilaksankan oleh masing-masing anggota keluarga.

E. Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tentang mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga bagi siswa kelas II SD Kanisius Sorowajan semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalahnya, penelitian ini bertuajuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang kedudukan dan peran anggota keluarga bagi siswa kelas II SD Kanisius Sorowajan semester genap pada tahun pelajaran 2010/2011.


(26)

6

G. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar dalam pelajaran IPS

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan dalam mata pelajaran IPS, sehingga dapat menerapkan teknik tersebut untuk materi lain yang sesuai

b. Bagi rekan guru

Bagi rekan-rekan guru merupakan salah satu contoh model pembelajaran yang dapat digunakan maupun dikembangkan untuk materi lain serta mata pelajaran lain yang sesuai

c. Bagi Perpustakaan Sekolah

Laporan penelitian ini dapat menambah satu bacaan yang dapat dimanfaatkan untuk teman – teman guru sebagai contoh pelaksanaan PTK menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan pada mata pelajaran IPS

d. Bagi Prodi PGSD

Hasil ini dapat digunakan sebagai salah satu tambahan bacaan PTK menggunakan model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan dalam pembelajaran IPS


(27)

7

e. Bagi Siswa

Memiliki pengalaman baru dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan dapat mengurangi kebosanan dan kejenuhan saat belajar IPS


(28)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar Siswa 1. Pengertian Prestasi

Proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antar siswa, sumber belajar maupun dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi efektif jika dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Ketercapaian tujuan ini dapat dilihat dari hasil tes maupun teknik evaluasi yang lain, yang merupakan prestasi dari siswa.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan prestasi sebagai hasil yang dapat dicapai. Untuk mengetahui hasil dari usaha dalam pembelajaran perlu diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi, untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Winkel (1984:64) menyatakan bahwa prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai. Untuk mengetahui hasil dari usaha dalam pembelajaran perlu diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi, untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

Salah satu faktor penentu tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal adalah proses belajar siswa. Adapun prinsip-prinsip dalam belajar


(29)

9

meliputi : (1) Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. (2) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus. (3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta tetapi merupakan perkembangan pikiran dengan membuat pengertian baru. (4) Hasil belajar seseorang bergantung pada apa yang telah diketahui, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang dipelajari.

2. Pengertian Belajar 1) Pengertian belajar

Setiap orang mengalami proses belajar sejak lahir dengan lingkungan sekitarnya. Dalam pengertian yang umum atau popular, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan (Ali Imron, 1996:2). Berikut definisi belajar menurut beberapa ahli :

(1) Belajar menurut Piaget, pengetahuan dibentuk oleh individu. Proses membentuk pengetahuan inilah yang disebut belajar. (2) Belajar menurut Skinner

Belajar adalah perilaku dimana saat seseorang belajar, ia memiliki respon yang lebih baik. Bila ia tidak belajar, maka responnya akan menurun.

(3) Belajar menurut Gagne

Belajar merupakan kegiatan kompleks. Setelah belajar seseorang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.


(30)

10

Belajar adalah melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah

Definisi belajar dapat juga dilihat dari aspek psikologi. Menurut para penulis buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman(Ali Imron, 1996:3). Berikut ini merupakan definisi para ahli psikologi mengenai apa belajar itu.

1) Belajar menurut aliran psikologi behavioristik

Belajar adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan.

2) Belajar menurut aliran psikologi humanistik

Belajar adalah usaha untuk mengerti tentang sesuatu yang dilakukan aktif oleh orang yang belajar.

3) Belajar menurut aliran psikologi kognitif

Pandangan ini merupakan konvergensi dari pandangan behavioristik dan humanistik. Menurut pandangan ini, belajar merupakan perpaduan dari usaha pribadi dengan kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan.

4) Belajar menurut aliran psikologi gestalt

Menurut pandangan ini, belajar adalah usaha yang bersifat totalitas dari individu, oleh karena totalitas lebih bermakna dibandingkan dengan sebagian-sebagian.


(31)

11

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku akibat adanya pengalaman. Belajar sering diartikan sebagai perubahan pada diri individu yang dihasilkan oleh suatu pengalaman. Bahkan banyak pula yang mendefinisikan belajar adalah suatu tahap perkembangan. Padahal belajar dan perkembangan merupakan hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian dari belajar. Berikut akan dijabarkan beberapa pengertian belajar :

1) Belajar adalah proses dalamnya terbentuk tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan. (Kingsley and Garry, 1957:12)

2) Belajar adalah siswa meniru dan mengidentifikasi diri dengan tingkah laku orang dewasa(guru, orang tua) yang menjadi modelnya atau panutannya. (Heider, 1958)

3) Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas (W.S.Winkel, 1987:36).

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk


(32)

12

memperoleh suatu perubahan tingkah laku meliputi aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (nilai-sikap), dan aspek psikomotorik (keterampilan) akibat pengalamannya.

2) Faktor Belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak dalam belajar, baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam belajar :

(1) Dari dalam diri siswa

(a) Intelegensi siswa

Maksudnya adalah faktor intelegensi siswa akan mempengaruhi dalam hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran. Misalnya, siswa yang mengalami gangguan kecerdasan, seperti: daya tangkap dan daya ingat, tentunya akan kesulitan dalam mengikuti suatu pembelajaran.

(b) Sikap dan minat

Sikap anak yang sudah acuh pada suatu materi pelajaran akan membawa pengaruh negatif dalam belajar. Tentunya tidak ada minat yang memungkinkan siswa untuk tertarik dalam mengikuti pembelajaran.

(c) Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal


(33)

13

penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar, sehingga motivasi menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar itu sehingga tujuan belajar dapat tercapai.

