Hubungan keaktifan dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan tahun ajaran 2015/2016.

(1)

ABSTRAK

Fransisca Dwi Kurniasari. (2016). Hubungan Keaktifan dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Keliling dan Luas Jajargenjang dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II di Kelas VII A SMP Kanisius Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuaan (1) Mengetahui pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di SMP Kanisius Muntilan siswa kelas VII A dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang. (2) Mengetahui keaktifan belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam penerapan pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang. (3) Mengetahui motivasi siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang. (4) Mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang. (5) Mengetahui seberapa besar hubungan keaktifan belajar dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang. (6) Mengetahui seberapa besar hubungan motivasi siswa dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang.

Jenis penelitian dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VII A. Instrumen dalam penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan (RPP), lembar pengamatan keaktifan siswa, kuesioner motivasi belajar, dan tes hasil belajar. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran, sedangkan validitas butir diperoleh dengan uji coba. Butir soal yang tidak valid direvisi. Reliabilitas kuesioner motivasi belajar berdasarkan fakta sebesar 0,751895, reliabilitas kuesioner motivasi belajar berdasarkan opini sebesar 0,829002, reliabilitas tes hasil belajar sebesar 0,8105068.

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II terlaksana dengan baik dengan persentase 90,74%. (2) Keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II masuk kategori sedang (dengan rata-rata 93,75). (3) Motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II masuk kategori sedang (dengan rata-rata 143,75). (4) Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II masuk kategori sedang (dengan rata-rata 59,93). (5) ada hubungan antara keaktifan belajar dengan hasil belajar siswa tetapi


(2)

tidak signifikan dengan besar kontribusi 4,45%. (6) Ada hubungan secara positif antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa, dengan besar kontribusi 18,84%. Kata Kunci : Jigsaw II, Keaktifan belajar, Motivasi Belajar, Hasil Belajar


(3)

ABSTRACT

Fransisca Dwi Kurniasari. (2016). A Correlation between Effectiveness and Motivation Learning to the Students Learning result with the main topic of Circumference and Area of Parallelogram with the use of Cooperative Learning Model Jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan 2015/2016 academic year. A Thesis of Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research is aimed to find out (1) The implementation of cooperative learning with the use of jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan with the main topic of circumference and area of a parallelogram. (2) Students’ effectiveness in learning with the use of jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan with the main topic of circumference and area of a parallelogram. (3) Students’ learning motivation with the use of jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan with the main topic of circumference and area of a parallelogram. (4) The learning outcomes of students’ learning process with the use of jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan with the main topic of circumference and area of a parallelogram. (5) How many percentage the correlation between students’ effectiveness in learning with their learning outcomes with the use of jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan with the main topic of circumference and area of a parallelogram. (6) How many percentage the correlation between students’ motivation in learning and their learning outcomes with the use of jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan with the main topic of circumference and area of a parallelogram.

This research was conducted by using descriptive qualitative and quantitative method. The sample in this research was students from class VII A. The instruments in this research were the observation sheet of RPP, the observation sheet of students’ effectiveness, a questionnaire of students’ learning motivation, and test. The content validity was obtained by expert test which are the supervisor lecturer and Mathematics teacher, meanwhile the validity of the grain was obtained by trials. Items that were not valid were revised. The reliability of students’ learning motivation questionnaire based on the fact was 0,751895, the reliability of students’ learning motivation questionnaire based on the opinion was 0,829002, the reliability of the test was 0,8105068.

The finding of this research showed (1) The implementation of cooperative learning with the use of Jigsaw II type was conducted with the percentage of 90,74%. (2) Students’ effectiveness with the use of cooperative learning model Jigsaw II type was categorized as moderate (with the average of 93,75). (3) Students’ learning motivation with the use of cooperative learning Jigsaw II type was categorizes as moderate with the average of 143,75. (4) The learning outcomes with with the use of cooperative learning Jigsaw II type was categorizes as moderate (with the average


(4)

of 59,93). (5) There is a relation between the activity of learning and learning outcomes, but no significant with contribution of 4,45%. (6) There is a correlation positif between students’ learning motivation and learning outcomes, with the contribution percentage of 18,84%.

Keywords : Jigsaw II, Learning Effectiveness, Learning Motivation, Learning Outcomes


(5)

i

HUBUNGAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS JAJARGENJANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI KELAS VII A SMP KANISIUS MUNTILAN TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

oleh :

Fransisca Dwi Kurniasari NIM: 121414043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(6)

SKRIPSI

IIUBT]NGAI\I KEAKTIFAN DAII MOTWASI BELAJAR TERIIADAP EASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN KELILING DAht

LUAS JAJARGENJAI\TG DENGAT{ MENGGTINAKAN MODEL PEMBELAtrARAI\I KOOPERATTF TIPE JIGSAVTIDI KELAS

VII

A SMP

KANIISIUS MTJNTILAN TATITJN A.'ARAN 2OI5NOI6 oleh :

Fransisc*

Ilwi

Kurniasari

l\lIM: l2l4l4M;3

Telah disetujui

oleh

:


(7)

SKRIPSI

ITUBT]NGAI\I KEAKTITAI\I DAIY MOTIVASI BELAJAR TERIIADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOKBAHASAI\I KELILING DAN

LUAS JAJARGENJANG DENGAI{ MENGGTJNAKAN 1VIODEL PEMBELAJARAN KOOPERATTF TIPE JIGSAWIT DI KELAS

YII

A SMP

KANISIUS MT]NTILAI\T TAHT'N AJARAN 2O15/2016 Dipersiapkan dan ditulis oleh:

X'rensisca

Ilwi

Kurniasari llIM:121414043

Telah dipertahankan di depan panitia penguji Pada tanggal 3 1 Agustus 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji:

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota

Narna Lengfup

Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. Dr. Hongki Julie, M. Si.

Drs. Sukardjono, M. Pd.

Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. Beni Utomo, M.Sc.

Yogyakarta 31 Agustus 2016

Fakultas Keguruan dan IImu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

11r


(8)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Lukas 1:37)

Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada TUHAN.

