Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, materialsm, dan kelompok acuan pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

(1)

1

ABSTRAK

Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, Materialism, dan

Kelompok Acuan Pada Minat Beli Ulang Jasa Klinik

Kecantikan”

Liendah F. Oktavia Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) brand image berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 2) karakteristik konsumen, yaitu

vanity seeking, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 3)

karakteristik konsumen, yaitu materialism, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 4) kelompok acuan, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan. Populasi dalam penelitian ini yaitu konsumen yang pernah menggunakan jasa klinik kecantikan di Yogyakarta yaitu Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin care dengan jumlah sampel 200 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Uji validitas menggunakan analisis faktor (Explanatory factor Analysis) dan uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linear berganda dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) brand image berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 2) vanity seeking berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 3) materialsme berpengaruh negatif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, dan 4) kelompok acuan berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

Kata kunci: brand image, vanity seeking, materialism, kelompok acuan, minat beli ulang


(2)

2

ABSTRACT

“The Influence of Brand Image, Vanity Seeking, Materialism,

and Reference Group towards Repurchase Intention on Beauty

Clinic Service”

Liendah F. Oktavia Sanata Dharma University

2016

This research aims to find out 1) the influence of brand image towards repurchase intention on beauty clinic service, 2) characteristic of consumer, which is vanity seeking, its influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 3) characteristic of consumer, which is materialism, its influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 4) the influence of reference group towards repurchase intention on beauty clinic service. The sample of this research are consumers who have used the beauty clinic service in Natasha Skin Care Yogyakarta, London Beauty Clinic Yogyakarta, Larissa Aesthetic Centre Yogyakarta, and Naavagreen Natural Skin Care Yogyakarta, with the total of 200 respondents. The sampling technique used is purposive sampling. The validity test uses explanatory factor analysis and reliability test uses Cronbach’s Alpha formula. The data analysis technique which is used in this reseach is linear multiple regression analysis with t-test. The result of the research shows that 1) brand image has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 2) vanity seeking has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 3) materialism has negative influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 4) reference group has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service.

Keywords: brand image, vanity seeking, materialism, reference group,


(3)

PENGARUH BRAND IMAGE, VANITY SEEKING,

MATERIALISM, DAN KELOMPOK ACUAN PADA MINAT

BELI ULANG JASA KLINIK KECANTIKAN

TESIS

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh:

Liendah F Oktavia

132222207

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH BRAND IMAGE, VANITY SEEKING,

MATERIALISM, DAN KELOMPOK ACUAN PADA

MINAT BELI ULANG JASA KLINIK KECANTIKAN

TESIS

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN

MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan Oleh:

Liendah F. Oktavia

132222207

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

LEⅣ

IBAR PERSETU:顧

AN

DOSEN PEⅣ

IBIル

IBING

PENGARUH a&4Ⅳ

D ttAGE;Z4fⅥ

Frys醐囲響Ⅳc,

A=勘

鯉ИZ【滋

,DAN KELOpIPOK ACUAN PADA P願AT


(6)

PENGARUH Bゆ

懃 GE,シう型Ⅵ「

FYS副

囲霊ⅣC,

″И 衝□υИ壼 駆

,DAN KELOMPOK ACUAN PADA R/11NAT

BELI ULANG JASA KLNIK KECANTIKAN

C)ichi

Lielldah F.Oktavia 132222207

Tesis llli tcldl dipcrtahallka〕 pada 22」tini 2016

ji yang terdiri tlari:

Penguji Ahli

sebagai saiah

lv{agi ster lv{an ajemen Unrrrersitas Sanata Dhanna

Ketua Prcgram Studi

PrabOwO,ⅣI B.Aゃ Ph D.

111


(7)

PERNYATAAN

Dengan

ini

saya menyatakan bahwa dalam tesis

ini

tidak terdapat karya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

i2016

Liendah F Oktavia


(8)

LEⅣ

IBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILⅣ

IIAⅡ

UNTUK KEPENTINGAN AKADEⅣ

IIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

Nomor Mahasiswa

:Liendah F Oktavla

:132222207

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, Materialism, dan Kelompok Acuan Pada

Minat

Beli Ulang Jasa

Klinik

Kecantikan, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak

untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Lrternet atavmedia lain untuk kepentingan akademis tutpa perlu meminta

ijin

dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

2016

Pada tanggal :22 htnr

Yang menyatakan

( Liendah F Oktavia )


(9)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, Materialism, dan Kelompok Acuan Pada Minat Beli Ulang Jasa Klinik Kecantikan”. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen pada Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis tesis ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak T. Handono Eko Prabowo, M.B.A, Ph.D, selaku Kepala Prodi Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Ike Janita Dewi, S.E., M.B.A., Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati. 3. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ekonomi Program Studi Magister

Manajemen, Universitas Sanata Dhrama yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

4. Papa dan mamaku tercinta Sutikno dan Indah Yani, yang selalu mendoakan nonik selalu, memberikan semangat, dukungan, motivasi, nasihat agar cepat menyelesaikan tesis, kasih sayang, cinta kasih yang sangat besar. Terima kasih papa dan mama.

5. Y.B. Dwi Krisnanto Prasojo, S.T., terima kasih untuk semangat, motivasi, dukungan, nasihat, kesabaran, kasih sayang yang sudah diberikan, dan dengan setia mendengarkan keluh kesahku selama pengerjaan tesis ini.


(10)

diberikan, dan dcngan setia mendengarkan kcluh kcsJJOじ sclalna

pengettaan tCSiS ini。

6.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis

ini

yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangan karena keterbatasan

dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun daipara pembaca guna menyempurnakan tesis

ini. Semoga tesis ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun tesis maupun penelitian Ilmiah.

Yogyakarta,22funi 2016

Licndah F.Oktavia


(11)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Brand Image ... 9

2. Perilaku Pembelian Konsumen ... 10

3. Vanity Seeking ... 13

4. Materialsm ... 14

5. Kelompok Acuan……… 16

6. Proses Keputusan Pembelian ... 17

7. Minat Beli Ulang ... 22

B. Hipotesis ... 23

C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 28

C. Jenis Data ... 29

D. Populasi dan Sampel ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Variabel Penelitian ... 31

G. Definisi Operasional ... 32

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 35


(12)

ix

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 41

A. London Beauty Centre ... 41

B. Naavagreen Natural Skin Care... 46

C. Natasha Skin Care ... 50

D. Larissa Aesthetic Center ... 54

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Uji Instrumen Penelitian ... 62

B. Analisis Deskriptif Data Responden ... 65

C. Analisis Deskriptif atas Variabel Penelitian ... 70

D. Uji Asumsi Klasik ... 76

E. Analisis Regresi Linear Berganda ... 79

BAB VI PENUTUP ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Implikasi Manajemen... 112

C. Implikasi Untuk Penelitian Lanjutan ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115

LAMPIRAN 1: KUESIONER ... 119

LAMPIRAN 2: VALIDITAS&RELIABILITAS ... 126

LAMPIRAN 3: KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 131

LAMPIRAN 4: ASUMSI KLASIK ... 135


(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar II.1 Perilaku Pembelian Konsumen ... 12

Gambar II.2 Model Perilaku Konsumen ... 13

Gambar II.3 Model Lima tahap Proses Pembelian Konsumen ... 18

Gambar II.4 Kerangka Konseptual Penelitian ... 27

Gambar IV.1 Logo London Beauty Centre ... 41

Gambar IV.2 Logo Naavagreen Natural Skin Care ... 46

Gambar IV.3 Logo Natasha Skin Care ... 50


(14)

xi DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel V.1 Hasil Uji Validitas ... 63

Tabel V.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 64

Tabel V.3 Usia Responden ... 66

Tabel V.4 Pendidikan/Pekerjaan ... 67

Tabel V.5 Pendapatan ... 68

Tabel V.6 Klinik Kecantikan ... 69

Tabel V.7 Frekuensi ... 70

Tabel V.8 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 71

Tabel V.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 78

Tabel V.10 Hasil Uji Regresi Berganda;Natasha Skin Care ... 80

Tabel V.11 Hasil Uji Regresi Berganda;London Beauty Centre ... 81

Tabel V.12 Hasil Uji Regresi Berganda;Larissa Aesthetic Center ... 82

Tabel V.13 Hasil Uji Regresi Berganda;Naavagreen Natural Skin Care .. 83

Tabel V.14 Hasil Uji Regresi Berganda;Untuk semua Klinik... 84

Tabel V.15 Hasil Uji R2 dan Adjusted R2 ... 85


(15)

xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Judul Halaman Diagram V.1 Hasil Uji Normalitas ... 77 Diagram V.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79 Diagram V.3 Perception Map Klinik Kecantikan ... 102