(2) Dari lingkungan luar siswa (a) Guru

Sikap guru sebagai fasilitator di kelas sangat berpengaruh dan memiliki peranan yang penting dalam menciptakan suasana pembelajaran di kelas. Ada berbagai cara yang dilakukan guru kepada siswa, seperti (1) cara yang bersifat menekan atau otoriter, dalam mengambil keputusan hanya ditentukan oleh guru (2) cara yang berdasarkan kesepakatan bersama antara guru dengan siswa (3) cara yang ditentukan oleh siswa sendiri. (b) Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan dimana siswa melakukan kegiatan belajar. Tentunya lingkungan sekolah yang mendukung kegiatan belajar akan meningkatkan hasil belajar siswa. Dan sebaliknya bila lingkungan sekolah tidak mendukung akan mengakibatkan hasil belajar siswa rendah, sehingga sekolah memiliki peranan yang penting pula dalam belajar.

(c) Keadaan sekitar

Keadaan sekitar ini seperti, kondisi keluarga, kondisi secara ekonomi dan keadaan dilingkungan sekeliling anak. Tak bias


(34)

14

dipungkiri, keluarga ataupun lingkungan sekitar dapat memberi pengaruh yang sangat kuat dalam pola pikir anak dan dampak dalam belajar. Ciri-ciri belajar dapat dibedakan dengan kegiatan-kegiatan selain belajar. Pertama, belajar dibedakan dengan kematangan. Kedua, belajar dibedakan dengan perubahan kondisi fisik dan dan mental. Ketiga, hasil belajar bersifat relatif menetap

3. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran-pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh guru, yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar / tes prestasi (Mulyono, 1995:150). Menurut Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor.

Prestasi belajar selain dipengaruhi oleh kemampuan kognitif yang dimiliki siswa juga dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya. Prestasi belajar dapat juga diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya


(35)

15

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003: 700).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa, yang diperolehnya dalam proses belajar mengajar. Untuk menentukan nilai hasil belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar dilakukan melalui proses evaluasi. Jadi evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata atau simbol.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor eksteren. Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor dari luar diri siswa. Faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi beberapa hal yaitu :

1) Aspek psikologis, yaitu yang menyangkut aspek kejiwaan seperti minat, motivasi, sikap, persepsi, konsep diri, intelegensi, pandangan hidup, ataupun gaya hidup.

2) Aspek fisiologis, seperti kesehatan jasmani, alat indera, serta kematangan fisik.

Sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah


(36)

16

1) Kondisi perekonomian keluarga 2) Lingkungan belajar

3) Lingkungan tempat tinggal 4) Lingkungan pergaulan 5) Sarana dan prasarana 6) Pola asuh orang tua 7) Metode mengajar 8) Sistem evaluasi

9) Kurikulum pendidikan

B. Model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan 1. Pengertian model pembelajaran

Penggunaan istilah model pembelajaran sering sekali digunakan, namun terkadang istilah tersebut kurang dipahami maksudnya. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasi pada tingkat operasional di sekolah (Agus, 2009:45-46).

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas (Agus, 2009:46). Model pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptial yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.


(37)

17

Fungsi dari model pembelajaran menurut Joyce adalah sebagai pegangan guru dalam membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajarn juga berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

2. Pengertian model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan (Kunandar, 2007: 359). Menurut Anita Lie pada bukunya yang berjudul “ cooperative learning “ mengatakan bahwa, pembelajaran kooperatif learning adalah cara belajar – mengajar berbasiskan peace – education.

Model pembelajaran kooperatif dapat juga diartikan sebagai model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill (Yatim Riyanto, 2008:271)

a) Falsafah, Unsur, dan Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif

Falsafah yang menjadi dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah : 1) Manusia makhluk sosial

2) Gotong royong

3) Kerja sama merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan manusia


(38)

18

b) Unsur – unsur dalam model pembelajaran kooperatif .

Menurut Agus Suprijono (2009 : 58-61) unsur – unsur dalam model pembelajaran kooperatif adalah :

1) Saling ketergantungan positif

Yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif adalah anggota kelompok menyadari pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan.

2) Tatap muka

Tatap muka artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan.

3) Tanggung jawab individual (perseorangan)

Tanggung jawab individual artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.

4) Interaksi promotif

Interaksi promotif artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.

5) Keterampilan sosial ( interaksi antar siswa )

Keterampilan sosial artinya harus menggunakan keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.


(39)

19

c) Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif

1. Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah

2. Siswa dalam kelompok sehidup semati

3. Siswa melihat semua anggota memiliki tujuan yang sama 4. Membagi tugas dan tanggung jawab sama

5. Akan dievaluasi untuk semua

6. Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerjasama 7. Diminta mempertanggungjawabkanindivual materi yang ditangani 3. Definisi Model Pembelajaran Kooperatif Berpikir Berpasangan

Model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan menurut Kunandar (2007 :367) adalah model pembelajaran dimana siswa dibagi menjadi kelompok-kolompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri dari 2 siswa (berpasangan). Model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan dapat juga diartikan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Model pembelajaran kooperatif learning berpikir berpasangan ini juga memandang siswa sebagai makhluk social(homo homini socius), bukan homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi sesamanya). Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran ini siswa tidak diarahkan untuk melihat teman hanya sebagai kompetitor (saingan), melainkan


(40)

20

mitra yang mendukung untuk mencapai kesuksesan, karena ukuran bersaing yang positif adalah bersaing dengan diri sendiri, sehingga ada atau tidak ada orang lain, yang bersangkutan tetap melakukan dan menghasilkan yang terbaik (Anita Lie, 2010:38).

4. Tujuan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Berpikir Berpasangan

Tujuan menggunakan model pembelajaran ini memberikan lebih banyak waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespons serta saling membantu satu sama lain, selain itu model ini dapat membantu guru untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Penggunaan model ini juga dapat memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dam pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok (Johnson & Johnson, 1994). Model pembelajaran berpikir berpasangan juga memudahkan guru untuk membentuk dan lebih memudahkan siswa dalam berinteraksi.

5. Langkah-Langkah Dalam Pembelajaran Kooperatif Berpikir Berpasangan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan (Kunandar, 2007: 367 – 368 )

1) Berpikir (Thinking), yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu 1 menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.