(Mazmur 31:25)

Dengan penuh rasa syukur dan rasa bahagia, skripsi ini saya persembahan untuk: Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menyertai dan menuntun setiap langkahku,

Bapak Antonius Tarjo dan Ibu Veronika Endang Sapto Rini yang tidak pernah lelah memberikan doa, mendukung dan memberi semangat

Mas Dedi, Mbak Mila, Dek Valen yang selalu mendoakanku

Ludovikus Delano Krisna Pribadi yang setia menemaniku dalam mengerjakan skripsi

Sahabat-Sahabatku anak hidden kost dan grup sililililili yang selalu menjadi penyemangatku


(9)

I

PERNYATAA}}I KEASLIA}TI KARYA

Saya menyaiaken

&n$n

sestmgguhnya bahrm

ftipsi

yeng saya lulis

ini

tidsk me,muat karya afau bsgian keya dari orang lain

k*uali

prg

tdah disebutkm dalam kr#ipn den d€fu p$sel6a eeb*gaimam leyalsnyo lcarya ilmiatr

YogyuMa, 3l A-gr#r8 2016


(10)

NIM

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUA}I

FUBLIKASI KA,RYA UNTUI{ KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawatr ini, sayo mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Fransisea Dwi Kurniasari

2121414443

Demi penge.mbangan ilmu penge.tahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna karyail$iah yang berjudul:

HT]BT,NGAI\I

KE,AKTIFAI{

DAITI

MOTIVASI

BELAJAR

TERIIADAP

HASIL

BELAJAR SISWA

PAIIA

POKOK BAHA,SA.ITI

KELILING

DAht

LUAS

JAJARGENJAhIG

DENGAITI MENGGUNAKAN

MODEL PEI,IBEI.AJARAN KQOPERAIIF TIPS

Nq&4vil

DI KETAS YIT A SMP ILAFIilUS MTJNTILAN TAIIUN AJARAN 201512016

Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Univer.sitas Sanata Dharma

unflrk

mengalilrkarq dalam bentuk

*di,

larq mengelola di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya manpun mernbsrtkwroyalty selama tetap mencantumkan ffuoa saya sebagai per-rutis.

Denganpernyataan ini saya buat dengan sebenar-brenamya. Dibrlatdi Yog;rakarta

Padatanggal

3l

Aeustus 2016 Yangmmyatakan,

vt Fransisca Dwi Kumiasari


(11)

vii ABSTRAK

Fransisca Dwi Kurniasari. (2016). Hubungan Keaktifan dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Keliling dan Luas Jajargenjang dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II di Kelas VII A SMP Kanisius Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuaan (1) Mengetahui pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di SMP Kanisius Muntilan siswa kelas VII A dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang. (2) Mengetahui keaktifan belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam penerapan pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang. (3) Mengetahui motivasi siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang. (4) Mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang. (5) Mengetahui seberapa besar hubungan keaktifan belajar dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang. (6) Mengetahui seberapa besar hubungan motivasi siswa dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang.

Jenis penelitian dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VII A. Instrumen dalam penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan (RPP), lembar pengamatan keaktifan siswa, kuesioner motivasi belajar, dan tes hasil belajar. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran, sedangkan validitas butir diperoleh dengan uji coba. Butir soal yang tidak valid direvisi. Reliabilitas kuesioner motivasi belajar berdasarkan fakta sebesar 0,751895, reliabilitas kuesioner motivasi belajar berdasarkan opini sebesar 0,829002, reliabilitas tes hasil belajar sebesar 0,8105068. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II terlaksana dengan baik dengan persentase 90,74%. (2) Keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II masuk kategori sedang (dengan rata-rata 93,75). (3) Motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II masuk kategori sedang (dengan rata-rata 143,75). (4) Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II masuk kategori sedang (dengan rata-rata 59,93). (5) ada hubungan antara keaktifan belajar dengan hasil belajar siswa tetapi


(12)

viii

tidak signifikan dengan besar kontribusi 4,45%. (6) Ada hubungan secara positif antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa, dengan besar kontribusi 18,84%. Kata Kunci : Jigsaw II, Keaktifan belajar, Motivasi Belajar, Hasil Belajar


(13)

ix ABSTRACT

Fransisca Dwi Kurniasari. (2016). A Correlation between Effectiveness and Motivation Learning to the Students Learning result with the main topic of Circumference and Area of Parallelogram with the use of Cooperative Learning Model Jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan 2015/2016 academic year. A Thesis of Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research is aimed to find out (1) The implementation of cooperative learning with the use of jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan with the main topic of circumference and area of a parallelogram. (2) Students’ effectiveness in learning with the use of jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan with the main topic of circumference and area of a parallelogram. (3)

Students’ learning motivation with the use of jigsaw II type in class VII A of SMP

Kanisius Muntilan with the main topic of circumference and area of a parallelogram. (4) The learning outcomes of students’ learning process with the use of jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan with the main topic of circumference and area of a parallelogram. (5) How many percentage the

correlation between students’ effectiveness in learning with their learning outcomes

with the use of jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan with the main topic of circumference and area of a parallelogram. (6) How many percentage the

correlation between students’ motivation in learning and their learning outcomes

with the use of jigsaw II type in class VII A of SMP Kanisius Muntilan with the main topic of circumference and area of a parallelogram.

This research was conducted by using descriptive qualitative and quantitative method. The sample in this research was students from class VII A. The instruments in this research were the observation sheet of RPP, the observation sheet of students’

effectiveness, a questionnaire of students’ learning motivation, and test. The content

validity was obtained by expert test which are the supervisor lecturer and Mathematics teacher, meanwhile the validity of the grain was obtained by trials. Items that were not valid were revised. The reliability of students’ learning

motivation questionnaire based on the fact was 0,751895, the reliability of students’

learning motivation questionnaire based on the opinion was 0,829002, the reliability of the test was 0,8105068.

The finding of this research showed (1) The implementation of cooperative learning with the use of Jigsaw II type was conducted with the percentage of 90,74%.

