Keterlaksanaan dan hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi : studi evaluatif keterlaksanaan dan hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

(1)

ABSTRAK

KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI

(Studi Evaluatif Keterlaksanaan dan Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015) St. Saturninus Adven Yora Dinata

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2015

Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP saat ini belum menunjukan hasil yang memuaskan. Sebagian besar guru masih memusatkan perhatian pada tataran kognitif, sedangkan muatan nilai-nilai karakter yang diintegrasikan pada berbagai mata pelajaran sifatnya hanya “tempelan” semata. Tidak hanya itu, sebagian guru mata pelajaran yang memiliki peranan dalam pendidikan karakter memiliki keterbatasan kemampuan mendeskripsikan, mengaktualisasikan, dan mensosialisasikan tugas ini. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara lebih komprehensif mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hamabatan pendidikan karakter terintegrasi, khususnya di SMP.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Tempat penelitian adalah di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Sumber data dalam penelitian ini adalah wakil kepala sekolah, dan guru mata pelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokomentasi, dan angket. Teknik analisis data kualitatif adalah dengan mencari dan menyusun data yang diperoleh secara sistematis, mereduksi, melakukan coding, dan membuat perbandingan antardata. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke bagian-bagian yang lebih kecil, melakukan sintesa, menyususun ke dalam pola, memilah dan mempelajari, serta membuat kesimpulan data penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan beberapa hal mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hamabatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yaitu: 1) perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP tersebut baik diawali dengan penyusunan RKS dan RKAS, 2) pengintegrasian pendidikan karakter di dalam pembelajaran dilakukan mulai dari tahap perkenalan, pelaksanaan, dan evaluasi melalui silabus, RPP, dan bahan ajar, 3) pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi juga dilakukan pada manajemen sekolah, pembelajaran di kelas, dan kegiatan pengembangan diri, 4) kesesuaian pelaksanaan pendidikan karakter dengan silabus dan RPP belum berjalan secara optimal, 5) ada beberapa hambatan pelaksanaan pendidikan karakter, yaitu sistem penilaian yang dirasa masih sulit, tenaga dan waktu mengajar yang semakin tinggi, terbatasnya buku ajar, dan tuntutan kurikulum yang tinggi.

Kata Kunci: Karakter, Pendidikan Karakter, Keterlaksanaan Pendidikan Karakter, Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter


(2)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION AND CONSTRAINTS CHARACTER EDUCATION INTEGRATED

(The Evaluative Study of Implementation and Constraints Character Education Integrated In Pangudi Luhur 1 Junior High School, Yogyakarta

Academic Year 2014/2015)

St. Saturninus Adven Yora Dinata Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

Implementation of character education in junior high school has yet to show satisfactory results. Most teachers are still focused on the cognitive level, while charge character values that are integrated on a variety of subjects it is only "patch" alone. Not only that, some teachers of subjects who had a role in character education has limited competence to describe, actualize, and disseminating this task. Therefore, the purpose of this study was to determine more comprehensively about the feasibility and constraints integrated character education, especialy in junior high school.

This type of research is qualitative research. The place of this research is Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school. Source of data in this study is the principal and teachers. Data collection methods used were interviews, observation, documentation study, and questionnaires. Qualitative data analysis technique is to find and collate data obtained systematically, reducing, coding, and make comparisons each of the data. Data analysis was performed by organizing the data, describe the parts into smaller, synthesize, compiled into a pattern, sorting and learn, and make conclusions of research data.

Based on the results of the study, the researchers conclude several things about the feasibility and constraints integrated character education in Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school, namely: 1) planning the integrated character education in school is good begins with the preparation of RKS and RKAS, 2) the integration of character education in learning is done starting from the introduction, implementation, and evaluation through the syllabus, lesson plans and teaching materials, 3) implementation of the integrated character education was also carried out on school management, classroom learning and self-development activities, 4) the suitability of the implementation of character education in the syllabus and RPP has not run optimally, 5) there are some obstacles implementation of character education, which is a rating system that it is still difficult, effort and time that the higher teaching, lack of textbooks, and the high demands of the curriculum.