(41)

21

2) Berpasangan (Pairing), yakni guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dengan teman sebangku dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya, guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

3) Berbagi (Sharing), yakni meminta pasangan–pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan pasangan lain (menjadi 4 siswa) sebelum pasangan – pasangan tersebut berbagi dengan siswa lain dalam kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

Menurut Yatim Riyanto pada bukunya yang berjudul “ Paradigma Baru Pembelajaran” menjelaskan bahwa hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan adalah sebagai berikut :

1) Guru menyampaikan topik inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai

2) Siswa diminta untuk berpikir tentang topik materi/permasalahan yang disampaikan guru secara individual.


(42)

22

3) Siswa diminta berpasangan denga teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing – masing tentang topiknya tadi.

4) Guru memimpin rapat pleno kecil diskusi, tiap kelompok pasangan mengemukakan hasil diskusinya untuk berbagi jawaban (share) dengan seluruh siswa di kelas.

5) Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa

6) Guru memberi kesimpulan 7) Penutup

6. Kekuatan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Berpikir Berpasangan

a) Kekuatan dari model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan adalah :

1) Meningkatan partisipasi siswa 2) cocok untuk tugas sederhana,

3) lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok,

4) Interaksi lebih mudah,

5) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok.

6) Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.


(43)

23

7) Meningkatkan hubungan positif antara siswa dengan guru

b) Kelemahan dari model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan adalah:

1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. 2) Lebih sedikit ide yang muncul

3) Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.

C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu ilmu pengetahuan yang wajib diberikan pada siswa pada semua jenjang pendidikan. Dalam dunia pendidikan di negara kita Ilmu Pengetahuan Sosial muncul bersamaan dengan diberlakukannya Kurikulum SD, SMP, dan SMA tahun 1975. Dilihat dari sisi ini maka bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial masih ”baru”. Disebut ”baru” karena bahan yang dikaji sebetulnya bukanlah baru. Namun cara pandang yang dianutnya memang dapat dianggap baru (M.Hasan,dkk.1991).

IPS lahir dari keinginan para pakar pendidik untuk ”membekali” para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tak terduga. Perkembangan seperti ini dapat membawa berbagai dampak yang luas. Karena luasnya akibat terhadap kehidupan maka lahir masalah yang seringkali disebut masalah sosial. Para siswa nantinya harus


(44)

24

menghadapi gejala – gejala seperti itu. Mereka perlu menyadari tantangan seperti itu. Untuk menjelaskan kehidupan yang kompleks seperti tersebut di atas tidaklah dapat didekati dengan cara terpisah – pisah. Hal ini merupakan salah satu pendorong untuk memakai pendekatan terpadu. Untuk menghadapi masalah kompleksitas kehidupan para siswa harus memadukan informasi dari ilmu – ilmu sosial. Bahkan diperlukan bahan – bahan yang berasal dari ilmu – ilmu alam dan humaniora (Barr,dkk :1987).

Bahan – bahan yang dikaji dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial adalah politik, ekonomi, budaya dan aspek -aspek lingkungan dari suatu masyarakat pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang(Maxim dalam Rismiati:2008).

Dari apa yang sudah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Yang menjadi pokok kajian IPS ialah tentang hubungan antar manusia. Latar balakangnya adalah kehidupan manusia secara nyata.

Secara ringkas, yang dikaji dalam IPS adalah : (1) Pengetahuan; (2) Pengelolaan informasi; (3) Telaah nilai dan keyakinan; (4) Peran serta dalam kehidupan. Keempat butir bahan delajar di atas menjadi jalan bagi pencapaian tujuan IPS (Barth dan Shermis:1980)

2. Pengertian Pembelajaran IPS

Dalam perkembangannya pelajaran IPS masih sulit untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar karena siswa sekolah dasar belum mampu


(45)

25

memahami keluasan dan kedalaman masalah – masalah sosial secara utuh. Melalui pembelajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kepekaan terhadap masalah yang dihadapi dengan tantangan – tantangannya. Sehingga diharapkan siswa mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah sosial yang dihadapi.

IPS merupakan kajian yang luas tentang manusia dan dunianya. IPS juga merupakan sistem pembelajaran yang mengkaji, menelaah menyoroti dan membahas tentang kehidupan dan masalah – masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan. Pembelajaran IPS juga merupakan proses memadukan berbagai pengetahuan sosial.

3. Tujuan IPS

Banyak para ahli mengungkapkan mengenai tujuan pembelajarn IPS, mereka sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari pelajaran IPS tersebut. Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai tujuan IPS.

Menurut Gross (dalam Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:14). “to prepare student to be well-functioning citizens in a democratic society” . Dari pernyataan ini kita dapat melihat bahwa pendidikan IPS bertujuan untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Menurut Gross (dalam Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:14). Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya. Pada dasarnya


(46)

26

tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk menggembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo (2007:15), pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali siswadengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bertolak dari definisi-definisi di atas secara umum, dapat dikatakan bahwa pembelajarn IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan social dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Materi

Kedudukan dan Peran Masing – Masing Anggota Keluarga a. Standar Kompetensi (SK)

Standar Kompetensi adalah tujuan umum yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Standar Kompetensi yang diambil


(47)

27

oleh peneliti pada penelitian tindakan kelas (PTK) kali ini adalah memahami kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga.

b. Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi Dasar adalah kemampuan dasar yang harus diperoleh siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kompetensi Dasar yang diambil oleh peneliti adalah Mendeskripsikan kedudukan dan peran dalam anggota keluarga. Materi yang dibahas dari kompetensi dasar ”Mendeskripsikan kedudukan dan peran dalam anggota keluarga” merupakan pembahasan IPS yang cenderung mengarah pada ilmu sosiologi. Materi yang dibahas juga masih berkaitan erat dengan topik yang lain seperti sejarah, antropologi dan yang lainnya. Aspek yang berhubungan dengan topik tersebut tentu tidak akan dibahas secara keseluruhan dan berimbang dalam penelitian ini, namun titik berat penekanan cenderung topik pada kompetensi dasar permasalahan c. Ulasan materi Kedudukan dan Peran Masing-Masing Anggota

Keluarga

1) Kedudukan Anggota keluarga

Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil. Keluarga biasanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Namun, ada keluarga yang tidak memiliki anak, sebagian dari mereka mengadopsi anak orang lain sebagai anak angkat.