(2) Students’ effectiveness with the use of cooperative learning model Jigsaw II type

was categorized as moderate (with the average of 93,75). (3) Students’ learning motivation with the use of cooperative learning Jigsaw II type was categorizes as moderate with the average of 143,75. (4) The learning outcomes with with the use of cooperative learning Jigsaw II type was categorizes as moderate (with the average


(14)

x

of 59,93). (5) There is a relation between the activity of learning and learning outcomes, but no significant with contribution of 4,45%. (6) There is a correlation positif between students’ learning motivation and learning outcomes, with the contribution percentage of 18,84%.

Keywords : Jigsaw II, Learning Effectiveness, Learning Motivation, Learning Outcomes


(15)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan kasihNya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, lancar, dan sesuai dengan harapan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berkat doa, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung diantaranya:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA serta dosen penguji;

3. Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika;

4. Drs. Sukardjono, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah mendampingi dan memberi bimbingan kepada penulis dari awal sampai berakhirnya penelitian dan penyusunan skripsi;

5. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku dosen penguji;

6. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma, yang telah membimbing, membantu, dan memberikan ilmu selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma;

7. Bapak Aloysius Tamaji, S.Pd., selaku kepala SMP Kanisius Muntilan yang telah memberikan ijin dan membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini;


(16)

xii

8. Bapak Heru Susanto, S.Pd, selaku guru pembimbing yang dengan sabar membimbing, mendampingi, dan memberikan pengarahan selama penulis melaksanakan penelitian;

9. Siswa-siswi kelas VII SMP Kanisius Muntilan yang telah bersedia bekerjasama selama penelitian berlangsung;

10.Kedua orang tua, mas Dedi, mbak Mila dan dek Valen yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberi semangat;

11.Ludovikus Delano Krisna Pribadi yang setia memberikan cinta dan dukungannya selama peneliti mengerjakan skripsi;

12.Sahabat-sahabatku silililili Adi, Aprik, Dewi, Nadus, Reny, Rini, Helen, mbak Apri dan Venta untuk dukungannya;

13.Teman-teman hidden kost yang bersedia memberi dukungan dan doa selama peneliti mengerjakan skripsi;

14.Teman-teman Pendidikan Matematika 2012 kelas A, kelas B, dan kelas C yang telah memberikan semangatnya.

Peneliti berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai acuhan penelitian selanjutnya.


(17)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR GAMBAR...xviii

DAFTAR TABEL ...xx

DAFTAR LAMPIRAN... xxii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7


(18)

xiv

F. Definisi Istilah ... 10

G. Manfaat Hasil Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Belajar ... 13

1. Pengertian Belajar ... 13

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 14

B. Mengajar... 20

C. Hasil Belajar ... 21

D. Pembelajaran ... 25

E. Pembelajaran Kooperatif... 26

F. Metode-Metode Pembelajaran Kooperatif ... 31

G. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II... 36

H. Motivasi ... 42

I. Motivasi Belajar... 45

J. Keaktifan Belajar ... 47

K. Materi Pembelajaran ... 48

L. Hasil Penelitian Terdahulu ... 56

M. Kerangka Berfikir ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A. Jenis Penelitian ... 58

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 58

1. Waktu Penelitian ... 58

2. Tempat Penelitian... 59

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 59

D. Obyek Penelitian ... 60

E. Variabel Penelitian ... 60


(19)

xv

2. Variabel Terikat ... 60

F. Hipotesis Penelitian... 61

G. Instrumen Penelitian... 61

1. Instrumen Pembelajaran ... 61

2. Instrumen Motivasi Belajar ... 62

3. Instrumen Keaktifan Belajar ... 64

4. Instrumen Hasil Belajar ... 69

H. Validitas dan Reliabilitas ... 71

1. Validitas ... 71

a. Validitas Isi ... 71

b. Validitas Butir ... 71

2. Reliabilitas ... 72

3. Uji Coba Instrumen ... 73

a. Uji Validitas ... 74

1) Kuesioner Motivasi Belajar ... 74

2) Tes Hasil Belajar... 77

b. Uji Reliabilitas ... 78

I. Metode Analisis Data ... 79

1. Kelayakan Analisis ... 79

2. Analisis Keterlaksanaan (RPP) ... 79

3. Analisis Data Keaktifan Siswa ... 80

4. Analisis Data Motivasi ... 81

5. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 82

6. Analisi Korelasi ... 83

a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 83

b. Uji Korelasi Product Moment ... 83

c. Uji Korelasi Spearmank Rank ... 84


(20)

xvi

BAB IV ANALISIS DATA ... 87

A. Kelayakan Analisis ... 87

B. Deskripsi Data ... 87

1. Deskripsi Statistik ... 87

a. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 87

1) Data Mentah ... 88

2) Statistik ... 88

b. Data Keaktifan Belajar Siswa ... 88

1) Data Mentah ... 89

2) Statistik ... 89

c. Data Motivasi Belajar ... 90

1) Data Mentah ... 90

2) Statistik ... 91

d. Data Hasil Belajar Siswa ... 91

1) Data Mentah ... 92

2) Statistik ... 93

2. Deskriptif Grafis (secara grafik) ... 93

a. Histogram Keaktifan Belajar ... 93

b. Histogram Motivasi Belajar ... 95

c. Histogram Hasil Belajar Siswa ... 97

C. Statistik Inferensial... 100

1. Diagram Terserak... 100

a. Keaktifan Belajar Siswa dan Hasil Belajar Siswa ... 100

b. Motivasi Belajar Siswa dan Hasil Belajar Siswa ... 100

2. Uji Normalitas ... 101

a. Uji Normalitas Keaktifan Belajar Siswa... 101

b. Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Siswa... 102

c. Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 102


(21)

xvii

a. Korelasi antara Keaktifan Belajar dengan Hasil Belajar Siswa... 103

b. Korelasi antara Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Siswa ... 104