(16)

xiii

ABSTRAK

Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, Materialism, dan

Kelompok Acuan Pada Minat Beli Ulang Jasa Klinik

Kecantikan”

Liendah F. Oktavia Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) brand image berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 2) karakteristik konsumen, yaitu

vanity seeking, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 3)

karakteristik konsumen, yaitu materialism, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 4) kelompok acuan, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan. Populasi dalam penelitian ini yaitu konsumen yang pernah menggunakan jasa klinik kecantikan di Yogyakarta yaitu Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin care dengan jumlah sampel 200 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Uji validitas menggunakan analisis faktor (Explanatory factor Analysis) dan uji reliabilitas menggunakan rumus

Cronbach’s Alpha. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linear berganda dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) brand image berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 2) vanity seeking berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 3) materialsme berpengaruh negatif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, dan 4) kelompok acuan berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

Kata kunci: brand image, vanity seeking, materialism, kelompok acuan, minat beli ulang


(17)

xiv

ABSTRACT

“The Influence of Brand Image, Vanity Seeking, Materialism,

and Reference Group towards Repurchase Intention on Beauty

Clinic Service”

Liendah F. Oktavia Sanata Dharma University

2016

This research aims to find out 1) the influence of brand image towards repurchase intention on beauty clinic service, 2) characteristic of consumer, which is vanity seeking, its influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 3) characteristic of consumer, which is materialism, its influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 4) the influence of reference group towards repurchase intention on beauty clinic service. The sample of this research are consumers who have used the beauty clinic service in Natasha Skin Care Yogyakarta, London Beauty Clinic Yogyakarta, Larissa Aesthetic Centre Yogyakarta, and Naavagreen Natural Skin Care Yogyakarta, with the total of 200 respondents. The sampling technique used is purposive sampling. The validity test uses explanatory factor analysis and reliability test uses Cronbach’s Alpha formula. The data analysis technique which is used in this reseach is linear multiple regression analysis with t-test. The result of the research shows that 1) brand image has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 2) vanity seeking has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 3) materialism has negative influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 4) reference group has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service.

Keywords: brand image, vanity seeking, materialism, reference group,


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tampil cantik dan menarik merupakan suatu kebutuhan yang selalu ada dalam setiap manusia. Setiap wanita selalu berkeinginan untuk memiliki penampilan yang sempurna. Bukan hanya dalam berpakaian, namun juga kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam berpenampilan. Cantik merupakan kunci utama bagi kaum wanita yang dapat membuat wanita menjadi lebih percaya diri.

Kebutuhan seseorang untuk melakukan perawatan akan memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan industri kecantikan di Indonesia. Industri bisnis kecantikan memiliki potensi yang tinggi di pasar Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dasar potensi besar dalam industri kecantikan yang pertumbuhannya hingga tahun 2016 diperkirakan 20% (www.ekbis.sindonews.com, 2015).

Klinik-klinik kecantikan di Yogyakarta ini menarik untuk dikaji, karena menumbuhkan isu kuat mengenai besarnya kebutuhan perempuan-perempuan Jogja untuk merawat kulitnya agar lebih terlihat “cantik”. Terdapat beberapa klinik kecantikan yang terkenal di Yogyakarta seperti Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Erha Clinic, Larissa Aesthetic Center, Naavagreen Natural Skin Care, Klinik Estetika, dan masih banyak lagi klinik kecantikan lainnya. Klinik-klinik kecantikan tersebut berlomba-lomba


(19)

2

menawarkan konsep yang semakin modern dengan pilihan jasa perawatan yang beragam.

Persaingan ketat yang timbul akibat banyaknya perusahaan yang bergerak di dalam industri klinik kecantikan, akan mempengaruhi sebuah perusahaan untuk mempertahankan pangsa pasarnya dan menjaga brand image perusahaan. Agar dapat bertahan, perusahaan tersebut dituntut untuk lebih memperhatikan keinginan, kebutuhan, dan kepuasan konsumen agar konsumen terus membeli dan menggunakan jasa klinik kecantikan.

Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal (Hawkins et al., 2013). Faktor eksternal di antaranya terdiri atas budaya, sub-budaya, demografi, pengaruh sosial (status sosial, kelompok acuan, keluarga, teman, dan lain lain), sedangkan faktor internal di antaranya terdiri dari persepsi, pembelajaran, memori, alasan, kepribadian, emosi, dan perilaku serta aktivitas pemasaran (marketing activities).

Adanya intensitas persaingan yang ketat di antara klinik-klinik kecantikan membutuhkan pengambilan keputusan yang didukung analisis upaya pemasaran perusahaan dan karakteristik konsumen dari produk atau jasa. Upaya pemasaran perusahaan khususnya dalam penelitian ini yaitu brand

image, dan karakteristik konsumen antara lain vanity seeking, materialism dan

kelompok acuan.

Koubaa (2008) menyatakan brand image adalah persepsi emosional konsumen yang melampirkan merek tertentu. Ini terdiri dari keyakinan merek fungsional dan simbolik. Dengan kata lain, citra merek adalah gambaran


(20)

3

mental secara keseluruhan bahwa konsumen memiliki merek, dan keunikannya dibandingkan dengan merek lain (Faircloth et al., 2001). Oleh karena itu, citra merek merupakan faktor penentu penting dari perilaku pembeli (Burmann et

al., 2008). Konsumen bersedia membayar harga premium untuk suatu brand

jika konsumen mempunyai persepsi yang cukup konsisten bahwa brand tersebut mempunyai nilai tambah dan citra produk yang dikonsumsinya kepada publik.

Karakteristik konsumen dari penggunaan jasa terdiri dari vanity

seeking dan materialism. Karakteristik konsumen yang pertama adalah vanity

seeking. Vanity adalah suatu kepribadian yang dihubungkan dengan kepedulian

seseorang yang berlebihan terhadap penampilan fisik dan prestasinnya (Netemeyer et al.,1995). Dalam kehidupan sehari-hari, semakin banyak orang yang tidak puas dengan kondisi fisik mereka khususnya penampilan, dan biasannya penampilan ini berhubungan erat dengan citra diri seseorang. Dari cara seseorang berpenampilan dapat dilihat status ataupun selera dari orang dan juga untuk menunjukkan prastise sosial. Menggunakan jasa klinik kecantikan yang terkenal, dapat memberikan kepuasan kepada si pelanggan sebagai bagian dari perilaku ingin menampilkan penampilan sehingga dapat mendorong untuk berprilaku konsumtif dan menimbulkan perilaku konsumen pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

Karakteristik konsumen yang kedua adalah materialism. Materialism adalah sifat individu yang menunjukkan seseorang terhadap harta. Dengan karakteristik seperti ini, berpendapat bahwa materialism memiliki pengaruh


(21)

4

besar pada perilaku konsumen, termasuk persepsi konsumen, dan preferensi (Dewi, et al.,2015). Secara umum, konsumen dengan karaketristik materialism yang tinggi cenderung menunjukkan harta mereka pada kelompok-kelompok sosial mereka.

Selain dari upaya pemasaran perusahaan dan karakteristik konsumen, perilaku konsumen merupakan aspek penting dalam keputusan pembelian dan konsumsi konsumen. Perilaku konsumen yang dimaksud adalah kelompok acuan. Penelitian yang ekstensif telah menunjukkan bahwa individu sering membuat pilihan konsumsi yang dipengaruhi oleh berbagai kelompok acuan mereka (Escalas dan Bettman, 2005). Kelompok acuan juga dapat mempengaruhi bagaimana individu terhadap produk atau merek tertentu (Ramanathan dan McGill, 2007) dan bahkan dapat mempengaruhi pilihan konsumsi terhadap merek (Tanner et al., 2008). Kelompok acuan dapat mempengaruhi minat beli ulang secara langsung melalui persepsi kualitas produk, kelompok acuan sebagai sarana penyampaian informasi dan mampu membujuk konsumen.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi minat beli ulang pada klinik kecantikan di Yogyakarta dengan didasarkan pada proses pencarian data tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh ketertarikan faktor-faktor tersebut dengan membatasi objek penelitian, yaitu klinik kecantikan besar seperti Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin Care di Yogyakarta.