(48)

28

Ada juga anak yang tidak memiliki ayah dan ibu. Ayah dan ibunya telah meninggal dunia. Anak yang tidak memiliki ibu disebut anak piatu, anak yang tidak memiliki ayah disebut anak yatim. Anak yatim piatu adalah anak yang tidak memiliki ayah dan ibu.

Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak. Kadang-kadang nenek, kakek, paman, atau bibi tinggal bersama dalam keluarga. Mereka disebut keluarga besar. Semua orang yang tinggal dalam keluarga disebut anggota keluarga.

Setiap anggota dalam sebuah keluarga memiliki hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban harus berjalan serasi dan seimbang. Sebaiknya kita melakukan kewajiban lebih dahulu sebelum menuntut hak.

2) Kedudukan ayah, ibu dan anak dalam keluarga (1) Kedudukan ayah (kepala keluarga)

Dalam sebuah keluarga biasanya terdapat kepala keluarga dan anggota keluarga. Kepala keluarga adalah orang yang bertanggung jawab terhadap suatu keluarga. Ayah adalah kepala keluarga, karena itulah ayah memiliki tanggung jawab terhadap seluruh anggota keluarga, ayah juga berkewajiban mencari nafkah. Oleh sebab itu ayah bekerja, penghasilan ayah digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


(49)

29

(2) Kedudukan ibu (kepala rumah tangga)

Ibu selain menjadi kepala rumah tangga, ibu juga merupakan anggota keluarga, ibu memiliki kedudukan penting dalam keluarga. Ibu bertugas untuk mengurus segala keperluan rumah tangga, ibu juga bertugas mendampingi ayah dalam mengurus anak-anaknya. Dalam mengurus rumah tangga, ibu memiliki kewajiban. Kewajiban ibu misalnya mengatur gizi makanan keluarga sehari-hari, selain itu ibu juga mengatur nafkah yang diberikan ayah. Semua dilakukan ibu untuk kepentingan keluarga.

Pada zaman dahulu, seorang ibu biasanya tidak bekerja. Ibu hanya bertugas mengurus rumah tangganya. Di zaman sekarang banyak ibu yang ikut bekerja mencari nafkah, ibu membantu ayah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, meskipun ibu ikut bekerja, namun di dalam keluarga yang berkedudukan sebagai kepala keluarga adalah ayah.

(3) Kedudukan anak (anggota keluarga)

Anggota keluarga adalah orang-orang yang tinggal dalam sebuah keluarga, selain kepala keluarga. Anggota keluarga terdiri atas ibu, anak, atau saudara lain yang tinggal serumah. Sebagai anggota keluarga anak berhak


(50)

30

mendapatkan perhatian, kasih sayang, dan bimbingan orang tua. Anak juga memiliki kewajiban untuk menghormati orang tua. Anak harus patuh dan taat pada perintah orang tua, anak juga memiliki kewajiban untuk belajar dengan giat. Masing- masing anggota keluarga harus menjalankan tugasnya dengan baik, agar terciptalah keluarga yang harmonis.

3) Silsilah keluarga

Setiap orang memiliki keluarga, setiap keluarga memiliki silsilah. Sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu, dab anak. Selain itu, ada juga kerabat yang lain, kerabat itu seperti kakek, nenek, bibi (tante), dan paman(om). Untuk menggambarkan hubungan antarkeluarga dibuatlah silsilah keluarga. Silsilah adalah asal-usul keluarga, silsilah keluarga selain bermanfaat untuk mengetahui asal-usul keluarga silsilah keluarga juga bermanfat untuk mengetahui kerabat dekat dalam keluarga.


(51)

31

Perhatikan contoh silsilah keluarga berikut!

+ +

+ +

Gambar 1. Silsilah Keluarga

Berdasarkan silsilah tersebut, Vio memiliki kakak. Kakak Vio bernama Andre, orang tua Andre dan Vio adalah Bu Endang dan Pak Hari. Bu Endang memiliki dua adik yaitu Tante Nita dan Tante Irma. Pak Hari memiliki satu kakak yaitu Budhe Lia, Budhe Lia menikah dengan Pakdhe Galih dan memiliki seorang anak namanya Kak Endah. Endah adalah sepupu Vio, Vio memanggil Endah dengan kak Endah. Kakak adalah sebutan untuk saudara yang lebih tua. Bu Endang memiliki orang tua yaitu Kakek Umar dan Nenek Tuti. Pak Hari memiliki oarang tua yaitu Kakak Sanusi dan Nenek Marni.

Kakek Umar, Nenek Tuti, Kakek Sanusi dan Nenek Marni adalah kakek dan nenek Vio. Tante Irma, Tante Nita, Budhe Lia,

Kakek Umar Tante Nita Pak Hari Budhe Lia Pakdhe Galih Nenek Marni Nenek Tuti Kakek Sanusi Bu Endang Tante Irma

Vio

Kak Andre Kak Endah + + + +


(52)

32

Pakdhe Galih dan Kak Endah adalah kerabat Vio. Kerabat adalah saudara dekat.

4) Peran masing- masing anggota keluarga 1) Peran Ayah

Dalam kartu keluarga kedudukan ayah tertulis sebagai kepala keluarga. Ayah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keluargaantara lain sebagai berikut :

(a) Mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (b) Menjadi pemimpin dalam keluarga.

(c) Melindungi dan memberi rasa aman terhadap keluarga. (d) Membimbing dan mendidik anak.

(e) Menciptakan keharmonisan dalam keluarga 2) Peran Ibu

Peran seorang ibu juga penting dalam keluarga. Peran ibu antara lain sebagai berikut :

(a) Mengurus keperluan rumah tangga.