Keywords: Character, Character Education, Immplementation Education Character, Character Education Constraints


(3)

i

KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN

PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI

(Studi Evaluatif Keterlaksanaan dan Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

St. Saturninus Adven Yora Dinata NIM: 111114060

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Seorang pelajar bertanya kepada saya,”Mau jadi apa kak kelak?”, jawab saya,”Ingin menjadi orang baik dek ”. Menjadi orang baik adalah visi hidup saya, baik dalam berbuat baik, baik dalam kematangan pribadi, baik menjalin relasi, baik dalam mengambil keputusan, baik

dalam pilihan cita, cinta, dan karir, serta baik dalam memperjuangkan segala sesuatu yang

ingin saya capai”

Suatu waktu, dalam sebuah kegiatan pelatihanGnC-M seorang mahasiswa menuliskan pesan

kepada saya, “Supel adalah dirimu, cerdas dan humanis adalah bentuk kepribadianmu, setia

kawan itulah caramu menunjukan kesetiaanmu, berwibawa dan berjiwa seorang pemimpin yang baik adalah wujud nyata matang kepribadianmu”

Dan terakhir, saya yakin dan percaya bahwa ketika Tuhan menempatkan saya di awal perjalanan ini, Dia jugalah yang akan menuntun saya hingga ke akhirnya. Saya yakin bahwa

Dia tidak akan membawa saya sejauh ini hanya untuk kegagalan”

Karya ini saya persembahkan kepada: Sang Pembuat Karya Terbesar dalam hidup saya, Tuhan Yesus Tempat terindah saat bersandar dalam segala hal, Ibu saya Ceacilian Satirah Adik saya Epy Vanny Yori Yudis Tiara Supporter yang tak jemu memberikan semangat, keluarga besar saya “Pengagum Rahasia” dan Anugerah Terindah, Fransisca Ratna Widiasih Kawan-kawan seperjuangan 2011 yang membuat hidupku semakin bewarna Dan semua orang yang ikut dalam karya hidup saya


(7)

(8)

(9)

vii ABSTRAK

KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI

(Studi Evaluatif Keterlaksanaan dan Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015) St. Saturninus Adven Yora Dinata

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2015

Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP saat ini belum menunjukan hasil yang memuaskan. Sebagian besar guru masih memusatkan perhatian pada tataran kognitif, sedangkan muatan nilai-nilai karakter yang diintegrasikan pada berbagai mata pelajaran sifatnya hanya “tempelan” semata. Tidak hanya itu, sebagian guru mata pelajaran yang memiliki peranan dalam pendidikan karakter memiliki keterbatasan kemampuan mendeskripsikan, mengaktualisasikan, dan mensosialisasikan tugas ini. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara lebih komprehensif mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hamabatan pendidikan karakter terintegrasi, khususnya di SMP.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Tempat penelitian adalah di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Sumber data dalam penelitian ini adalah wakil kepala sekolah, dan guru mata pelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokomentasi, dan angket. Teknik analisis data kualitatif adalah dengan mencari dan menyusun data yang diperoleh secara sistematis, mereduksi, melakukan coding, dan membuat perbandingan antardata. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke bagian-bagian yang lebih kecil, melakukan sintesa, menyususun ke dalam pola, memilah dan mempelajari, serta membuat kesimpulan data penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan beberapa hal mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hamabatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yaitu: 1) perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP tersebut baik diawali dengan penyusunan RKS dan RKAS, 2) pengintegrasian pendidikan karakter di dalam pembelajaran dilakukan mulai dari tahap perkenalan, pelaksanaan, dan evaluasi melalui silabus, RPP, dan bahan ajar, 3) pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi juga dilakukan pada manajemen sekolah, pembelajaran di kelas, dan kegiatan pengembangan diri, 4) kesesuaian pelaksanaan pendidikan karakter dengan silabus dan RPP belum berjalan secara optimal, 5) ada beberapa hambatan pelaksanaan pendidikan karakter, yaitu sistem penilaian yang dirasa masih sulit, tenaga dan waktu mengajar yang semakin tinggi, terbatasnya buku ajar, dan tuntutan kurikulum yang tinggi.

Kata Kunci: Karakter, Pendidikan Karakter, Keterlaksanaan Pendidikan Karakter, Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter


(10)

viii ABSTRACT

IMPLEMENTATION AND CONSTRAINTS CHARACTER EDUCATION INTEGRATED

(The Evaluative Study of Implementation and Constraints Character Education Integrated In Pangudi Luhur 1 Junior High School, Yogyakarta

Academic Year 2014/2015)

St. Saturninus Adven Yora Dinata Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

Implementation of character education in junior high school has yet to show satisfactory results. Most teachers are still focused on the cognitive level, while charge character values that are integrated on a variety of subjects it is only "patch" alone. Not only that, some teachers of subjects who had a role in character education has limited competence to describe, actualize, and disseminating this task. Therefore, the purpose of this study was to determine more comprehensively about the feasibility and constraints integrated character education, especialy in junior high school.