(22)

5

B. Rumusan Masalah & Pertanyaan Penelitian

Pasar jasa dalam industri klinik kecantikan di Yogyakarta sedang berkembang pesat dengan maraknya klinik kecantikan yang telah berdiri. Persaingan dalam industri jasa klinik kecantikan, memberikan gambaran tingkat kompetisi yang tinggi dalam industri ini. Intensitas persaingan dalam industri jasa klinik kecantikan dipengaruhi oleh banyaknya klinik kecantikan yang beroperasi dan penyedia jasa kecantikan lain yang bukan klinik kecantikan, sehingga hal tersebut membutuhkan pengambilan keputusan konsumen yang didukung analisis atas karaketristik konsumen dari produk atau jasa dan upaya pemasaran perusahaan. Upaya pemasaran perusahaan khususnya dalam penelitian ini yaitu brand image, dan karakteristik konsumen antara lain vanity seeking, materialism dan kelompok acuan.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian merumuskan pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Apakah brand image berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan ?

2. Apakah karakteristik konsumen, yaitu vanity seeking, berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan kecantikan?

3. Apakah karakteristik konsumen, yaitu materialism, berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan?

4. Apakah kelompok acuan berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan?


(23)

6 C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh brand image pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

2. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik konsumen, yaitu vanity

seeking, pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

3. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik konsumen, yaitu materialism, pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

4. Untuk mengetahui pengaruh kelompok acuan pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut: 1. Bagi Penulis

Memperdalam konsep teori brand image, dan karakteristik konsumen yaitu

vanity seeking, materialism, dan kelompok acuan khusunya yang

mempengaruhi minat beli ulang konsumen. 2. Bagi Manajer

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbungan pemikiran dalam bidang manajemen pemasaran dan sebagai bahan masukan dan kontribusi praktis bagi manajerial dalam bidang pemasaran khususnya mengenai minat beli ulang.


(24)

7 E. Batasan Penelitian

Banyak hal yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen antara lain faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal di antaranya terdiri atas budaya, sub-budaya, demografi, pengaruh sosial (status sosial, kelompok acuan, keluarga, teman, dan lain lain), sedangkan faktor internal di antaranya terdiri dari persepsi, pembelajaran, memori, alasan, kepribadian, emosi, dan perilaku serta aktivitas pemasaran (marketing activities). Penelitian ini hanya membatasi beberapa faktor dari upaya pemasaran perusahaan yaitu brand

image dan karakteristik kosumen yang meliputi vanity seeking, materialism,

dan kelompok acuan. F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjuan Literatur & Perumusan Hipotesis

Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan dalam penulisan karya ilmiah dan merumuskan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini akan menjelaskan mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang dibutuhkan, teknik pengumpulan data, teknik pengukuran


(25)

8

data, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik pengujian sampel, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Perusahaan

Bab ini berisi tentang gambaran umum. Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini akan menjelaskan mengenai analisis data dan pembahasannya.

Bab VI Kesimpulan dan Implikasi Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari analisis data yang ada, saran yang dapat diberikan oleh penulis, dan keterbatasan penelitian yang dilakukan oleh penulis.


(26)

9 BAB II

TINJUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Brand Image

American maketing association mendefinisikan brand sebagai nama

istiah, tanda, lambing atau desain atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Brand adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan brand tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional atau nyata-berhubungan dengan kinerja produk dari brand. Perbedaan ini juga bersifat simbolis, emosional atau tidak nyata-berhubungan dengan apa yang direspresentasikan brand (Kotler dan Keller, 2012).

Kotler dan Keller (2012) menyatakan strategi penetapan merek (branding strategy) perusahaan mencerminkan jumlah dan jenis baik elemen umum maupun unik yang ditetapkan perusahaan pada produk yang dijualnya. Memutuskan cara menetapkan merek produk baru merupakan hal yang sangat penting. Ketika perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru, perusahaan mempunyai tiga pilihan utama:

a. Perusahaan dapat mengembangkan elemen merek baru untuk produk baru.


(27)

10

b. Perusahaan dapat menerapkan beberapa elemen mereknya yang sudah ada.

c. Perusahaan dapat menggunakan kombinasi elemen merek baru yang ada.

Stern et al., (2001) menyatakan bahwa terdapat beberapa aspek yang membuat brand image menjadi begitu bervariasi: 1) di mana letak citra/image artinya apakah citra tersebut berada dalam benak konsumen atau memang pada objeknya. 2) sifat alamiah artinya apakah citra tersebut mengacu pada proses, bentuk atau sebuah transaksi. 3) Jumlah artinya berapa banyak dimensi yang membentuk citra. Koubaa (2008) menyatakan brand

image adalah persepsi emosional konsumen yang melampirkan merek

tertentu. Ini terdiri dari keyakinan merek fungsional dan simbolik. Dengan kata lain, citra merek adalah gambaran mental secara keseluruhan bahwa konsumen memiliki merek, dan keunikannya dibandingkan dengan merek lain (Faircloth et al., 2001). Oleh karena itu, citra merek merupakan faktor penentu penting dari perilaku pembeli (Burmann et al., 2008).

2. Perilaku Pembelian Konsumen

Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, mengamankan dan menggunakan dan mengatur barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan needs dan

wants mereka (Hawkins et al.,2013). Fokus utama dalam perilaku konsumen

adalah tentang cara individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki yaitu waktu, uang dan usaha yang dilakukan


(28)

11

untuk mendapatkan barang dan jasa yang diinginkan (Schiffman dan Kanuk, 2010).

Hawkins et al., (2013) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal, seperti pada gambar 2.1. Faktor eksternal diantaranya terdiri atas budya, sub-budaya, demografi, pengaruh sosial (status sosial, grup referensi, keluar, teman, dan lain lain), dan aktivitas pemasaran (marketing activities). Dalam penelitian ini, pengaruh faktor ekternal terhadap keputusan pembelian konsumen khususnya yaitu kelompok acuan dan karakteristik konsumen lainnya yaitu vanity seeking dan

materialism sedangkan aktivitas pemasaran yaitu brand image akan

berpengaruh pada minat beli ulang dan kemudian dianalisis lebih lanjut. Kotler dan Keller (2012) mengatakan bahwa titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah model respon rangsangan tanggapan yang diperlihatkan dalam gambar 2.2. Rangsangan pemasaran dan lingkungan memasuki kesadaran konsumen dan sekelompok proses psikologis digabungkan dengan karaketeristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis penting (motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori) secara fundamental mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai rangsangan pemasaran.


(29)

12

Gambar II.1

Perilaku Pembelian Konsumen

Sumber: Hawkins et al., (2013) Pengaruh

Eksternal:  Budaya  Sub-Budaya  Demografi  Pengaruh Sosial  Kelompok Acuan  Keluarga  Aktivitas Marketing Pengaruh Internal:  Persepsi  Pembelajaran  Demografi  Pengaruh Sosial  Kelompok Acuan  Keluarga  Konsep Diri & Gaya Hidup Proses Keputusan:  Situasi  Pengenalan Masalah  Pencarian Informasi  Evaluasi Alternatif dan Seleksi  Evaluasi saluran dan pembelian  Pra-Pasca Pembelian


(30)

13 Gambar II.2

Model Perilaku Konsumen

Sumber: Kotler dan Keller (2012)

Berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti, penelitian ini mencakup variabel dependen yaitu minat beli ulang dan variabel independen yaitu brand image, vanity seeking, materialism, dan kelompok acuan. Dalam teori ini yang telah dijelaskan di atas disebutkan bahwa dalam keputusan pembelian dipengaruhi oleh faktor ekternal dan faktor internal (Hawskin et

al., 2013).

3. Vanity Seeking

Isitilah vanity banyak digunakan dalam berbagai konteks atau keadaan. Untuk mendefinisikan mengenai vanity diperoleh dari literatur seperti Sosiologi, Psikologi, Filosofi, dan tingkah laku konsumen. Vanity adalah suatu kepribadian yang dihubungkan dengan kepedulian seseorang Rangsangan

Pemasaran: Produk dan jasa Harga Distribusi Komunikasi Rangsan gan Lain: Ekonomi Teknologi Politik Budaya Psikologis Konsumen: Motivasi Persepsi Pembelajara n Memori Karakterist ik Konsumen: Budaya Sosial Pribadi Proses Keputusan Pembelian: Pengetahuan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan pembelian Perilaku Pasca Keputusan Pembelian: Pilihan Produk Pilihan Merek Pilihan Penyalur Jumlah Pembelian Waktu Pembelian Metode Pembayaran


(31)

14

yang berlebihan terhadap penampilan fisik dan prestasinnya. Ada empat komponen sifat nyata yang dimiliki vanity (Netemeyer et al.,1995), yaitu: a. Kepedulian terhadap penampilan fisik.

b. Pandangan positif terhadap penampilan fisik. c. Kepedulian terhadap pemenuhan/prestasi. d. Pandangan positif terhadap pemenuhan/prestasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya semakin banyak orang yang tidak puas dengan kondisi fisik mereka khususnya penampilan, dan biasannya penampilan ini berhubungan erat dengan citra diri seseorang. Dari cara seseorang berpenampilan dapat dilihat status ataupun selera dari orang dan juga untuk menunjukkan prastise sosial.