(b) Membantu ayah membimbing dan mendidik anak. 3) Peran Anak

Peran anak juga penting dalam sebuah keluarga. Seorang anak berkewajiban membantu tugas orang tuanya. Berikut ini adalah peran anak dalam keluarga:

(a) Belajar dengan rajin


(53)

33

(c) Membantu orang tua

(d) Menghormati dan menyayangi orang tua 4) Peran Anggota Keluarga yang Lain

Selain anggota keluarga inti, biasanya terdapat anggota keluarga lain. Anggota keluarga lain berasal dari pihak ayah atau ibu. Anggota keluarga yang lain itu misalnya kakek, nenek, paman, atau bibi. Contoh peran anggota keluarga yang lain dirumah adalah sebagi berikut

(a) Menemani anak ketika orang tua sedang tidak berada dirumah

(b) Membantu belajar anak

(c) Memberikan nasihat yang baik

Jadi peran mereka penting sebagai pengganti orang tua. 5) Sikap – sikap dalam menghormati kedudukan masing-masing

anggota keluarga 1) Sebagai anak

(a) Menuruti nasihat orang tua

(b) Tidak membantah perintah orang tua (c) Tidak melawan orang tua

(d) Menyayangi orang tua 2) Sebagai orang tua

(a) Menghargai hak anak


(54)

34

(c) Meyayangi anak

(d) Memberikan pendidkan yang layak bagi anak. D. Kerangka Berpikir

Penggunaan model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan dalam kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh pada perkembangan prestasi siswa. Mereka diberi lebih banyak waktu berpikir untuk merespons dan saling membantu satu sama lain. Dengan begitu, siswa dapat mempertimbangkan lebih banyak mengenai apa yang dijelaskan oleh guru maupun apa yang telah dialaminya, sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mereka (Kunandar, 2007: 363-367). Model pembelajaran ini, dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan mengembangkan keterampilan sosial. Oleh karena itu, dalam model pembelajaran ini, dituntut kerja sama dan interdependensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan dan struktur rewardnya sehingga akan tercipta kompetisi yang sehat dan berpengaruh pada perkembangan siswa baik secara akademik maupun psikologisnya (Agus Suprijono, 2009 : 61 ). Pada akhirnya, siswa akan terbentuk menjadi manusia yang utuh (secara fisik, psikologis dan kemampuan berpikir) serta menjadi makhluk sosial yang baik.

Dari penjelasan di atas, maka diharapkan model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa


(55)

35

kelas II SD Kanisius Sorowajan tahun ajaran 2010/2011 materi mendeskripsikan kedudukan dan peran masing-masing anggota keluarga. E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: penggunaan model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga menggunakan model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan siswa kelas II SD Kanisius Sorowajan semester genap tahun ajaran 2009/2010.


(56)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut (Kemmis dan Taggard, 1988), penelitian tindakan (action researc), pada awalnya dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial (termasuk pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis. Hasil kajian ini dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan evaluasi digunakan sebagai masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.

Metode penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran. Oleh karena itu yang dianggap tepat adalah desain penelitian tindakan kelas, yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam upaya perbaikan praktik-praktik pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut (Kasbolah, 1998:14).

Perbaikan disini yang dimaksudkan adalah perbaikan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi mendeskripsikan


(57)

37

kedudukan dan peran masing- masing anggota keluarga yang dilaksanakan di SD Kanisius Sorowajan pada tahun ajaran 2010/2011. Karena bersifat perbaikan, tentu saja pelaksanaan pembelajaran tidak cukup hanya satu kali saja, melainkan diperlukan berulang-ulang dari siklus satu ke siklus yang berikutnya agar hasil pembelajaran dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Kasbolah (2001:10) tahapan dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas B. Setting penelitian

1. Tempat penelitian : SD Kanisius Sorowajan

2. Subjek penelitian : Siswa kelas II SD Kanisius Sorowajan yang berjumlah 32 siswa

Siklus I Siklus II

Rencana tindakan

Observasi

Pelaksanaan tindakan

Refleksi

Rencana tindakan

Refleksi Pelaksanaan

tindakan


(58)

38

3. Objek penelitian : Prestasi Belajar Siswa Mengenai Materi Mendeskripsikan Kedudukan Dan Peran Anggota Keluarga

4. Waktu penelitian : Semester 2 tahun ajaran 2010/2011 Tabel I. Jadwal Kegiatan Penelitian No

Kegiatan Tahun 2011

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Persiapan

Penyusunan Proposal 2 Pelaksanaan

Menyiapkan alat dan kelas Melaksanakan Siklus I Melaksanakan Siklus II 3 Penyusunan Laporan

Penyusunan konsep laporan Perbaikan laporan atau bimbingan

4 Penyusunan artikel 5 Ujian

C. Rencana Tindakan 1. Tahap persiapan

a. Menganalisis masalah

Sebelum melaksanakan penelitian ini, peneliti mengidentifikasi masalah yang terjadi di SDK Sorowajan tahun pelajaran 2010/2011


(59)

39

mengenai prestasi belajar siswa yang berkaitan dengan mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga.

Informasi dari hasil belajar awal adalah prestasi siswa mengenai meteri mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga masih rendah. Hal ini terbukti dari data nilai siswa yang diperoleh dari kuis yang dilakukan mengenai materi tersebut.

b. Menentukan materi pokok sesuai tema dan kompetensi dasar

Materi pokok dari kompetensi dasar yang diambil adalah kedudukan dan peran anggota keluarga dan silsilah keluarga.

c. Menyusun silabus lampiran 2 (halaman 70)

Silabus dibuat dengan mengambil 1 kompetensi dasar dari 3 kompetensi dasar yang ada di kelas II semester 2

d. Menyusun RPP dan RPH lampiran 3 (halaman 75)

e. Menyusun kisi-kisi soal tiap siklus lampiran 5 (halaman 95) f. Menyusun soal tes setiap siklus lampiran 5 (halaman 95) g. Melakukan uji coba

h. Menyiapkan lembar penilaian 2. Rencana tindakan setiap siklus

Siklus I

a. Rencana tindakan Pertemuan I


(60)

40

Guru mengadakan tanya jawab mengenai kedudukan masing-masing anggota keluarga dan sislsilah keluarga.