This type of research is qualitative research. The place of this research is Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school. Source of data in this study is the principal and teachers. Data collection methods used were interviews, observation, documentation study, and questionnaires. Qualitative data analysis technique is to find and collate data obtained systematically, reducing, coding, and make comparisons each of the data. Data analysis was performed by organizing the data, describe the parts into smaller, synthesize, compiled into a pattern, sorting and learn, and make conclusions of research data.

Based on the results of the study, the researchers conclude several things about the feasibility and constraints integrated character education in Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school, namely: 1) planning the integrated character education in school is good begins with the preparation of RKS and RKAS, 2) the integration of character education in learning is done starting from the introduction, implementation, and evaluation through the syllabus, lesson plans and teaching materials, 3) implementation of the integrated character education was also carried out on school management, classroom learning and self-development activities, 4) the suitability of the implementation of character education in the syllabus and RPP has not run optimally, 5) there are some obstacles implementation of character education, which is a rating system that it is still difficult, effort and time that the higher teaching, lack of textbooks, and the high demands of the curriculum.

Keywords: Character, Character Education, Immplementation Education Character, Character Education Constraints


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karya mengagumkan yang diperbuat dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini. Sebuah karya ilmiah yang memberikan pengalaman baru dan berharga bagi penulis untuk terus berkarya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam pendampingan karakter bangsa, mencerdaskan, dan memanusiakan manusia.

Karya ilmiah ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendididkan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan mendampingi penulis. Oleh karena itu, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling sekaligus dosen pembimbing penulisan skripsi, yang merupakan salah satu dosen hebat, penuh kesabaran, senantiasa memberikan semangat, dan menjadi sumber inspirasi bagi penulis. 2. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi

Bimbingan dan Konseling yang senantiasa membantu, memberikan arahan yang positif, dan memberikan semangat tersendiri kepada penulis.


(12)

x

3. Br. Yoseph Anton Utamiyadi, FIC. S.s. selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.

4. Bapak/ibu guru SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yang telah bersedia menyediakan waktu menjadi responden di sela-sela kesibukan sebagai seorang guru dan berkenan memberikan informasi sebagai data yang mendukung penelitian ini.

5. Bapak/ibu dosen dan karyawan Program Studi Bimbingan dan Konseling yang senantiasa mendukung, penuh kesabaran, memberikan semangat, dan membagikan ilmunya dalam penyelesaian penelitian ini. 6. Ibu Ceacilia Satirah dan EpyVanny Yori Yudis Tiara, keluarga penulis yang senantiasa menjadi kekuatan terbesar dan memberikan dukungan serta motivasi lahir dan batin.

7. Keluarga Bpk Joni Ong dan Ibu Frensisca, atas segala dukungan dan kebaikan, dan kepercayaan yang diberikan selalu kepada penulis hingga saat ini.

8. Fransisca Ratna Widiasih, yang senatiasa memberikan semangat yang besar, menemani, mendampingi, dan menjadi partner dalam berbagi banyak hal, terkhusus dalam penyelesaian laporan skripsi.

9. Keluarga besar penulis, yang selalu menjadi sumber kekuatan dan motivasi untuk mewujudkan segala cita-cita dan harapan.


(13)

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSTUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR DIAGRAM ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Fokus Penelitian ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 10


(15)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP

1. Pengertian Karakter ... 13

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 15

3. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di SMP ... 17

4. Dasar Hukum Pembinaan Pendidikan Karakter ... 18

5. Nilai-nilai Karakter untuk SMP ... 19

6. Urgenitas Pendidikan Karakter di SMP ... 23

7. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 25

8. Kebutuhan Pengembangan Pendidikan Karakter di SMP ... 26

9. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP ... 27

B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP 1. Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP ... 29