Fisik (physical) and prestasi (achievement) vanity sangat penting dari prespektif konsumen dalam praktisi pemasaran. Banyak produk yang di iklankan atas dasar klaim untuk meningkatkan penampilan dan atau manfaat konsumen yang dianggap menarik secara fisik.

Durvasula (2010) Achievement vanity dapat dengan mudah dilihat saat konsumen mengkonsumsi produk, dengan mengkonsumsi produk menujukkan status dan keberhasilan atau dengan kata lain konsumsi yang mencolok. Melalui kepemilikan produk, konsumen dapat menampilkan bagaimana prestasi dari keberhasilan pribadi mereka.

4. Materialism

Materialism adalah sifat individu yang menunjukkan seseorang


(32)

15

materialism memiliki pengaruh besar pada perilaku konsumen, termasuk

persepsi konsumen, dan preferensi (Dewi et al., 2015). Secara umum, konsumen dengan karaketristik materialism yang tinggi cenderung menunjukkan harta mereka pada kelompok-kelompok sosial mereka.

Materialism dapat dikonseptualisasikan dalam berbagai cara

termasuk pengabdian dengan kebutuhan dan keinginan material, sebagai pola pikir yang berfokus dalam berbelanja serta mendapatkan harta duniawi (Richins dan Dawson, 1992).

Sejak itu, metrik untuk mengukur tingkat materialism seseorang telah dimodifikasi oleh orang lain (Richins dan Dawson, 1992). Materialism telah diselidiki dalam banyak penyelidikan riset konsumen yang menunjukkan pentingnya dalam pemahaman perilaku konsumen. Durvasula (2010)

materialism terkait dengan sikap terhadap uang yang dimiliki sehingga

seseorang terlibat dalam kegiatan materialistik.

Pada umumnya, konsumen yang memiliki sifat materialism yang tinggi cenderung lebih peduli tentang menampilkan status dan harta benda mereka dalam kelompok sosial yang relevan . Proses dan membeli produk dan merek yang mahal menunjukkan pencapaian materialism yang lebih tinggi dan juga membantu konsumen dalam membuat kesan yang positif pada orang lain.

Materialism memiliki pengaruh besar pada perilaku konsumen pada

umumnya, dan persepsi konsumen, preferensi, dan pilihan pada khususnya. Namun, ada sedikit penelitian untuk menunjukkan berbedaan aspek


(33)

16

materialism konsumen yang terkait secara khusus mendefinisikan

konsekuensi perilaku konsumen. 5. Kelompok Acuan

Sumarwan (2011) sebuah kelompok merupakan kumpulan dari dua atau lebih orang-orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama, tujuan tersebut bisa merupakan tujuan individu atau tujuan bersama. Di dalam perspektif pemasaran, masing-masing kelompok dimana konsumen menjadi anggotanya akan mempengaruhi perilaku pembelian dan konsumsi dari konsumen tersebut.

Kelompok acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respon afektif, kognitif, dan perilaku kelompok acuan akan memberikan standar dan nilai yang akan mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam perspektif pemasaran, kelompok acuan adalah kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi.

Kelompok mempengaruhi proses pembelian dalam dua cara. Pertama, kelompok mempengaruhi pembelian yang dibuat oleh seorang konsumen. Kedua, anggota-anggota kelompok sering kali membuat keputusan bersama-sama sebagai sebuah kelompok. Kelompok acuan bisa merupakan sesuatu yang nyata atau yang bersifat tidak nyata dan bersifat simbolik. Kelompok acuan bagi seseorang berasal dari kelas sosial yang


(34)

17

sama atau berbeda dari budaya yang sama atau berbeda, bahkan dari sub-budaya yang berbeda atau sama.

Kelompok acuan merupakan aspek penting dalam studi perilaku konsumen. Penelitian yang ekstensif telah menunjukkan bahwa individu sering membuat pilihan konsumsi yang dipengaruhi oleh berbagai kelompok acuan mereka (Escalas dan Bettman, 2005). Kelompok acuan juga dapat mempengaruhi bagaimana individu terhadap produk atau merek tertentu (Ramanathan dan McGill, 2007) dan bahkan dapat mempengaruhi pilihan konsumsi terhadap merek (Tanner et al., 2008).

Beberapa kelompok acuan mungkin ada hanya saat mengkonsumsi merek tertentu atau produk (Muniz dan O'Guinn, 2001). Kelompok-kelompok ini tidak saling eksklusif, dan oleh karena itu individu dapat dipengaruhi oleh kelompok acuan (Luna et al., 2008). Akhirnya, penting untuk dicatat bahwa ada kelompok acuan yang mungkin memiliki pengaruh disosiatif pada perilaku individu.

6. Proses Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler dan Keller, 2012). Kotler dan Keller (2012) seperti yang ditampilkan pada gambar 2.3, ketika membeli produk secara umum konsumen mengikuti proses pembelian konsumen seperti, pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.


(35)

18 Gambar II.3

Model Lima Tahap Proses Pembelian Konsumen

Sumber: Kottler dan Keller (2012) a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang di picu oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal misalnya kebutuhan umum seseorang-lapar, haus, yang kemudian mencapai ambang batas tertentu dan mulai menjadi pendorong. Rangsangan eksternal misalnya seseorang bisa mengagumi mobil baru tetangganya yang memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu pembelian.

Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat terhadap suatu jenis produk. Pemasar kemudian dapat mengembangkan startegi pemasaran yang memacu minat konsumen (Kotler dan Keller, 2012).

b. Pencarian Informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Ada dua level rangsangan yang terjadi yaitu level penguatan perhatian, orang hanya sekedar lebih peka Pengenalan

Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan pembelian

Perilaku Pasca Pembelian


(36)

19

terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin lebih aktif mencari informasi, mencari bahan bacaan, menelpon teman, melakukan kegiatan online, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produsk tersebut.

Konsumen menerima informasi terpenting tentang sebuah produk dari komersial-yaitu sumber yang didominasi pemasar. Meskipun demikian, informasi yang paling efektif seing berasal dari sumber pribadi atau sumber publik yang merupakan otoritas independen.

Setiap sumber informasi melaksanakan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Sumber komersial biasannya melaksanakan fungsi informasi, sementara sumber pribadi melaksanakan fungsi legimitasi atau evaluasi.

c. Evaluasi Alternatif

Tidak ada proses tunggal yang digunakan oleh semua konsumen, atau oleh seseorang konsumen dalam semua situasi pembelian. Ada beberapa proses, dan sebagian besar model terbaru melihat konsumen membentuk sebagian besar penilaian secara sadar dan rasional.

Bebarapa konsumen dasar yang akan membantu memahami proses evaluasi; pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan, Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan.


(37)

20 d. Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi antar merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat membentuk lima subkeputusan:merek, penyalur, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran.

Model nonkompensatoris dari pilihan konsumen adalah hal-hal yang dianggap baik untuk sebuah produk dapat membantu menutup hal-hal yang dianggap buruk. Heuristik adalah aturan sederhana atau jalan pintas mental dalam proses keputusan. Pengetahuan merek atau produk, jumlah dan kemiripan pilihan merek dan tekanan waktu yang terlibat, serta konteks sosial, semuanya mempengaruhi apa dan bagaimana kita menggunakan hauristik yang dipilih.

e. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengambil konflik dikarenakan melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhdap informasi yang mendukung keputusannya. Pemasar harus mengamati kepuasan pasca pembeli, tindakan pasca pembeli, dan penggunaan produk pasca pembeli.

1) Kepuasan Pasca Pembeli

Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja anggapan produk. Jika kinerja tidak memenuhi harapan


(38)

21

konsumen, konsumen akan kecewa jika memenuhi harapan, konsumen akan puas jika melebihi harapan, konsumen sangat puas. Perasaan ini menentukan apakah pelanggan membeli produk kembali dan membicarakan hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan tentang produk itu kepada orang lain.