D. Regresi Linear ... 105

1. Regresi Linear antara Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar... 105

E. Pembahasan ... 106

1. Korelasi antara Keaktifan Belajar dengan Hasil Belajar Siswa... 106

2. Korelasi antara Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Siswa ... 107

F. Pendalaman Analisis ... 107

1. Keaktifan Tinggi, tetapi Hasil Belajar Rendah... 108

2. Keaktifan Rendah, tetapi Hasil Belajar Tinggi... 111

3. Motivasi Tinggi, tetapi Hasil Belajar Rendah ... 114

4. Motivasi Rendah, tetapi Hasil Belajar Tinggi ... 117

G. Keterbatasan Penelitian ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran... 123


(22)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segitiga Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow ... 43 Gambar 2.2 Pengertian Jajargenjang ... 49 Gambar 2.3 Unsur-Unsur Jajargenjang ... 50 Gambar 2.4 Pembuktian Sifat Jajargenjang (1,2) ... 50 Gambar 2.5 Pembuktian Sifat Jajargenjang (3) ... 51 Gambar 2.6 Pembuktian Sifat Jajargenjang (4) ... 52 Gambar 2.7 Keliling Persegi Panjang ... 53 Gambar 2.8 Luas Jajargenjang (1) ... 54 Gambar 2.9 Luas Jajargenjang (2) ... 54 Gambar 2.10 Luas Jajargenjang (3) ... 55 Gambar 2.11 Kerangka Berfikir Penelitian ... 57 Gambar 4.1 Histogram Skor Keaktifan Siswa Terhadap Frekuensi Siswa VII A

SMP Kanisius Muntilan (n=24)... 95 Gambar 4.2 Histogram Data Motivasi Siswa Terhadap Frekuensi Siswa VII A

SMP Kanisius Muntilan (n=24)... 97 Gambar 4.3 Histogram Data Hasil Belajar Siswa Terhadap Frekuensi Siswa VII A

SMP Kanisius Muntilan (n=24)... 99 Gambar 4.4 Diagram Terserak antara Keaktifan Belajar


(23)

xix

dengan Hasil Belajar Siswa ... 100 Gambar 4.5 Diagram Terserak antara Motivasi Belajar

dengan Hasil Belajar Siswa ... 100 Gambar 4.6 Grafik Persamaan Regresi antara Motivasi Belajar


(24)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 30 Tabel 2.2 Poin Kemajuan ... 40 Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok ... 41 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Fakta... 62 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Opini ... 63 Tabel 3.3 Lembar Observasi Keaktifan Belajar... 64 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 69 Tabel 3.5 Interprestasi Tingkat Validitas ... 72 Tabel 3.6 Interprestasi Tingkat Reliabilitas ... 73 Tabel 3.7 Validasi Kuesioner Motivasi Berdasarkan Fakta ... 74 Tabel 3.8 Validasi Kuesioner Motivasi Berdasarkan Opini... 76 Tabel 3.9 Validasi Tes Hasil Belajar ... 77 Tabel 3.10 Kategori Keterlaksanaan RPP ... 80 Tabel 3.11 Kriteria Penilaian Kuesioner Motivasi Belajar Berdasarkan Fakta ... 82 Tabel 3.12 Kriteria Penilaian Kuesioner Motivasi Belajar Berdasarkan Opini ... 82 Tabel 4.1 Data Mentah Keterlaksanaan RPP ... 88 Tabel 4.2 Rekapitulasi Skor Keaktifan Siswa ... 89 Tabel 4.3 Data Mentah Skor Kuesioner Motivasi... 90


(25)

xxi

Tabel 4.4 Tabel Hasil Belajar ... 92 Tabel 4.5 Frekuensi Skor Keaktifan Belajar Siswa ... 94 Tabel 4.6 Frekuensi Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 96 Tabel 4.7 Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa ... 98 Tabel 4.8 Keaktifan Belajar dan Hasil belajar ... 108 Tabel 4.9 Motivasi belajar dan Hasil Belajar ... 108


(26)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A

A.1 Silabus ... 129 A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 137 A.3 Lembar Kerja Siswa... 145 A.4 Kuesioner Motivasi ... 149 A.5 Lembar Pengamatan Keaktifan... 154 A.6 Lembar Keterlaksanaan RPP... 160 LAMPIRAN B

B.1 Kuis Pertemuan Pertama ... 164 B.2 Kuis Pertemuan Kedua ... 166 B.3 Tes Hasil Belajar ... 168 B.4 Kunci Jawaban ... 170 LAMPIRAN C

C.1 Validasi Pakar... 177 C.2 Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Motivasi

Berdasarkan Fakta ... 184 C.3 Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Motivasi

Berdasarkan Opini ... 188 C.4 Validitas Dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar... 192


(27)

xxiii LAMPIRAN D

D.1 Uji Normalitas ... 196 D.2 Uji Korelasi ... 204 D.3 Regresi Linear ... 210 LAMPIRAN E

E.1 Contoh Hasil Pengamatan Pembelajaran ... 213 E.2 Contoh Hasil Kuesioner Motivasi Berdasarkan

Fakta ... 219 E.3 Contoh Hasil Kuesioner Motivasi Berdasarkan

Opini ... 225 E.4 Contoh Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa ... 237 E.5 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa (Kuis 1) ... 241 E.6 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa (Kuis 2) ... 243 E.7 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa (Ulangan) ... 245 LAMPIRAN F

F.1 Kemajuan Perhitungan Skor Tim... 250 F.2 Foto-Foto Saat Penelitian... 251 F.3 Surat Ijin... 253


(28)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan proses pembelajaran tidak lepas dari kemampuan guru memilih dan menerapkan model-model pembelajaran yang tepat. Proses pembelajaran yang sesuai dengan keadaan kelas, sesuai dengan siswa, sesuai dengan karakter siswa diharapkan dapat mengaktifkan siswa saat proses pembelajaran serta membuat siswa senang sehingga dapat meraih hasil belajar yang optimal. Menurut Rusman (2011:134), sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang dipertimbangkan diantaranya pertimbangan terhadap tujuan hendak dicapai, pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, pertimbangan dari sudut peserta didik, pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis. Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2012:41), model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif dan generatif. Mensiasati perubahan perilaku siswa tersebut diharapkan agar tujuan belajar tercapai dan hasil belajar siswa meningkat. Model pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan guru dan siswa, sehingga dapat dikatakan siswa juga berperan penting dalam mencapai tujuan belajar sehingga mencapaian hasil belajar yang optimal tidak hanya dari model pembelajaran yang tepat tetapi juga dari faktor siswa.