2. Langkah Pendidikan Karakter di SMP ... 33

3. Perencanaan Pembelajaran Terintegrasi Pendidikan Karakter di SMP ... 38

4. Kegiatan Pengembangan Diri Terintegrasi Pendidikan Karakter .... 45

5. Prinsip Pembelajaran Pendidikan Karakter di SMP... 65

6. Pendekatan Experiential Learning ... 72

7. Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 74

C. Konsep Kurikulum 2013, Manajemen dan Proses Manajemen 1. Konsep Pengembangan Kurikulum 2013 ... 75

2. Manajemen dan Proses Manajemen ... 76

D. Kajian Penelitian yang Relevan ... 80


(16)

xiv BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 88

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 89

C. Subyek Penelitian ... 91

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 91

1. Wawancara ... 91

2. Observasi ... 94

3. Dokumentasi ... 100

4. Angket ... 100

5. Alat perekam ... 101

E. Keabsahan Data ... 101

F. Teknik Analisis Data ... 102

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Terkait Pendidikan Karakter ... 107

1. Letak dan Keadaan Geografis ... 108

2. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya ... 108

3. Visi dan Misi ... 113

4. Struktur Organisasi ... 114

5. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa ... 116

6. Sarana dan Prasarana ... 117

7. Kurikulum ... 119

B. Perencanaan Integrasi Pendidikan Karakter SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta ... 121


(17)

xv

C. Pelaksanaan Integrasi Pendidikan Karakter SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta ... 132

1. Pengintegrasian dalam Pembelajaran ... 133

2. Pengintegrasian dalam Muatan Lokal ... 139

3. Pengintegrasian melalui Kegiatan Pengembangan Diri ... 140

4. Pengintegrasian dalam Seluruh Aktivitas Pembiasaan di Sekolah 145

D. Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 154

E. Teknik dan Instrumen Penilaian Pendidik Karakter ... 157

F. Supervisi, Monitoring dan Evaluasi Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1Yogyakarta ... 16O G. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1Yogyakarta ... 167

H. Usaha-usaha Sekolah untuk Mengatasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 170

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 173

B. Saran-saran ... 179 DAFTAR PUSTAKA


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian Pendidikan Karakter ... 90 Tabel 2. Subyek Wawancara dan Angket Penelitian ... 91

Tabel 3. Panduan Wawancara Terstruktur ... 92

Tabel 4. Panduan Pelaksanaan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter dalam Mata Pelajaran dan Pembelajaran ... 95 Tabel 5. Panduan Pelaksanaan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Melalui

Kegiatan Pengembangan Diri ... 95 Tabel 6 Panduan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Melalui Kegiatan

Rutin ... 96 Tabel 7. Panduan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Melalui Kegiatan

Spontan ... 97 Tabel 8. Panduan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Melalui Kegiatan

Keteladanan ... 98 Tabel 9. Panduan Penilaian Keberhasilan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter

Melalui Evaluasi dan Monitoring ... 99 Tabel 10. Panduan Penilaian Keberhasilan Sarana dan Prasarana Penunjang

Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 99 Tabel 11. Interpretasi Hasil Wawancara Perencanaan Pendidikan Karakter . 122 Tabel 12. Interpretasi Hasil Wawancara Pengertian Pendidikan Karakter ... 123 Tabel 13. Interpretasi Hasil Wawancara Perencanaan Silabus, RPP, dan Bahan Ajar ... 124 Tabel 14. Interpretasi Hasil Wawancara Pelaksanaan Pendidikan Karakter di


(19)

xvii

Kelas ... 134 Tabel 15. Interpretasi Hasil Wawancara Kesesuaian Pelaksanaan Pendidikan

Karakter ... 135 Tabel 16. Hasil Pelaksanaan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter dalam Mata

Pelajaran dan Pembelajaran ... 136 Tabel 17. Interpretasi Hasil Wawancara Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam

Kegiatan Pengembangan Diri ... 141 Tabel 18. Hasil Pelaksanaan Pengintegrasian Pendidikan Karakter Melalui

Kegiatan Pengembangan Diri ... 143 Tabel 19. Pengintegrasian Nilai Karakter Melalui Kegiatan Rutin ... 146 Tabel 20. Pengintegrasian Nilai Karakter Melalui Kegiatan Spontan ... 150 Tabel 21. Pengintegrasian Nilai Karakter Melalui Kegiatan Keteladanan ... 152 Tabel 22. Interpretasi Hasil Wawancara Metode Ajar Guru ... 156 Tabel 23. Interpretasi Hasil Wawancara Pengukuran Keterlaksanaan Pendidikan Karakter ... 159 Tabel 24. Interpretasi Hasil Wawancara Indikasi Perubahan Karakter ... 160 Tabel 25. Interpretasi Hasil Wawancara Hambatan Pendidikan Karakter .... 168 Tabel 26. Interpretasi Hasil Wawancara Solusi Pendidikan Karakter ... 171