2) Tindakan Pasca Pembelian

Jika konsumen puas, konsumen akan membeli produk itu kembali. Pelanggan yang puas juga cenderung mengatakan hal-hal baik tentang merek kepada orang lain. Di pihak lain, konsumen yang kecewa mungkin mengabaikan atau mengembalikan produk, Mereka akan mencari informasi yang memastikan nilai produk yang tinggi. 3) Penggunaan dan Penyingkiran Pasca Pembelian

Pendorong kunci frekuensi penjualan adalah tingkat konsumsi produk-semakin cepat pembeli mengkonsumsi sebuah produk, semakin cepat mereka kembali ke pasar untuk membelinya lagi.

Surmawan (2011) proses konsumsi akan diikuti oleh proses pembuangan produk. Barang-barang tidak tahan lama atau yang habis dipakai biasanya tidak menimbulkan masalah bagi konsumen, karena produk tersebut akan habis jika terus-menerus dipakai oleh konsumen.


(39)

22 7. Minat Beli Ulang

Kusdya (2012) minat konsumen adalah keinginan yang timbul dari proses pengaktifan ingatan sebagai sebuah rencana yang tersimpan. Keinginan konsumen untuk membeli ulang suatu produk didasarkan pada kepercayaan dan nilai yang berkaitan dengan tindakan membeli atau menggunakan produk tersebut. Minat beli ulang merupakan bagian dari perilaku pembelian konsumen di mana kesesuaian antara performa dari produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan menghasilkan minat konsumen untuk mengkonsumsinya lagi di masa akan datang.

Kurniawan, et al., (2007) minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat pembelian. Bila pembelian aktual adalah pembelian yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat untuk melakukan pembelian pada kesempatan mendatang.

Meskipun merupakan pembelian yang belum tentu akan dilakukan pada masa mendatang namun pengukuran terhadap minat pembelian umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri. Intention to buy juga didefinisikan sebagai pernyataan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu (Howard et


(40)

23

Hellier, et al., (2003) repurchase intention adalah keputusan terencana seseorang untuk melakukan pembelian kembali atas produk dan jasa tertentu, dengan mempertimbangkan situasi/ pengalaman yang terjadi setelah berbelanja.

Dari uraian mengenai minat beli ulang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat beli ulang adalah tahap kecenderungan perilaku membeli dari konsumen pada produk suatu barang maupun jasa yang dilakukan secara berulang-ulang pada jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan mempunyai sikap positif terhadap suatu produk/jasa dan merekomendasikan produk tersebut secara positif kepada orang lain berdasarkan pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lampau. B. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan dan jawaban itu masih akan di uji kebenarannya. Dari kerangka penelitian yang dilakukan, maka dapatlah dikemukakan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

Koubaa (2008), brand image adalah persepsi emosional konsumen yang melampirkan merek tertentu. Ini terdiri dari keyakinan merek fungsional dan simbolik. Dengan kata lain, citra merek adalah gambaran mental secara keseluruhan bahwa konsumen memiliki merek, dan keunikannya dibandingkan dengan merek lain (Faircloth et al., 2001). Oleh karena itu, citra merek merupakan faktor penentu penting dari perilaku pembeli (Burmann et al., 2008). Konsumen bersedia membayar harga premium untuk suatu brand jika konsumen


(41)

24

mempunyai persepsi yang cukup konsisten bahwa brand tersebut mempunyai nilai tambah dan citra produk yang dikonsumsinya kepada publik. Oleh karena itu, peneliti merumuskan hipotesis pertama sebagai berikut:

H1: Brand image berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik

kecantikan.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang tidak puas dengan kondisi fisiknya terutama pada penampilan. Penampilan yang cantik dan menarik merupakan tujuan dari kaum wanita. Vanity adalah suatu kepribadian yang dihubungkan dengan kepedulian seseorang yang berlebihan terhadap penampilan fisik dan prestasinnya (Netemeyer et al.,1995)

Klinik kecantikan hadir memfasilitasi perempuan yang menginginkan perawatan pada kulit wajahnya agar sehat dan terawat. Seseorang menggunakan jasa klinik kecantikan yang terkenal, dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan sebagai bagian dari perilaku ingin menampilkan penampilan yang menarik dan cantik. Oleh karena itu, peneliti merumuskan hipotesis kedua sebagai berikut:

H2: Vanity seeking berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik

kecantikan.

Materialism adalah sifat individu yang menunjukkan seseorang

terhadap harta. Dewi, et al., (2015), bahwa materialism memiliki pengaruh besar pada perilaku konsumen, termasuk persepsi konsumen, dan preferensi. Secara umum. konsumen dengan karaketristik materialism yang tinggi cenderung menunjukkan harta mereka pada kelompok-kelompok sosial mereka.


(42)

25

Konsumen yang memiliki perilaku materialism ditandai dengan ingin memiliki penampilan cantik dan menarik sehingga dapat mengesankan orang lain, konsumen akan lebih senang dan puas jika menggunakan jasa klinik kecantikan dan ingin melakukan pembelian ulang jasa kecantikan tersebut. Oleh karena itu, peneliti merumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:

H3: Materialism berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik

kecantikan.

Sumarwan (2011) sebuah kelompok merupakan kumpulan dari dua atau lebih orang-orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama, tujuan tersebut bisa merupakan tujuan individu atau tujuan bersama. Di dalam perspektif pemasaran, masing-masing kelompok dimana konsumen menjadi anggotanya akan mempengaruhi perilaku pembelian dan konsumsi dari konsumen tersebut. Oleh karena itu, peneliti merumuskan hipotesis keempat sebagai berikut:

H4: Kelompok acuan berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik

kecantikan.

C. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari tiga variabel, sebagai berikut:

1. Brand Image

2. Vanity Seeking

3. Materialism


(43)

26

Sedangkan, variabel dependen, sebagai berikut: Y :Minat beli ulang


(44)

27 Gambar II. 4

Kerangka Konseptual Penelitian

H1 (+)

H2 (+)

H3 (+)

H4 (+)

Brand Image

Kelompok Acuan Materialism Vanity Seeking


(45)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada metode penelitian ini berisi mengenai desain penelitian, popuasi, sampel dan definisi operasional dari masing-masing variabel. Penulis menggunakan dua jenis analisis data yaitu deskriptif dan kuantitatif. Analisi data yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan variabel penelitian. Analisis kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka dimana data tersebut diperoleh dari jawaban kuesioner (Cooper dan Schindler, 2014).

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian adalah masyarakat Yogyakarta yang sudah pernah menggunakan jasa klinik kecantikan sebagai berikut: Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin Care.

2. Objek penelitian yang akan diteliti untuk mengatahui pengaruh brand image,

vanity seeking, materialism, dan kelompok acuan pada minat beli ulang jasa


(46)

29 C. Jenis Data

Penelitian ini mengunakan data primer. Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus di kumpulkan untuk menjawab pernyataan penelitian.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan dari keseluruhan elemen yang terdiri atas partisipan individual atau objek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk menarik beberapa kesimpulan (Cooper dan Schindler, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah menggunakan jasa klinik kecantikan sebagai berikut: Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin Care.

2. Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, yaitu tidak semua anggota populasinya memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel dan probabilitas elemen populasi yang dipilih tidak diketahui dengan pasti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

purposive sampling yang merupakan pengambilan sampel probabilitas


(47)

30

Adapun yang menjadi kriteria dalam penelitian ini yaitu: konsumen yang sudah menggunakan salah satu jasa klinik kecantikan sebagai berikut: Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, atau Naavagreen Natural Skin Care dan menggunakan jasa klinik kecantikan maksimal dalam enam bulan terakhir.

Hair, et al., (2006) pedoman ukuran sampel tergantung pada jumlah indikator kali 5 sampai 10. Dalam penelitian ini terdapat 5 variabel dengan jumlah keseluruhan indikator sebanyak 23, sehingga membutuhkan 200 anggota sampel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui survey, dan alat yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi yaitu pelaporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahuinya. Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Bagian I berisi tentang data pribadi responden.

b. Bagian II berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan brand

image, vanity seeking, materialism, dan kelompok acuan dan minat beli

ulang.

Skala pengukuran menggunakan skala Likert, dimana sangat setuju (SS) diberi nilai 5; setuju (S) diberi nilai 4; netral (N) diberi nilai 3; tidak setuju (TS) diberi nilai 2; sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1.


(48)

31 F. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel adalah segala objek penelitian, atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel independen atau variabel bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol X dan variabel dependen atau variabel terikat yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol Y.

2. Definisi Variabel

a. Variabel Independen (X)

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1) Brand Image ( X1 )

2) Vanity Seeking ( X2 )

3) Materialism ( X3 )

4) Kelompok Acuan ( X4 )

b. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adannya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat beli ulang pada klinik kecantikan.