b) Menjelaskan tujuan pembelajaran

c) Siswa diberi waktu 5 menit membaca sumber belajar yang berkaitan dengan materi

d) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 siswa (berpasangan)

e) Siswa diberi satu issu/permasalahan yang dibuat dalam bentuk pertanyaan dan siswa diminta memikirkannya selama 2 menit secara individu sesuai dengan materi yang telah dibaca oleh siswa.

f) Siswa bersama pasangannya diberi waktu 5 menit untuk mendiskusikannya.

g) Setiap kelompok diminta melaporkan hasil diskusi kelompok secara bergantian

h) Pembahasan hasil diskusi siswa secara klasikal. Pertemuan II

a) Melakukan apresepsi

Guru mengadakan tanya jawab mengenai materi kedudukan masing- masing anggota keluarga dan silsilah keluarga

b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

c) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang telah didiskusikan yaitu materi mengenai kedudukan masing-masing anggota keluarga dan silsilah keluarga


(61)

41

d) Siswa diberi waktu untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami

e) Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari materi yang dipelajari f) Siswa mengerjakan soal akhir siklus

b. Pelaksanaan tindakan siklus I

Merealisasikan rencana tindakan pada butir a. c. Refleksi

Hal-hal yang direfleksi antara lain : kesulitan/kendala yang dihadapi siswa saat melakukan diskusi, merancang kegiatan pada siklus selanjutnya.

Siklus 2

a. Rencana tindakan Pertemuan I

a) Melihat hasil refleksi dan kekurangan dalam siklus I

b) Melakukan apersepsi dengan memberikan 2 pertanyaan mengenai peran masing-masing anggota keluarga dan cara mrnghormati kedudukan masing-masing anggota keluarga.

c) Menjelaskan tujuan pembelajaran

d) Membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 siswa (berpasangan).

e) Setiap 4 kelompok (8siswa)diberikan issu/masalah dalam bentuk pertanyaan yang sama


(62)

42

g) 4 kelompok yang mendapat issu yang sama diminta untuk berdiskusi (4 pasang/8 siswa)

h) Kelompok dengan issu yang sama diminta melaporkan hasil diskusi secara bergantian sesuai dengan masalah yang diberikan.

i) Kelompok lain bersama guru menilai jawaban kelompok yang melaporkan hasil diskusinya.

j) Setelah semua kelompok melaporkan hasil diskusi, siswa dan guru melakukan pembahasan hasil diskusi siswa secara klasikal

Pertemuan II

a) Melakukan apresepsi

Guru mengadakan tanya jawab mengenai materi diskusi pada pertemuan sebelumnya

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran

c) Siswa diberi waktu untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami mengenai kedudukan dan peran masing-masing anggota keluarga

d) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa

e) Siswa mengerjakan soal akhir siklus b. Pelaksanaan tindakan

Merealisasikan rencana tindakan pada butir c. Refleksi


(63)

43

1. Mengidentifikasi kesulitan dan hambatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.

2. Menganalisis nilai hasil belajar siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilan masing-masing siklus.

D. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peubahnya adalah hasil belajar siswa. Indikator, data, pengumpulan dan instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Pengumpulan Data

No. Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen

Hasil belajar siswa

Rata-rata nilai siswa

Skor ulangan

Pengumpulan data dilakukan setiap akhir siklus

Soal siklus 1 terdiri dari 30 dan siklus 2 terdiri dari 40 soal pilihan ganda, isian, Pilihan benar salah yang kemudian sebelum diujikan, dilakukan uji coba untuk mencari validitas dan realibilitas

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas

Menurut Masidjo (1995:242) validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Jenis validitas yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah validitas isi,


(64)

44

yaitu validitas yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan. Instrumen dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan

“ketepatan” dengan alat ukur. Dengan instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Atau dapat pula dikatakan bahwa jika data yang dihasilkan dari sebuah instrument valid, maka instrumen itu juga valid.

Untuk menguji validitas digunakan rumus korelasi product moment Pearson untuk memperoleh nilai koefisien korelasi (r) dilakukan dengan bantuan microsoft excel 2007. Nilai r hitung yang telah diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel product moment. Untuk soal siklus 1, nilai r tabel pada responden yang berjumlah 32 orang dan α=0,05 adalah 0,349 Pada siklus 2 nilai r tabel pada reseponden yang berjumlah 32 orang dan α=0,05 adalah 0,349 Soal dapat dikatakan valid apabila r hitung yang diperoleh lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel). Secara lengkap hasil pengujian validitas dapat dilihat pada lampiran 6 (halaman 109).

2. Reliabilitas Tes

Masidjo (1995:209) menyebutkan bahwa reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil. Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketetapan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran, sehingga taraf reliabilitas suatu


(65)

45

tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien reliabilitas atau rtt. Koefisien reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00 dengan taraf signifikansi 1% dan 5%. Butir instrumen dianggap reliabel bila koefisien reliabilitas ≥ 0,7 (Stanislaus S. Suyanto, 1993: 274).

Hasil perhitungan kemudian menunjukkan ternyata koefisien reliabilitas yang diperoleh lebih tinggi dari 0,70. Suatu butir soal akan dikatakan sangat reliabel bila memiliki koefisien realibilitas lebih besar atau sama dengan dari 0,70. Adapun koefisein reliabilitas yang didapat adalah 0,89.untuk soal siklus 1 dan 0,91 untuk soal siklus 2. Hasil perhitungan diatas menunjukkan kuesioner atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini sangat reliabel untuk menjaring data yang ada. Secara lengkap hasil pengujian validitas dapat dilihat pada lampiran 6 (halaman 109).

F. Analisis Data

Kondisi awal pada penelitian dan kondisi pada akhir siklus 1 dan 2 yang diharapkan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria Keberhasilan

Peubah Indikator Kondisi Awal

Kondisi pada Akhir Siklus

I II

Prestasi


(66)

46

Rata-rata siswa yang

mencapai KKM (70) 31,25% 60% 70%

Peningkatan prestasi belajar dinyatakan dalam nilai rata-rata yang diperoleh melalui langkah-langkah berikut ini:

1. Penyekoran

Penyekoran kemampuan siswa didapat dengan cara menghitung jumlah soal yang benar pada hasil tes.