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Mendikbud Anies untuk Guru ... 184

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 187

Lampiran 3. Panduan Observasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 194

Lampiran 4. Angket Pelaksanaan Pendidikan Karekter ... 201

Lampiran 5. Verbatim Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 205

Lampiran 6. Interpretasi Hasil Wawancara Antarguru ... 215

Lampiran 7. Analisis Butir Aspek Wawancara ... 223

Lampiran 8. Hasil Observasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 231

Lampiran 9. Analisis Hasil Angket Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 241


(21)

xix

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Model Pembelajaran Kontekstual Guru ... 154


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah. Ketujuh sub-bagian tersebut merupakan bagian-bagian dari pendahuluan yang menggambarkan sebuah penelitian yang bersifat komprehensif. Masing-masing sub-bagian akan dijabarkan secara singkat, padat, dan jelas.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan tuntutan Pasal 3 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN). Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, saleh, sabar, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Salah satu lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah menjadi lembaga formal yang menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk membimbing, mendidik, melatih, dan mengembangkan kemampuan peserta


(23)

didik dalam mencapai tujuan pendidikan. Sekolah menjadi tempat berlangsungnya pendidikan karakter, dimana peserta didik belajar dan berkembang menjadi pribadi yang memiliki nilai-nilai karakter positif.

Dalam perkembangan pendidikan Indonesia, pendidikan karakter hilang dari kurikulum sekolah dan digantikan oleh mata pelajaran lainnya, seperti PPKn, budi pekerti, dan yang tetap ada dari dulu yaitu pendidikan agama. Beberapa mata pelajaran tersebut memuat nilai-nilai karakter, namun fokus utamanya adalah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata. Meskipun sampai ke penghayatan nilai-nilai secara afektif, namun tidak dalam pengaplikasiannya.

Krisis karakter dan nilai bangsa saat ini terkait erat dengan semakin tidak adanya harmoni di dalam sekolah. Banyak sekolah mengalami disorientasi. Fokus pembelajaran sekolah berhenti pada tataran kognitif, tanpa mengindahkan nilai-nilai karakter dan perkembangan pada potensi peserta didik.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan karakter di sekolah khususnya SMP, baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari (Suyanto, 2011). Perlu dilakukan evaluasi komprehensif tentang keterlaksanaan dan hambatan-hambatan pendidikan karakter yang telah berlangsung dengan sistem terintegrasi di SMP.


(24)

Melihat permasalahan yang dialami remaja dalam praktik pendidikan di SMP, tampaknya perlu adanya pendampingan dan perhatian serius. Meskipun ada jam mata pelajaran agama, hal itu hanyalah sebagai pengetahuan bukan untuk diamalkan dengan baik. Padahal pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengalaman nilai secara nyata.

Hal tersebut terkait dengan karakteristik perkembangan peserta didik di usia SMP yang merupakan masa yang rentan bagi remaja. Usia remaja merupakan masa peralihan. Masa yang sulit dan banyak masalah terjadi di dalamnya, masa dimana remaja mencari jati dirinya. Remaja akan melakukan berbagai macam bentuk pemberontakan dan mencari kesenangan sesuai yang diinginkan.

Pada tahun 2013, kementrian pendidikan memberlakukan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Muatan dalam kurikulum ini nampaknya lebih komprehensif, mengharuskan setiap mata pelajaran memuat nilai-nilai karakter yang mengarah pada tindakan nyata peserta didik. Guru perlu menggunakan pendekatan experiential learning, sehingga peserta didik memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajarannya di kelas, dan akhirnya menjadi karakter yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui kurikulum 2013 diharapkan perkembangan sistem pendidikan di bangsa ini semakin baik dan mengembalikan nilai-nilai karakter yang telah


(25)

hilang. Namun nampaknya harapan ini belum terlaksana dengan baik. Hampir setiap pergantian menteri, kurikulum pun ikut berganti. Namun pergantian ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan bagi pendidikan di Indonesia, khususnya di SMP.