(49)

32 G. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini mencakup: 1.Brand Image

Keller (1993), brand image adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosianya pada merek tersebut. Dapat juga dikatakann bahwa brand image merupakan konsep yang diciptakan oleh konsumen karena alasan subyektif dan emosi pribadinya. Konsumen bersedia membayar harga premium untuk suatu brand jika konsumen mempunyai persepsi yang cukup konsisten bahwa brand tersebut mempunyai nilai tambah dan citra produk yang dikonsumsinya kepada publik.

Indikator:

a.Klinik kecantikan memberikan harapan untuk menjadi cantik. b.Klinik kecantikan membuktikan klaim yang diberikan.

c.Klinik kecantikan memberikan kredibilitas tinggi bagi para pengguna. d.Klinik kecantikan membuktikan kualitas jasa yang diberikan.

e.Orang-orang yang saya kagumi menggunakan jasa kecantikan. 2.Vanity seeking

Vanity adalah suatu kepribadian yang dihubungkan dengan

kepedulian seseorang yang berlebihan terhadap penampilan fisik dan prestasinya. Ada empat indikator sifat nyata yang dimiliki vanity (Netemeyer

et al., 1995), yaitu:


(50)

33

b. Saya memiliki pandangan positif terhadap penampilan fisik yang cantik dan menarik.

c. Saya memiliki pandangan positif terhadap pemenuhan akan penampilan yang cantik dan menarik.

d. Saya sangat memperhatikan penampilan saya.

e. Saya merasa bahwa orang-orang selalu memperhatikan penampilan cantik dan menarik.

f. Bagi saya sangat penting untuk selalu terlihat cantik dan menarik. 3.Materialism

Materialism adalah sifat individu yang menunjukkan seseorang

terhadap harta. Materialism mengandung tiga karakteristik;iri, tidak murah hati, dan posesif (Belk,1985). Secara umum. konsumen dengan karakteristik

materialism yang tinggi cenderung menunjukkan harta mereka pada

kelompok-kelompok sosial mereka. Pengungkapan terhadap materialism ini dilakukan dengan menggunakan skala. Skala tersebut disusun berdasarkan aspek aspek materialism yang dikemukan oleh Richins & Dawson (1992) yaitu

centrality yang berarti materi adalah pusat atau tujuan hidup, happiness yang

berarti materi adalah sumber kebahagiaan dan kepuasan hidup, dan success yang mengandung arti materi adalah tolak ukur kesuksesan. Untuk mengukur materialism, penelitian ini mengadopsi item pengukuran dari Sharma dan Chan (2011). Ada 5 (lima) item yang digunakan untuk mengukur variabel ini, yaitu: Indikator:


(51)

34

a. Saya mengagumi orang-orang yang memiliki rumah yang mewah, mobil, dan pakaian.

b. Saya senang memiliki barang yang dapat mengesankan orang lain. c. Saya akan lebih senang jika saya memiliki barang yang saya tidak

punya.

d. Saya lebih senang jika saya mampu untuk membeli barang yang lebih banyak.

e. Terkadang mengganggu saya jika saya tidak mampu untuk membeli semua barang yang saya inginkan.

4.Kelompok Acuan

Kelompok acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan juga dapat mempengaruhi bagaimana individu terhadap produk atau merek tertentu (Ramanathan dan McGill, 2007) dan bahkan dapat mempengaruhi pilihan konsumsi terhadap merek (Tanner et al., 2008).

Indikator:

a. Saya sering menggunakan jasa klinik kecantikan yang sedang ramai dibicarakan teman-teman.

b. Saya sering meminta pertimbangan teman-teman pada saat saya akan menggunakan jasa klinik kecantikan.

c. Saya membuat keputusan pembelian menggunakan jasa klinik kecantikan karena rekomendasi dari sahabat.


(52)

35

d. Sebelum menggunakan jasa klinik kecantikan, saya selalu membicarakan dengan teman saya tentang klinik kecantikan yang saya akan gunakan. 5.Minat Beli Ulang

Intention to buy juga didefinisikan sebagai pernyataan yang berkaitan

dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu (Howard et al, 1988). Hellier,et al., (2003) repurchase intention adalah keputusan terencana seseorang untuk melakukan pembelian kembali atas produk dan jasa tertentu, dengan mempertimbangkan situasi/ pengalaman yang terjadi setelah berbelanja Indikator:

a. Saya memiliki waktu khusus secara rutin untuk menggunakan jasa klinik kecantikan

b. Saya bersedia merekomendasikan jasa klinik kecantikan ke orang lain untuk menggunakan jasa yang sama.

c. Saya akan merekomendasikan jasa klinik kecantikan kepada keluarga, dan teman.

H. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan pengujian kemampuan instrument-instrumen penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan. Instrumen-instrumen pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada isntrumen yang sudah ada, yang digunakan oleh peneliti sebelumnya. Uji validitas ini dilakukan dengan mengunakan


(53)

36

analisis faktor. Item-item pernyataan dikatakan valid jika nilai loading faktor di atas 0,5 (Ghozali, 2009).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Untuk menghitung reliabilitas instrumen maka dilakukan analisis dengan menggunakan teknik belah dua. Dengan menggunakan teknik belah dua, dalam penelitian ini reliabilitas kemudian diukur dengan teknik

Cronbach’s Alpha (Ghozali, 2002).

Rumus:

di mana:

r : koefisien reabilitas instrumen (croncbach’s alpha)

: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal : total varians butir

: total varian.

Kriteria pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut:

a. Jika dengan taraf keyakinan 95%, maka instrumen tersebut dikatakan valid.

b. Jika dengan taraf keyakinan 95%, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid.


(54)

37 I. Teknik Analisis Data

A. Karakteristik responden

Untuk mengetahui karakteristik responden seperti: umur, pekerjaan, pendapatan, dan klinik kecantikan, maka digunakan analisis persentase.

Rumus:

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum analisis regresi linear. Uji-uji asumsi ini meliputi:

a. Uji Normalitas

Menurut Priyatno (2011), uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas bukan masing-masing variabel independen dan dependen tetapi nilai residual yang dihasilkan dari model regresi. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonalnya pada grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized

Residual sebagai dasar pengambilan keputusan. Jika sekitar garis dan

mengikuti garis diagonal maka residual pada model regresi tersebut terdistribusi secara normal.

b. Uji Multikoliniearitas


(55)

38

ditemukan adannya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Uji multikolinieritas juga dapat dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF kurang dari 10 dan tolerance lebih dari 0,1, maka model regresi bebas dari multikolinearitas.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan menggunakan metode Scatterplot yaitu dengan melihat pola titik-titik pada Scatterplot regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pad sumbu Y maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas.

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Alat bantu analisis ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh brand image, vanity

seeking, materialism, dan kelompok acuan pada jasa klinik kecantikan.

Rumus koefisien regresi linear berganda


(56)

39 di mana:

Y : Minat beli ulang a : konstanta a b : koefisien regresi

: brand image : vanity seeking :materialism

: kelompok acuan

e : simpangan Baku Estimasi (error). 4. Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Menurut Priyatno (2011) Analisisi koefisien determinan (R²) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, dengan koefisiensi determinasi (R²) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap varibel dependen.

5. Menguji Hipotesis a. Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji regresi secara parsial dan digunakan untuk mengetahui pengaruh yang signifikansi antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan membandingkan antara


(57)

40

Untuk menentukan nilai t-statistik tabel, ditentukan dengan tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan , dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel.

Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis sebagai berikut: H0 diterima jika P > 0,05,


(58)

41 BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. London Beauty Centre (LBC)

Gambar IV. 1

Logo London Beauty Centre

London Beauty Centre (LBC) berdiri pada tanggal 19 juli 1998 di Jalan Poncowinatan 47, Yogyakarta. LBC hadir dengan 43 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, dari medan sampai Manado. Di Surabaya LBC memiliki dua cabang, yaitu LBC Jemur (Surabaya I) dan LBC Manyar (Surabaya II). Dalam rangka melayani ratusan ribu meber di seluruh cabang, LBC memperkerjakan 79 dokter dan lebih dari 1000 karyawan professional lainnya, Disamping itu, beberapa cabang LBC telah dilengkapi dengan apotek umum, yaitu LBC Green Garden (Jakarta), LBC Adisucipto (Yogyakarta), LBC Kotabaru (Yogyakarta), LBC Yosodiputo (Solo), LBC Jemur (Surabaya), dan LBC Semarang.

London Beauty Centre (LBC) dalam pelayanannya terdiri dari tindakan jasa dan penjualan produk yaitu krim kecantikan kulit wajah dan tubuh baik secara medik ataupun non medic. Dalam perkemangannya, London Beauty Centre berupaya memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam system Kesehatan Nsional Pelayanan Kosmetik.