(29)

Menurut Dalyono (2010:55) beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Faktor yang mempengaruhi pencapaian belajar yang berasal dari dalam diri orang yang belajar ialah kesehatan, minat dan motivasi, sedangkan faktor dari luar ialah keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan. Menurut Sardiman (2008:39), hubungannya dengan proses interaksi belajar-mengajar lebih menitikberatkan pada motivasi, sedangkan, mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ini lebih ditekankan pada faktor internal. Menurut Aunurrahman (2012:115), motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Motivasi internal adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi ekternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu. Motivasi eksternal melalui proses belajar dan interaksi individu dengan lingkungannya dapat berubah menjadi motivasi internal. Setiap siswa melakukan aktivitas belajar diharapkan didorong oleh motivasi intern, karena hal itu menjadi pertanda telah tumbuhnya kesadaran dari dalam diri siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh. Namun, demikian tidak berarti bahwa motivasi eksternal tidak memiliki posisi yang penting bagi siswa, karena hasil-hasil penelitian banyak menunjukkan bahwa pemberian motivasi menjadi faktor yang memberi pengaruh besar bagi pencapaian hasil belajar atau kesuksesan seseorang, seperti apa yang dikatakan Aunurrahman (2012:116). Jadi, dapat dikatakan bahwa motivasi ekternal juga penting bagi pencapaian hasil belajar siswa. Selain dengan adanya


(30)

3

motivasi, dalam proses pembelajaran agar potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal adalah dengan menumbuhkan keaktifan siswa. Keaktifan siswa dapat dilihat dengan siswa bertanya ataupun menanggapi konsep, ide yang diberikan oleh guru, dengan keaktifan ini siswa dapat lebih mengerti konsep dan ide yang diberikan karena siswa dapat menanyakan hal yang belum dipahaminya. Menurut Aunurrahman (2012:119), keaktifan belajar ditandai dengan adanya keterlibatan secara optimal baik intelektual, emosional, dan fisik. Ini berarti jika siswa memiliki keaktifan yang lebih maka siswa tersebut maka ia akan berpartisipasi dalam setiap aktivitas kegiatan pembelajaran.

Peneliti melakukan observasi di SMP Kanisius Muntilan. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran di dalam kelas, untuk mengetahui keadaan sekolah termasuk sarana prasarana, serta untuk mengetahui permasalah-permasalah yang muncul ketika proses pembelajaran berlangsung. SMP Kanisius Muntilan ini salah satu SMP Swasta Katholik di kecamatan Muntilan. SMP Kanisius Muntilan ini memiliki fasilitas yang lengkap dan halamannya cukup luas. Peneliti melakukan observasi di kelas VII A, terlihat proses pembelajaran matematika masih menggunakan metode ceramah. Melalui observasi yang telah dilakukan peneliti, terlihat bahwa guru sudah melakukan mengajaran dengan baik dengan mempersiapkan materi, membawa buku pelajaran, serta membawa alat pembelajaran serta melihat kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru dalam mengajar mencoba mengaktifkan


(31)

siswa dengan meminta siswa membacakan materi hari itu, memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi tersebut, serta memberikan contoh soal dan dibahas secara bersama-sama. Terkadang terlihat guru mengulangi pembahasan agar siswa benar-benar mengerti dengan materi tersebut. Proses pembelajaran pada awalnya menyenangkan, siswa terlihat aktif dan antusias. Akan tetapi, sekitar 25 menit proses pembelajaran berlangsung terlihat beberapa siswa kurang fokus dan ribut sendiri dengan teman sebangkunya. Lama kelamaan siswa semakin mengacuhkan pelajaran dengan berjalan-jalan di kelas, menguap serta siswa kurang berani maju untuk mengerjakan soal. Keadaan siswa yang ribut sendiri membuat keadaan kelas menjadi kurang kondusif, sehingga proses pembelajaran menjadi kurang maksimal. Pembelajaran yang kurang maksimal seperti ini membuat materi yang disampaikan juga terhambat karena siswa berulang kali bertanya dengan pertanyaan yang sama kepada guru tersebut. Selain itu, Ketika mengerjakan soal-soal siswa kurang mampu, padahal soal yang diberikan guru merupakan soal yang sederhana.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana motivasi, keaktifan, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Menurut Sugiyanto (2010:37), pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan


(32)

5

belajar. Dengan demikian, penerapan pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan siswa dapat bekerjasama dengan baik, sehingga semua siswa dapat ambil bagian dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa dapat secara aktif dan tidak malu mengutarakan pendapatnya karena mereka sebaya dan kemampuan akademik yang relatif sama sehingga mereka termotivasi oleh teman sekelompoknya untuk dapat memecahkan persoalan. Menurut Trianto (2009:67-83), beberapa variasi dalam model cooperative learning ialah Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Jigsaw tipe II, Investigasi Kelompok (Grup Investigation), Think Pair Share (TPS), Numbered Head Together (NHT), Teams Games Tournament (TGT).

Jigsaw II didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian peserta didik saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, 2008 dalam buku Donni Juni Priansa, 2015:262). Jadi, diharapakan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II siswa dapat bertanggung jawab terhadap materi yang didapatkan dalam kelompok ahli agar dikelompok asal dapat menjelaskan dengan baik dan dapat diterima oleh anggota kelompok yang lain. Selain itu, siswa dapat mengutarakan pendapatnya dalam diskusi


(33)

kelompok serta siswa berani bertanya ketika ada soal atau materi yang belum dimengerti baik dalam diskusi kelompok maupun klasikal. Salah satu kelebihan tipe Jigsaw II ialah meningkatkan motivasi belajar. Dengan kerja dalam kelompok kecil diharapkan siswa dapat termotivasi oleh teman sebayanya, siswa dapat bekerja sama, serta siswa dapat terbuka menyampaikan pendapatnya sehingga dengan motivasi yang meningkat, hasil belajarnya pun dapat meningkat. Hal tersebutlah yang mendasari peneliti memilih pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, permasalahan yang muncul pada saat observasi pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

1. Setelah 25 menit konsentrasi siswa berkurang dalam proses pembelajaran, ini mengidentifikasikan motivasi siswa rendah.