Diberlakukannya kurikulum baru 2013 yang kembali mengarahkan sistem pendidikan pada pengembangan nilai karakter peserta didik, nampaknya perlu perjuangan yang keras. Sekolah perlu mengintegrasikan nilai karakter pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum. Guru perlu menyusun sedemikian rupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat nilai karakter melalui pendekatan experiential learning. Nampaknya semua ini masih sulit dalam pengaplikasiannya. Guru masih mengalami kesulitan dalam memberikan penilaian para peserta didik. Nilai-nilai karakter yang terdapat di RPP hanya sekedar menjadi paparan belaka dan sulit diintegrasikan dalam proses pembelajaran.

Hal ini juga dialami oleh tenaga pembimbing sekolah. Guru BK mengalami banyak kesulitan mengimplementasikan muatan karakter di sekolah. Padahal, peran guru BK terkait penanaman nilai karakter ke peserta didik sangat besar. Guru BK mengalami kesulitan dalam penyusunan perencanaan Satuan Layanan Bimbingan (SLB). Layanan bimbingan klasikal di kelas pun belum dapat digunakan secara efektif. Guru BK masih menggunakan pendekatan lama, yang memaksakan anak untuk menyerap informasi melalui nasihat-nasihat, ceramah, dan hukuman.


(26)

Dari berbagai permasalahan yang timbul dengan diberlakukannya sistem baru ini, maka perlu dikaji lebih mendalam mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP. Hal ini penting dilakukan untuk memperbaiki pendidikan karakter di sekolah.

B. Identifikasi Masalah

Pendidikan karakter, saat ini dan untuk beberapa tahun ke depan akan booming. Itu tidak lepas dari gencarnya sosialisasi yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta “Revolusi Mental” yang baru -baru ini disampaikan oleh Presiden -baru terpilih sebagai upaya perbaikan sistem pendidikan dan karakater generasi muda. Pemerintah berusaha mencari solusi dari situasi dan kondisi bangsa saat ini, seperti tawuran antarpelajar, putus sekolah, praktik-praktik korupsi, kekerasan orang tua terhadap anak, perilaku bullying, membolos, kabur saat pelajaran berlangsung, geng motor, bahkan penyimpangan-penyimpangan seksualitas yang dilakukan oleh pelajar SMP. Hal semacam ini nampaknya masih marak mewarnai sistem pendidikan bangsa ini, dan ini hanya sebagian kecil cerminan moralitas dan karakter generasi muda yang rapuh.

Mochtar Buchori (2007) menegaskan,

Masalah character building masih merupakan suatu isu besar, bahkan amat besar. Semua kebobrokan yang kita rasakan kini lahir dari tidak adanya watak yang cukup kokoh pada diri kita bersama. Watak bangsa rapuh dan watak manusia Indonesia mudah goyah. Saya kira jumlah orang yang jujur masih cukup banyak di Indonesia, tetapi mereka tidak berdaya menghadapi kelompok kecil manusia Indonesia yang korup, yang mempunyai kekuasaan atau membonceng pada kekuasaan. Ungkapan character building kini sudah klise kosong, nyaris tidak bermakna. Diucapkan para politisi, birokrat pendidikan,


(27)

pemimpin organisasi pendidikan, ungkapan ini tidak meninggalkan bekas apa-apa”. (http://www.kompas.co.id/)

Mochtar Buchori (2007) melanjutkan,

“Jadi apa yang salah dengan pendidikan karakter kita? Banyak sekali!

“Pendidikan watak” diformulasikan menjadi pelajaran agama,

pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran budi pekerti, yang program utamanya ialah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata. Paling-paling mendalam sedikit sampai ke penghayatan nilai secara afektif. Padahal pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata”.

Pelaksaanaan pendidikan karakter di SMP saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Selain hanya berhenti dalam tataran kognitif, muatan nilai-nilai karakter yang diintegrasikan ke berbagai mata

pelajaran sifatnya hanya “tempelan” semata. Nilai-nilai karakter sekedar di tulis di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tanpa menampakkan konkritisasinya dalam proses pembelajaran. Pada kenyataannya, sebagian besar guru mata pelajaran yang memiliki peranan dalam pendidikan karakter memiliki keterbatasan kemampuan mendeskripsikan, mengaktualisasikan, dan mensosialisasikan tugas ini. Kesulitan-kesulitan seperti ini tentu menjadi masalah tersendiri dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.