2. Penilaian

Skor yang diperoleh siswa diubah menjadi nilai dengan maksud agar hasil belajar lebih bermakna bagi siswa, dengan rumus:

Jumlah skor yang diperoleh

Nilai = x 100

Jumlah skor maksimal

3. Menghitung nilai rata-rata.

Nilai rata-rata tes hasil belajar siswa kelas II diperoleh dengan membagikan jumlah nilai seluruh siswa dengan jumlah siswa.

Σ x

M = N Keterangan:

M = Nilai rata-rata


(67)

47

N = Jumlah siswa

4. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM

Persentase jumlah siswa diperoleh dengan membagikan jumlah siswa yang mencapai KKM di bagi dengan jumlah siswa keseluruhan.

� �ℎ � � � � � ����� �


(68)

48 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Berpikir Berpasangan Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas II SD Kanisius Sorowajan Tahun Ajaran 2010/2011” dilaksanakan selama dua minggu. Dimulai pada tanggal 16 Maret 2011 sampai dengan 24 Maret 2011.

1. Siklus Pertama a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan siklus 1, peneliti melakukan observasi dan melihat nilai siswa pada tahun-tahun sebelumnya untuk mengetahui nilai siswa terkait materi mendeskripsikan kedudukan dan peran masing-masing anggota keluarga.

Setelah mengetahui kondisi awal siswa, peneliti melaksanakan siklus pertama. Tindakan siklus 1 terdiri dari dua kali pertemuan. Pada tahap ini peneliti menyiapkanp perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP), dan lembar kerja siswa b. Pelaksanaan Penelitian Siklus Pertama

Pelaksanakan penelitian tindakan kelas siklus1dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pada hari Rabu tanggal 16 Maret 2011, pukul 09.20 – 10.40 dan pada hari Kamis tanggal 17 Maret 2011 pukul 07.40 – 09.00.


(69)

49

total waktu yang di butuhkan pada pelaksanaan siklus 1 adalah 160 menit (4 JP). Pada siklus ini peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan, dan subyek yang digunakan berjumlah 32 siswa. Pembelajaran berlangsung dengan model pembelajaran yang telah dipilih oleh peneliti dan berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Pada akhir siklus 1 siswa diberi soal evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah melakukan proses pembelajaran.

c. Observasi

Kegiatan observasi pada siklus 1 dilakukan dengan mengamati yang dilakukam siswa selama kegiatan diskusi. Selama pelaksanakan tindakan peneliti sekaligus melakukan pengamatan. Kegiatan siswa dalam kelas, baik yang sifatnya menunjang maupun yang menghambat proses pembelajaran semua diamati oleh peneliti. Hal ini di maksudkan untuk dijadikan bahan refleksi dalam pelaksanakan.

Hasil temuan pada saat peneliti mengadakan pengamatan selama pelaksanakan tindakan adalah ada beberapa siswa yang belum memahami perintah, kurang konsentrasi dan menggganggu temannya. Selain itu, Beberapa kelompok suaranya kurang bisa di dengar oleh teman atau kelompok lain.

Hal yang menunjang adalah adanya suasana yang berbeda dalam kelas, sehingga siswa lebih bersemangat dan lebih antusias dalam proses pembelajaran. Hal ini akan mempengaruhi keberhasilan dalam belajar


(70)

50

d. Refleksi

Masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti selama pelaksanaan siklus 1 antara lain (1) pembagian kelompok, Beberapa siswa merasa keberatan jika satu kelompok dengan teman yang dianggap rendah prestasinya. Oleh karena itu, siswa-siswa tersebut cenderung menjadi tidak mau bekerja dalam kelompok dan mengganggu siswa lain. (2) Siswa juga masih belum terbiasa dengan metode belajar yang diterapkan oleh guru sehingga beberapa siswa cenderung menjadi kurang percaya diri dan malu. Hal ini menyebabkan beberapa siswa tidak mau bersuara dengan keras dan kurang baik dalam menyampaikan pendapatnya atau cenderung diam saja di dalam kelas. Dari hal tersebut maka guru perlu lebih meningkatkan persiapan baik kondisi kelas maupun persiapan pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah memberikan permasalahan yang berbeda pada tiap kelompok agar anggota kelompok lain tetap fokus selama kelompok lain melaksanakan presentasi di depan kelas.

e. Hasil Penelitian Siklus 1

Pengukuran dari siklus I dilakukan dengan alat ukur tes yaitu tes tertulis. Presentase keberhasilan yang ingin dicapai pada siklus I ini adalah 66% dengan nilai KKM 70. Berikut adalah hasil tes pada siklus I:

Tabel 4. Hasil Tes Evaluasi Siklus 1

No Nama Nilai Tuntas Tuntas Tidak

1 Ad 54 - 

2 Id 46 - 


(71)

51

4 Ke 70  -

5 Ay 88  -

6 Am 77  -

7 To 65 - 

8 Ar 75  -

9 Ti 68 - 

10 Ary 75  -

11 Ber 75  -

12 Sh 79  -

13 Ca 65 - 

14 Ta 85  -

15 Ti 42 - 

16 Ka 79  -

17 Di 50 - 

18 Ku 55 - 

19 Ri 55 - 

20 Dh 60 - 

21 Na 70  -

22 He 85  -

23 If 70  -

24 Re 79  -

25 Ro 75  -

26 Mi 70  -

27 Wu 60 - 

28 Li 45 - 

29 Vi 75  -

30 Ga 78  -

31 Ri 80  -

32 Md 55 - 

JUMLAH 2147

Rata-rata dan

Persentase 67,09 56,25% 43,75%

2. Siklus Kedua

a. Pelaksanaan Penelitian Siklus Kedua

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus kedua dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2011 pukul 09.20 – 10.40 dan hari Kamis tanggal 24 Maret 2011 pada pukul 07.40 – 09.00. subyek yang digunakan pada siklus kedua berjumlah 32 siswa. Pada siklus kedua ini peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif berpikir berpasangan dan berpedoman pada rencana pelaksanaan