2. Beberapa siswa berbincang dengan temannya saat proses pembelajaran berlangsung, ini mengidentifikasi motivasi siswa rendah.

3. Ada beberapa siswa yang menguap.

4. Beberapa siswa acuh terhadap pembelajaran dengan berjalan-jalan di kelas. 5. Beberapa siswa kurang paham terhadap materi sehingga bertanya dengan


(34)

7

6. Dalam mengerjakan soal-soal siswa kurang tangkas, padahal soal yang diberikan guru merupakan soal yang sederhana.

7. Beberapa siswa tidak berani maju mengerjakan soal latihan.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi penelitian pada beberapa siswa acuh terhadap pembelajaran ditandai dengan berjalan di dalam kelas serta berbincang dengan teman sebangkunya, serta siswa tidak berani maju mengerjakan soal. Hal-hal ditersebut merujuk pada motivasi dan keaktifan siswa rendah dan cenderung kurang memuaskan. Oleh karena itu, pembatasan masalah penelitian ini pada keaktifan belajar, motivasi belajar, dan hasil belajar siswa kelas VII A SMP Kanisius Muntilan tahun ajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah di uraikan di atas, adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang?


(35)

2. Bagaimana keaktifan belajar siswa pada penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang?

3. Bagaimana motivasi belajar siswa pada penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang?

4. Bagaimana hasil belajar siswa pada penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang?

5. Bagaimana hubungan keaktifan belajar dengan hasil belajar siswa pada penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang? 6. Bagaimana hubungan motivasi siswa dengan hasil belajar siswa pada

penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang?

E. Tujuan Penelitian

Dari uraian rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di

SMP Kanisius Muntilan siswa kelas VII A dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang.


(36)

9

2. Untuk mengetahui keaktifan siswa pada penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang.

3. Untuk mengetahui motivasi siswa pada penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang.

4. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang.

5. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan keaktifan belajar dengan hasil belajar siswa pada pengunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang.

6. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan motivasi siswa dengan hasil belajar siswa pada penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di kelas VII A SMP Kanisius Muntilan dalam pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang.


(37)

F. Definisi Istilah

Beberapa definisi istilah berikut dimaksudkan agar supaya pembaca dapat mengikuti alur yang peneliti bicarakan. Berikut merupakan definisi istilah:

1. Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahanam, ketrampilan dan nilai sikap.

(Winkel, 1987:36).

2. Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. (Trianto, 2010:17).

3. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. (Sugiyanto, 2010:35).

4. Menurut Slavin (2008:237), dalam Jigsaw II para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Kunci metode Jigsaw ini adalah interdependensi: tiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.

5. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan kegiatan belajar dan yang memeberi arah pada kegiatan belajar, sehingga


(38)

11

tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. (Noer Rohmah, 2015:52).

6. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), keaktifan adalah keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran.

7. Hasil Belajar adalah hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. (Agus Suprijono, 2009:5).

G. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian sebagai berikut: a. Bagi calon guru

Dengan penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat belajar menggunakan berbagai macam model pembelajaran dalam mengajar disesuaikan dengan keadaan kelas. Selain itu, dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti sehingga dapat belajar membangkitkan motivasi siswa agar semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

b. Bagi sekolah

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi guru-guru sehingga dapat mengetahui bagaimana hubungan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dengan keaktifan belajar, motivasi belajar, dan hasil


(39)

belajar dalam kelas sehingga proses pembelajaran di kelas menjadi menarik sehingga hasil belajar siswa menimgkat.

c. Bagi Fakultas

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadikan arsip guna penelitian selanjutnya agar penelitian yang sudah diteliti dapat dikembangkan kembali. Selain itu, dengan dokumen penelitian ini dapat menjadikan wawasan bagi pembaca.


(40)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Winkel (1987:36), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahanam, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersikap relatif konstan dan berbekas.

Menurut Slameto (2002:2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Dimyati & Mudjiono (2006:7), belajar merupakan tindakan atau perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

Menurut Trianto (2010:16), belajar dapat diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang secara lahir.


(41)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merujuk terhadap teori belajar behaviorisme dan kontrutivisme. Teori belajar behaviorisme adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya stimulus dan respon, ini berkaitan dengan pujian dan hukuman, jika siswa diberikan pujian maka perbuatan baik akan diulangi kembali. Kontrutivisme adalah siswa belajar dari pengalaman yang sudah ada sebelumnya untuk membentuk pemahaman baru.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Dalyono (2010:55-60), berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Berikut dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar

a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) 1) Kesehatan.

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Pembeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik ataupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.


(42)

15

2) Inteligensi dan Bakat

Kedua aspek kejiawaan (psikis) ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang inteligensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir, sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Bakat juga besar pengaruhnya, dalam menentukan keberhasilan belajar. Selanjutnya, bila seseorang mempunyai inteligensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses bila dibandingkan dengan orang yang mempunyai bakat saja tetapi inteligensinya rendah. Demikian pula, jika dibandingkan dengan orang yang inteligensinya tinggi tetapi bakatnya tidak ada dalam bidang tersebut, orang berbakat lagi pintar (inteligensinya tinggi) biasanya orang yang suskses dalam karirnya.

3) Minat dan Motivasi

Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang


(43)

kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi adalah pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Motivasi bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Atau dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman, dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegaiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.

4) Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu, teknik-teknik belajar perlu diperhatikan


(44)

17

bagaimana cara membaca, mencatat, menggarisbawahi, membuat ringkasan/kesimpulan, apa yang harus dicatat dan sebagainya. Selain dari teknik-teknik tersebut, perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, pengguanaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran.

b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri) 1) Keluarga

Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta kakek atau nenek yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya pengahasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Di samping itu, faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau tidaknya peralatan/ media belajar seperti papan tulis, gambar, peta, ada atau tidak kamar atau meja belajar, dan sebagainya, semuanya itu juga turut menentukan keberhasilan belajar seseorang.