(59)

42 1. Visi dan Misi Perusahaan

Klinik Kecantikan London Beauty Centre (LBC) memiliki visi dan misi sebagai berikut:

Visi:

Menjadi merek terkemuka dan tempat yang terpercaya bagi masyarakat dalam merawat kesehatan kulitnya.

Misi

a. Memberikan pengertian pentingnya perawatan kulit adalah bagian dari kesuksesan seseorang.

b. Memberikan solusi yang tepat dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia yang mempunyai permasalahan kesehatan kulit, terutama kulit wajah.

2. Budaya Perusahaan

LBC sebagai salah satu klinik kecantikan terkemuka di Indonesia senantiasa menerapkan buadaya perusahaannya dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan. Budaya perusahaan meliputi:

a. Professional b. Kejujuran

c. Kesopanan dan Keramahan d. Kebersamaan


(60)

43

3. Macam-macam jasa London Beauty Centre

LBC juga menawarkan jasa berupa perawatan kecantikan kulit, yang terdiri dari:

a. LBC Mesotheraphy

Salah satu tindakan medis untuk berbagi permasalahan kulit antara lain: 1) Mesomelasma/Mesofilt (Menghilangkan flek)

2) Mesoglow (Pen”Cerah”an)

3) Mesoalocipecia (Mengatasi kebotakan rambut kepala) 4) Mesostretchmark (Menghilangkan stretchmark) 5) Mesocellulite (Menghilangkan selulit)

6) Mesolipo & Body Sculpting (Menghancurkan lemak) b. LBC MESO-Without Needle

Merupakan salah satu tindakan mesotherapy tanpa jarum, menggunakan teknik elekrtoporasi yang memungkinkan penetrasi obat mencapai kedalaman tertentu dibawah permukaan kulit dengan nyaman, mudah, cepat serta tidak menimbulkan kemerahan diwajah. Efektif mengatasi :

1) Kantong Mata 2) Flek (Melasma)

3) Mengencangkan wajah (lifting) 4) Memutihkan wajah


(61)

44 c. LBC Light Therapy

Teknologi yang memanfaatkan keajaiban cahaya Merah, Kuning, Hijau, dan Biru untuk mengatasi berbagai masalah kulit. Dokter akan menentukan jenis cahaya yang akan digunakan sesuai dengan masalah kulit pasien, antara lain :

1) Pe"remaja"an kulit 2) Flek

3) Jerawat 4) Kulit keriput 5) Sensitif

d. LBC Microdermabrsion

Teknologi yang dikembangkan ahli Dermatologi dari jerman yang efektif membantu mengatasi kulit wajah antara lain :

1) Bekas jerawat & Bopeng 2) Kerutan halus & Keriput 3) Permukaan kulit besar 4) Flek

5) Komedo

6) Mengencangkan kulit & Mengatasi penuaan dini e. LBC OXY-Skin

Teknologi OXY-Skin menggunakan Liquid O2 Base yang berfungsi menstimulir pembentukan jaringan Collagen dan Elastin pada bagian dermis untuk mengencangkan kulit.


(62)

45 f. LBC Microcurrent

Teknologi pengencangan kulit yang membantu mengurangi tanda-tanda penuaan, melalui meka-nisme pengaktifan reaksi kimia dalam sel yang berfungsi memacu produksi jaringan Collagen dan Elastin, memperlancar peredaran darah, serta membantu daya penetrasi pada kulit (iontophoresis).

g. LBC Lifting

Teknologi perancangan kulit yang bekerja meningkatkan kekenyalan kulit yang mulai mengendur tertama karena faktor usia.

h. LBC Hi-Fruit Acid Peel & Beauty Peel

Tindakan yang menggunakan extrak buah-buahan yang diproduksi dengan teknologi tinggi, yang diformulasikan menjadi bahan peeling yang efektif memperbaikan kulit menjadi bersih dan bercahaya.


(63)

46 B. Naavagreen Natural Skin Care

Gambar IV.2

Logo Naavagreen Natural Skin Care

Naavagreen Natural Skin Care maka berdiri pada tanggal 11 Agustus 2012 berlokasi di Yogyakarta. Naavagreen Natural Skin Care dalam perawatan dan produknya menggunakan bahan-bahan alami/natural.

1. VISI DAN MISI

VISI

Menjadi Pusat Pelayanan Perawatan Kecantikan Kulit dan Wajah secara alami/natural, berkualitas dan murah, yang Prima dan terpercaya bagi semua.

MISI

a. Mengembangkan keterampilan dan profesionalisme Karyawan.

b. Memberikan pelayanan perawatan yang alami / natural, berkualitas, murah dan terpercaya bagi semua pelanggan.

2. Cabang Naavagreen

Kantor pusat Naavagreen natural skin care terletak di Yogyakarta tepatnya di Jl. Cendrawasih Komplek. Colombo No 5 Yogyakarta. Telp: (0274) 566293, 580589. Sejak didirikan 2 tahun yang lalu, Naavagreen natural skin care mengalami perkembangan yang pesat dengan dibuka nya cabang-cabang Naavagreen natural skin care di berbagai kota di Indonesia. Secara


(64)

47

bertahap, Naavagreen natural skin care akan menjangkau seluruh kalangan di berbagai daerah. Saat ini Naavagreen natural skincare sudah mempunyai 8 kantor cabang dan akan membuka 5 cabang baru di berbagai kota di Indonesia, antara lain: Naavagreen Pusat (Cendrawasih), Malang, Madiun, Yogyakarta (Kusumanegara), Jakarta Barat, Wonosobo, Indramayu, Garut, Semarang, Yogyakarta (Kotabaru), Solo, dan Yogyakarta (Godean)


(65)

48

a. Naavagreen Natural Skin Facial for Sensitive Skin

Perawatan kulit wajah dengan menggunakan bahan alami yang berfungsi untuk relaksasi, meningkatkan peredaran darah kulit, meningkatkan kelembaban kulit dan dapat mengurangi reaksi sensitif pada kulit.

b. Naavagreen Natural Skin Facial for Brightening

Perawatan kulit wajah dengan menggunakan bahan alami yang berfungsi untuk relaksasi, meningkatkan peredaran darah kulit dan dapat mengurangi pembentukan pigmen melanin sehingga kulit tampak lebih cerah.

c. Naavagreen Natural Skin Facial for Acne

Perawatan kulit wajah dengan menggunakan bahan alami untuk kulit wajah yang berminyak, berkomedo dan berjerawat, yang berfungsi menghilangkan komedo, jerawat, mengurangi kadar minyak kulit dan menghilangkan sel-sel mati di permukaan kulit.

d. Naavagreen Natural Skin Facial for Anti Aging

Perawatan kulit wajah dengan menggunakan bahan alami yang berfungsi untuk relaksasi, meningkatkan peredaran darah kulit, merangsang pembentukan jaringan kolagen yang dapat mengencangkan dan menunda penuaan dini kulit wajah.


(66)

49 e. Naavagreen Natural Skin Facial

Perawatan kulit wajah dengan menggunakan bahan alami yang berfungsi untuk relaksasi, meningkatkan peredaran darah kulit dan mengencangkan kulit wajah sehingga kulit wajah tampak lebih halus dan cerah.

f. Naavagreen Natural Peeling for Acne

Perawatan peremajaan kulit dengan menggunakan bahan alami bertujuan melindungi kulit sejak dini dan mengatasi jerawat. Perawatan ini bekerja mengangkat lapisan terluar kulit, membunuh bakteri P. Acne penyebab jerawat, dan menghilangkan tampilan kulit kusam dan sel kulit mati yang dapat menyumbat pori-pori.

g. Naavagreen Natural Peeling for Brightening

Perawatan peremajaan kulit dengan menggunakan bahan alami yang bertujuan mencerahkan kulit wajah. Perawatan ini membantu mengangkat kulit mati dengan lembut sambil menstimulasi pertumbuhan sel kulit baru serta memperbaiki kerusakan jaringan agar kulit terlihat bersih dan cerah.

h. Naavagreen Natural Peeling for Anti Aging

Perawatan peremajaan kulit dengan menggunakan bahan alami untuk memperlambat, mencegah dan melawan proses aging. Perawatan ini bekerja efektif mengangkat sel kulit mati dan menstimulasi pembentukan kolagen untuk pertumbuhan sel kulit baru sehingga mengurangi kerutan halus di wajah.