(72)

52

pembelajaran yang dibuat. Pada akhir siklus kedua siswa diberi soal evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah melakukan proses pembelajaran.

b. Observasi

Pengamatan dan observasi dilakukan peneliti sepanjang pelaksanaan tindakan berlangsung. Secara keseluruhan terjadi peningkatan, baik itu aktifitas siswa maupun kondisi siswa pada saat melaksanakan diskusi, maupun pada saat presentasi kelompok

c. Refleksi

Tidak banyak hambatan yang ditemukan pada siklus 2. Siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran berpikir berpasangan. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam proses diskusi. Namun masih ada beberapa siswa yang memperoleh hasil yang kurang memuaskan, karena ada beberapa siswa yang bermain saat proses diskusi dan tidak mendengarkan saat kelompok lain mempresentasikan hasil diskusi.

d. Hasil Penelitian Siklus Kedua

Pengukuran dari siklus II dilakukan dengan alat ukur tes yaitu tes tertulis. Prosentase keberhasilan yang ingin dicapai pada siklus II ini adalah 72% dengan nilai KKM 70. Berikut adalah hasil tes pada siklus II :

Tabel 5. Hasil Tes Evaluasi Siklus Kedua No Nama Nilai Tuntas Tidak

Tuntas

1 Ad 70  -


(73)

53

3 Ev 65 - 

4 Ke 79  -

5 Ay 100  -

6 Am 79  -

7 To 70  -

8 Ar 80  -

9 Ti 70  -

10 Ary 78  -

11 Ber 75  -

12 Sh 80  -

13 Ca 68 - 

14 Ta 90  -

15 Ti 68 - 

16 Ka 80  -

17 Di 68 - 

18 Ku 69 - 

19 Ri 69 - 

20 Dh 70  -

21 Na 75  -

22 He 90  -

23 If 70  -

24 Re 80  -

25 Ro 75  -

26 Mi 75  -

27 Wu 70  -

28 Li 69 - 

29 Vi 79  -

30 Ga 79  -

31 Ri 90  -

32 Md 68 - 

JUMLAH 2416

Rata-rata dan

Persentase 75,5 71,875% 28,125%

B. Pembahasan

1. Kemampuan Mendeskripsikan Kedudukan dan Peran Masing-Masing Anggota Keluarga pada Siklus 1

Berdasarkan hasil observasi, nilai rata-rata awal siswa terkait dengan mendeskripsikan kedudukan dan peran masing-masing anggota keluarga


(74)

54

sebesar 60. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 10 dari 32 siswa atau mencapai 31,25%. Sedangkan siswa yang nilainya di bawah KKM ada 22 siswa atau mencapai 68,75%.

Setelah diketahui kondisi awal siswa, peneliti melakukan tindakan siklus pertama. Berikut peneliti paparkan nilai rata-rata pada kondisi awal dan siklus 1.

Gambar 3. Nilai Rata-Rata Siswa Siklus 1

Pada siklus pertama penelitian, peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berpikir berpasangan, dimana pada siklus pertama pembagian kelompok dilakukan secara bertahap, yaitu setelah siswa diminta untuk mencari jawaban secara pribadi, lalu siswa berdiskusi secara berpasangan, setelah setiap pasangan mendapatkan hasil maka siswa masuk ke dalam kelompok yang lebih besar yaitu setiap kelompok diskusi terdiri dari 4 siswa atau 2 pasang. Pada siklus pertama nilai tertinggi adalah 88, dan nilai

60

67,09

56 58 60 62 64 66 68

Kondisi Awal Siklus 1

Nilai Rata-Rata Siswa


(75)

55

terendah adalah 42. Pada pelaksanaan siklus pertama ini, satu siswa mendapat nilai 88, dua siswa mendapat nilai 85, satu orang mendapat nilai 80, tiga siswa mendapat nilai 79, satu siswa mendapat nilai 78, satu siswa mendapat nilai 77, enam siswa mendapat nilai 75, tiga siswa mendapat nilai 70, satu siswa mendapat nilai 68, dua siswa mendapat nilai 65, dua siswa mendapat nilai 60, tiga siswa mendapat nilai 55, satu siswa mendapat nilai 54, satu siswa mendapat nilai 50, satu siswa mendapat nilai 46, satu siswa mendapat nilai 45, dan dua siswa mendapat nilai 42. Dari data tersebut dapat dilihat rata-rata nilai pada siklus pertama adalah 67,09, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) berjumlah 18 siswa atau mencapai 56,25%.

Pada siklus pertama ada 14 siswa yang mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 14 siswa atau 43, 75 %. Berdasarkan data tersebut, jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus 1 mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal yaitu sebesar 25%. Walaupun mengalami peningkatan namun kondisi tersebut belum sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti. Siswa yang mencapai KKM pada siklus 1 harus mencapai 62%.


(1)

122

18 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 14

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 15

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 15 15

21 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 12 9

22 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 11 11

23 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 11

24 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 8 11

25 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 11 11

26 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 9 5

27 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 10 11

28 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 10 9

29 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 6 6

30 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 7 9

31 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 6 7

32 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 6

rxy

0,8505408

Reliab

ilitas 0,9192349

Kesim pulan

Sangat Reliabel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

123

LAMPIRAN 7

FOTOKEGIATAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Peningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Karimiyah Jakarta

0 5 158

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui media audio visual pada mata pelajaran PKN siswa kelas II MI Al-Husna Ciledug Tahun pelajaran 2013/2014

3 12 126

Pengunaan Model Cooperative Learning tipe student team achivement division (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV B SDN 08 Metro TImur tahun pelajaran 2011/2012

0 6 44

Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 1 Metro Barat menggunakan media audio visual tahun pelajaran 2012/2013.

0 5 42

Pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (stad) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ipa kelas iv materi perubahan lingkungan di mis islamiyah Londut tahun pelajaran 2017/2018 - Repository UIN Sumatera U

0 0 143