(45)

2) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Bila sekolah kurang memperhatikan tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah. Demikian pula jika jumlah murid per kelas terlalu banyak (50-60 orang), dapat mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru dengan murid kurang akrab, kontrol guru menjadi lemah, murid menjadi kurang acuh terhadap gurunya, sehingga motivasi belajar menjadi lemah.

3) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tingkat tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal dilingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini


(46)

19

akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.

4) Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya, bila bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan menganggu belajar. Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk pikuk orang disekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya ini akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri seseorang tersebut misalnya kesehatan, inteligensi, minat dan motivasi, dan cara belajar maupun yang berasal dari luar diri seseorang tersebut misalnya keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.


(47)

B. Mengajar

Menurut Aunurrahman (2012:34), mengajar diartikan sebagai suatu keadaan atau suatu aktivitas untuk menciptakan suatu situasi yang mampu mendorong siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja, akan tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan.

Menurut Nasution (1982:8), (i) Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak; (ii) Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak; (iii) Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.

Menurut Asep Jihad &Abdul Haris (2012:11), mengajar mencakup empat pokok yaitu : (a) mengajar adalah mengorganisasi hal-hal yang berhubungan dengan belajar; (b) mengaktifkan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan; (c) menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan; (d) mengajar adalah membimbing dan membantu siswa mencapai kedewasaan.

Menurut Herman Hudoyo (1980:10), mengajar adalah proses interaksi antara guru dan siswa dalam mana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipilih oleh guru hendaknya relevan dengan tujuan pembelajaran. mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang diajar untuk berani bertanya, menalar, dan bahkan menebak dan mendebat.


(48)

21

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu keadaan atau aktivitas yang bukan hanya membuat siswa untuk belajar, tetapi mengajar ialah menanamkan pengetahuan serta menyampaikan budaya-budaya untuk mencapai tujuan pendidikan.

C. Hasil Belajar

Menurut Ahmad Susanto (2013:5), secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Menurut Dimyati & Mudjiono (2006:3), Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar.

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2009:22-31), yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.


(49)

1. Ranah Kognitif

a. Tipe hasil belajar: Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi istilah. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya.

b. Tipe hasil belajar: Pemahaman

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunana kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.

Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori.

1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya.

2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau


(50)

23

menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

3) Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

c. Tipe hasil belajar: Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. d. Tipe hasil belajar: Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dana tau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

e. Tipe hasil belajar: Sintesis

Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.

f. Tipe hasil belajar: Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil, dll.


(51)

2. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.

a. Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.

b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

c. Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.

d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3. Ranah psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sabar); b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;


(52)

25

c. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan;

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks;

f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang setelah ia belajar. Perubahan belajar mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotoris.

D. Pembelajaran

Menurut Trianto (2010:17), Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Aunurrahman (2012:34) , instruction atau pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.


(53)

Menurut Suherman, 1992 dalam buku Asep Jihad &Abdul Haris (2012:11), pembelajaran merupakan proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakuakan siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah interaksi antara siswa dengan guru ataupun interaksi siswa dengan sumber belajar dalam pembelajaran.

E. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2010 :35-44), pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1. Dasar Konsep Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

2. Konsep Pokok Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Pembelajaran


(54)

27

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup dimasyarakat.

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan mencapai tujuan; (b) saling ketergantungan menyelesaikan tugas (c) saling ketergantungan bahan atau sumber; (d) saling ketergantungan peran; (e) saling ketergantungan hadiah.

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.


(55)

c. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudkan dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat yang lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat mejalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.


(56)

29

4. Keunggulan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya adalah: a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekan. h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.


(57)

5. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2009:66-67), terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase-1

Menyampaiakan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaiakan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase-3

Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok kooperatif

Bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase-5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6

Memberikan pengahargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang membentuk siswa dalam kelompok kecil dan membuat siswa aktif dan peka dalam kelompok tersebut. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen baik prestasi, jenis kelamin, ras, dan suku budaya. Setiap kelompok tersebut diberikan tugas dan menjadi tanggung jawab seluruh anggota kelompok karena mereka berkontribusi terhadap nilai


(58)

31

kelompok. Pada akhir pembelajaran, siswa diberi pengahargaan apabila skor kelompok yang didapat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

F. Metode-Metode Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2009: 67-83), beberapa variasi dalam model cooperative learning sebagai berikut:

1. Student Team Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok-kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

2. Jigsaw

a. Gambaran Umum Jigsaw

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.


(59)

b. Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw

 Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang).

 Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

 Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

 Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.

 Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.

 Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswi diberikan soal berupa kuis individu.

Persyaratan lain yang perlu disiapkan guru, antara lain: (1) Bahan Kuis; (2) Lembar Kerja Siswa (LKS); (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sistem evaluasi pada jigsaw sama dengan sistem evaluasi pada tipe STAD, yaitu pemberian skor nilai baik secara individual maupun kelompok.


(60)

33

3. Jigsaw Tipe II

Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin dengan sedikit perbedaan. Dalam belajar kooperatif tipe Jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan oleh secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan

mempelajari materi,”ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untuk

mendiskusikan topik yang sama dari kelompok yang lain sampai mereka

menjadi “ahli” di konsep yang ia pelajari. Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assessment yang lain pada semua topik yang diberikan.

Model pembelajaran Jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.


(61)

4. Investigasi Kelompok (Grup Investigation)

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.

Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok di sini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya, ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

5. Think Pair Share (TPS)

Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Strategi think-pair-share ini


(62)

35

dikembangkan dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. 6. Numbered Head Together (NHT)

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.


(63)

7. Teams Games Tournament (TGT)

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran. TGT sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar. Meski demikian, TGT juga dapat diadaptasi untuk digunakan dengan kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya esai atau kinerja (Nur & Wikandari, 2000:27).

G. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II

Menurut Slavin (2008:245), metode Jigsaw Aronson yang orisinal, mirip dengan Jigsaw II dalam sebagian besar aspeknya, tetapi juga mempunyai beberapa peranan penting. Dalam Jigsaw orisinil, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para ahli menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya. Jigsaw orisinil membutuhkan waktu yang lebih sedikit, bacaannya singkat, hanya satu bagian dari seluruh unit yang harus dipelajari. Bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih praktis


(64)

37

dan mudah yaitu Jigsaw II. Kelebihan dari Jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi, yang akan membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah dipahami. Menurut Slavin (2008:237-241), dalam Jigsaw II para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa tersebut diberikan

tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan “lembar ahli” yang

terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama

bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga

puluh menit. Para ahli tersebut kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir adalah, para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim. Skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada timnya didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya. Sehingga, para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik. Kunci metode Jigsaw ini adalah interdependensi: tiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.


(65)

1. Materi

Langkah-langkah membuat materi pembelajaran dengan metode pembelajaran menggunakan Jigsaw II adalah sebagai berikut:

a. Memilih satu atau dua bab, cerita, atau unit-unit lainnya, yang masing-masing mencakup materi yang akan diajarkan.

b. Membuat sebuah lembar kerja siswa untuk tiap unit. Lembar ini akan membantu siswa disaat mereka perlu berkonsentrasi saat membaca, dan dengan kelompok ahli yang akan bekerja.

c. Membuat kuis, tes berupa esai, atau bentuk penilaian lainnya untuk tiap unit.

d. Gunakan skema diskusi (sebagai opsi). Skema diskusi untuk tiap topik dapat membantu mengarahkan diskusi dalam kelompok-kelompok ahli. 2. Membagi siswa ke dalam tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

3. Membagi siswa ke dalam kelompok ahli

Pembagian siswa dalam kelompok ahli dapat dibagi secara acak dalam tiap tim. Namun, alangkah baiknya jika setiap tim ahli terdapat siswa yang memiliki prestasi tinggi, sedang, dan rendah.


(66)

39

4. Penentuan skor awal

Penentuan skor awal dapat diperoleh dari tes kemampuan awal atau hasil nilai akhir siswa.

Menurut Slavin (2008:241-244), Jigsaw II terdiri atas siklus regular dari kegiatan kegiatan pengajaran:

a. Membaca

Kegiatan pertama dalam Jigsaw II adalah mendistribusikan teks atau topik ahli, membagikan tiap topik kepada masing-masing siswa, dan selanjutnya membaca. Ketika para siswa sudah mempunyai topik mereka. Atau sebagai alternatifnya, siswa membaca dulu baru kemudian membagikan topik ahlinya. Ini dapat membantu siswa untuk mendapat “gambaran besar” sebelum siswa membaca kembali untuk menemukan informasi yang berkaitan dengan topik mereka.

b. Diskusi Kelompok-ahli

Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau yang disebut kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut. Sementara kelompok ahli bekerja, guru harus meluangkan waktu dengan tiap kelompok secara bergantian. Guru menjawab pertanyaan-pertanyaan dan meluruskan kesalahpahaman, tetapi tidak boleh mengambil alih kepemimpinan dari kelompok tersebut.


(67)

c. Laporan Tim

Para siswa kembali dari diskusi kelompok ahli dan bersiap untuk menyampaikan topik mereka kepada teman-teman satu timnya. Ditekankan bahwa para siswa mempunyai tanggung jawab terhadap teman satu tim mereka untuk menjadi guru yang baik sekaligus juga pendengar yang baik. d. Tes

Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan. e. Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa juga dapat digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Untuk dapat memberikan penghargaan kepada kelompok, setiap kelompok dipantau kemajuannya dengan menggunakan kriteria di bawah i

Tabel 2.2 Poin Kemajuan

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5

10-1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal 30


(68)

41

Kriteria tingkatan penghargaan yang didasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai berikut:

Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok No Rata-rata skor perkembangan

(N)

Kualifikasi

1. -

2. Tim yang Baik (Good Team)

3. Tim yang Baik Sekali (Great Team)

4. Tim yang Istimewa (Super Team)

Rusman (2011:216)

Perhitungan perkembangan skor kelompok diatas rata-rata skor perkembangan dibulatkan keatas maupun pembulatan kebawah jika hasil rata-rataperkembangan tersebut bilangan desimal.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan pembelajaran dalam kelompok dan masing-masing anggota kelompok ditugaskan untuk menjadi ahli dalam suatu aspek tertentu dari materi tersebut yang disebut dengan kelompok ahli untuk membahasa topik yang sama, setelah pembahasan materi dikelompok ahli selesai selanjutnya mereka kembali ke kelompok semula disebut kelompok asal untuk menyampaikan dan mengajarkan topik mereka ke seluruh anggota kelompok mereka. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab dengan kemampuan dan ketuntasan belajar teman sekelompoknya. Pada akhir pertemuan diberikan


(1)

LAMPIRAN F

F.1 Kemajuan Perhitungan Skor Tim

F.2 Foto-Foto Saat Penelitian


(2)

F.1: KEMAJUAN PERHITUNGAN SKOR TEAM

Kelompok 1 Nilai Tes Akhir Skor Akhir Kuis Skor Kemajuan Tim yang Istimewa

S2 84 87 10

S22 66 86 30

S9 62 85 30

S18 51 73 30

S19 34 73 30

26

Kelompok 2

Tim yang Istimewa

S8 73 95 30

S21 66 100 30

S1 57 73 30

S17 46 80 30

S11 45 100 30

30

Kelompok 3

Tim yang Istimewa

S12 77 100 30

S20 66 85 30

S23 60 93 30

S24 53 78 30

S13 37 50 30

30

KELOMPOK 4

Tim yang Istimewa

S4 94 100 20

S14 63 89 30

S10 62 92 30

S5 47 75 30

S6 45 56 30

28

Kelompok 5

Tim yang Istimewa

S7 71 92 30

S3 68 31 30

S15 55 44 5

S16 51 67 30


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan antara persepsi dan motivasi belajar fisika dengan hasil belajar fisika pokok bahasan energi siswa kelas 1 cawu III SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 4 69

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe roundtable terhadap hasil belajar Matematika siswa jenjang analisis dan sintesis

3 31 178

Perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS

2 6 151

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi

1 20 162

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchangnge terhadap hasil belajar matematika siswa

0 5 203

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran

0 0 23

Perbandingan aktivitas dan hasil belajar siswa antara model kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Stad pada pokok bahasan usaha dan energi di SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 89