(67)

50 C. Natasha Skin Care

Gambar IV. 3 Logo Natasha Skin Care

1. Sejarah Perusahaan

Natasha Skin Center berdiri pada tahun 1999 yang berlokasi di Ponorogo. Pendiri Natasha Skin Clinic Center dr. Fredi Setyawan. Natasha mengembangkan produk-produk yang spesifik untuk kategori Teen, Men dan Women. Natasha Skin Center awal mendirikan cabang di kota Madiun dan Surabaya pada tahun yang sama. Natasha Skin Center telah berkembang pesat di seluruh kota-kota di Indonesia. Semua klinik dikelola dalam satu manajemen, standarisasi jaminan untuk kualitas. Produk Natasha juga bergaransi karena pemberian produk didasarkan pada analisa dan pemeriksaan oleh konsultan medis.

2. Visi & Misi Visi

Menjadi perusahaan yang terkemuka di Indonesia di bidang perawatan kecantikan wajah dengan kualitas yang utama dan pelayanan yang prima. Misi

a. Membangun perusahaan terpercaya yang mampu melebihi harapan pelanggan.


(68)

51

b. Meningkatkan kompetensi melalui perbaikan skill, knowledge, attitude dengan melakukan pelatihan yang rutin.

c. Melakukan inovasi secara berkala baik dalam produk maupun teknologi kecantikan, nature meet technology.

d. Meningkatkan kerjasama antar divisi.

e. Menciptakan nilai tambah dengan integritas tinggi. 4. Macam-macam jasa Natasha Skin Care

a. Natasha Skin Facial

Perawatan kulit wajah dengan menggunakan alat teknologi modern yang berfungsi untuk relaksasi, menghilangkan komedo yang menyumbat pori-pori, meningkatkan peredaran darah kulit dan mengencangkan kulit wajah sehingga kulit wajah tampak lebih halus dan cerah.

b. Natasha Facial Oksigen Botanical

Perawatan kulit wajah untuk relaksasi, melancarkan aliran darah, dan mencerahkan kulit wajah dengan menggunakan oksigen dan botanical agent yang ditangani oleh beauty terapist yang profesional serta didukung oleh peralatan modern sehingga mendapatkan hasil yang optimal.


(69)

52 c. Natasha Peel

Natasha memiliki teknik peremajaan kulit dengan menggunakan formula botanical (alami) yang efektif menghilangkan sel-sel mati di permukaan kulit, merangsang pembentukan kolagen, meningkatkan peremajaan sel-sel kulit, mencerahkan dan menghaluskan tekstur kulit, sehingga kulit tampak lebih bersih, kenyal dan bercahaya.

d. Natasha Radio Frekuensi

Perawatan dengan teknologi baru menggunakan radio frekuensi untuk merangsang tumbuhnya kolegen untuk pengencangan dan pengangkatan (firming dan lifting) sehingga kulit tampak lebih kencang, kenyal dan mengurangi shagging.

e. Natasha Wet Diamond Peel

Metode perawatan kulit yang menggunakan tehnik dermabrasi (menggunakan diamond grid) dan secara bersamaan memasukkan serum ke dalam lapisan kulit untuk memperbaiki kondisi kulit yang kurang sehat.

f. Natasha Jet Peel

Tehnik perawatan kulit modern menggunakan tekanan tinggi oksigen dan cairan khusus yang mengandung zat anti-aging.. Dapat digunakan untuk terapi scar/bopeng, kulit kusam, noda hitam/flek yang tampak dipermukaan.


(70)

53 g. Natasha Mesotherapy

Suatu tehnik perawatan memasukan zat-zat homeopathi (zat dari ekstrak alami) ke dalam kulit dengan menggunakan alat mesogun. h. Natasha Mesotherapy Modern (Meso without Needle)

Perawatan mesotherapy tanpa jarum ini merupakan teknik mesotherapi baru yang menggunakan teknologi elektro poresis dan ultra sound sehingga zat-zat homeopati dapat masuk ke dalam kulit dengan optimal, tanpa rasa sakit dan tidak menimbulkan bekas. Cocok untuk terapi keriput halus, anti aging, kulit kusam, noda hitam, dan menambah kelembaban serta kekenyalan kulit.


(71)

54 D. Larrisa Aesthetic Center

Gambar IV.4

Logo Larrisa Aesthetic Center

Pada tanggal 11 juni 1984 oleh R.Ngt.Poedji Lirnawati mendirikan Larissa Beauty Salon. Konsep yang dikembangkan adalah perawatan kulit & rambut dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti buah, sayuran, umbi, batang dan akar, yang lebih dikenal dengan konsep ‘back to nature’. Seiring perkembangan perusahaan dan untuk lebih fokus dibidang perawatan kulit & rambut, Larissa Beauty Salon berubah nama menjadi Larissa Skin Care & Hair Treatment.

Terhitung sejak tanggal 2 Juni 1998, Larissa sudah mempunyai sertifikat merek dari Departement Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Hak Atas Kekayaan Intelektual. Dengan demikian merk Larissa sudah terdaftar dan mendapat perlindungan hukum.

Larissa Aesthetic Center merupakan klinik kecantikan estetika pratama yang mengusung konsep "Natural Ingredient with High Technology" yaitu sistem perawatan wajah, perawatan rambut hingga perawatan tubuh dengan memakai bahan alami yang disinergikan penggunaan teknologi modern dengan harga terjangkau.


(72)

55

Produk kosmetik tersebut menggunakan merek dagang "L" yang sudah dipatenkan dan hanya tersedia di gerai-gerai Larissa Aesthetic Center. Saat ini Larissa sudah memiliki cabang yang tersebar di beberapa kota antara lain Yogyakarta, Solo, Semarang, Klaten, Purwokerto, Tegal, Salatiga, Surabaya, Malang, Kediri, Denpasar, Magelang, Madiun, Sragen, Mojokerto, Kudus, dan Ponorogo.

2. Visi dan Misi Visi

Menjadi klinik estetika natural terbaik dengan memiliki jaringan terbesar untuk merawat jutaan masyarakat Indonesia.

Misi

Larissa memberikan layanan estetika terbaik bagi masyarakat melalui perpaduan perawatan natural dan teknologi terkini dengan harga yang terjangkau.

3. Jasa-jasa larissa Aesthetic Center

a. Fruit Facial

1) Strawberry Exfoliating Facial

Strawberry Exfoliating Facial dapat digunakan untuk jenis kulit normal, dan jenis kulit berminyak.


(1)

143 Klinik Kecantikan Larissa Aesthetic Center

Variables Entered/Removed Mode l Variables Entered Variables

Removed Method 1 KA, MT, VS,

BIa

Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary Mode

l R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .897a .805 .788 1.161

a. Predictors: (Constant), KA, MT, VS, BI

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 250.674 4 62.669 46.532 .000a

Residual 60.606 45 1.347

Total 311.280 49

a. Predictors: (Constant), KA, MT, VS, BI b. Dependent Variable: MBU

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant )

-3.993 1.896 -2.106 .041

BI .553 .060 .737 9.246 .000

VS .186 .075 .184 2.470 .017


(2)

144

KA .177 .073 .179 2.421 .020


(3)

145

Klinik Kecantikan Naavagreen Natural Skin Care Variables Entered/Removed Mode l Variables Entered Variables

Removed Method 1 KA, VS, MT,

BIa

Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary Mode

l R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .815a .664 .634 1.474

a. Predictors: (Constant), KA, VS, MT, BI

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 192.796 4 48.199 22.199 .000a

Residual 97.704 45 2.171

Total 290.500 49

a. Predictors: (Constant), KA, VS, MT, BI b. Dependent Variable: MBU

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .656 1.710 .384 .703

BI .628 .091 .864 6.891 .000

VS -.012 .067 -.017 -.176 .861


(4)

146

KA .118 .093 .138 1.261 .214


(5)

147 Gabungan Semua Klinik Kecantikan

Variables Entered/Removed Mode l Variables Entered Variables

Removed Method 1 KA, VS, MT,

BIa

Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary Mode

l R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .876a .768 .763 1.340

a. Predictors: (Constant), KA, VS, MT, BI

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1159.551 4 289.888 161.532 .000a Residual 349.949 195 1.795

Total 1509.500 199 a. Predictors: (Constant), KA, VS, MT, BI b. Dependent Variable: MBU

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.336 .816 -1.637 .103

BI .670 .029 .872 22.861 .000

VS .059 .029 .073 2.045 .042

MT -.116 .028 -.155 -4.193 .000


(6)

148 Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.336 .816 -1.637 .103

BI .670 .029 .872 22.861 .000

VS .059 .029 .073 2.045 .042

MT -.116 .028 -.155 -4.193 .000

KA .072 .036 .075 2.027 .044