Pada sisi lain, kehadiran dan peran Guru BK yang secara khusus dibekali keterampilan menginternalisasikan nilai-nilai karakter, kurang menunjukkan keterlibatan yang besar. Hal ini nampak pada sebagian besar SMP yang belum mendapatkan jam layanan klasikal. Guru BK mengalami kesulitan untuk bertemu secara langsung dengan peserta didik.


(28)

C. Fokus Penelitian

Melihat berbagai bentuk permasalahan yang ditampilkan pada latar belakang dan identifikasi masalah diatas, menjadi penting bahwa sistem pendidikan karakter perlu terus-menerus dikaji secara lebih mendalam, khususnya dalam penerapan kurikulum 2013. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan kajian evaluatif pada keterlaksanaan dan hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Sebuah studi evaluasi mengenai kebijakan pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi yang diberlakukan oleh pemerintah untuk SMP.

D. Rumusan Masalah

Masalah utama yang diharapkan terpecahkan melalui penelitian ini, diformulasikan secara spesifik menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum keadaan SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta terkait dengan pendidikan karakter terintegrasi?

2. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter terntegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

4. Bagaimana pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran dan pembelajaran di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?


(29)

5. Bagaimana pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam manajemen sekolah di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

6. Bagaimana pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam muatan lokal di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

7. Bagaimana pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter melalui kegiatan pengembangan diri di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

8. Bagaimana pelaksanaan supervisi, monitoring, dan evaluasi keberhasilan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

9. Metode pembelajaran apa sajakah yang digunakan para guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta? 10.Teknik dan instrumen penilaian apa sajakah yang digunkan para guru

dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

11.Faktor apa sajakah yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter pada kurikulum 2013 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

12.Usaha-usaha apa sajakah yang dilakukan sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter?

E. Tujuan Penelitian

Berikut ini merupakan beberapa tujuan yang didasarkan pada masalah yang ingin peneliti pecahkan, yaitu:

1. Memperoleh gambaran umum keadaan SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta terkait dengan pendidikan karakter terintegrasi.


(30)

2. Mengetahui perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

3. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

4. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran dan pembelajaran di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

5. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam manajemen sekolah di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

6. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam muatan lokal di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. 7. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pengintegrasian

nilai-nilai karakter melalui kegiatan pengembangan diri di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

8. Mengetahui pelaksanaan supervisi, monitoring, dan evaluasi keberhasilan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

9. Mengetahui metode-metode pembelajaran yang digunakan para guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

10.Mengetahui teknik dan instrumen penilaian yang digunkan para guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.


(31)

11.Mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter pada kurikulum 2013 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. 12.Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan sekolah untuk mengatasi

hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya dalam bidang penerapan bimbingan dan konseling terkait peran guru BK dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi dan bahan evaluatif untuk membenahi atau menata ulang kebijakan pelaksanaan pendidikan karakter secara komprehensif, terpadu, dan tepat sasaran.

b. Bagi guru pendidik karakter (Guru BK dan guru mata pelajaran) di SMP, hasil penelitian ini dapat menjadi pemahaman baru dan refleksi mendalam bagi sekolah, agar seluruh anggota sekolah dapat mengaplikasikan pendidikan karakter secara tepat dan berdaya guna mencerdaskan peserta didik.


(32)

c. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu menumbuhkan kerja sama kemitraan profesional kolaborasi semua guru dalam mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pendidikan karakter yang reintegrasi dengan pembelajaran. d. Bagi lembaga pendidikan konselor sekolah, prosedur dan hasil

penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi alternatif untuk mengembangkan konsep bimbingan dan konseling karakter, pengembangan kurikulum program studi BK, kajian pendidikan karakter, dan terapan ilmu bimbingan dan konseling dalam optimalisasi pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

e. Bagi Penulis

1) Penulis memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru mengenai pelaksanaan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaborasi dengan model pembelajaran kontekstual, mengkaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

2) Sebagai calon guru BK, penulis mendapat pengalaman dan keterampilan baru untuk semakin peka melihat dan mengkaji permasalahan konkrit yang sedang terjadi di sekitar dan mampu mengembangkan secara ilmiah di kemudian hari.


(33)

3) Penulis mendapat kesempatan pembelajaran dan mengalami praktik langsung melakukan prosedur penelitian dan pengembangan secara ilmiah.

G. Batasan Istilah 1. Karakter

Karakter dalam penelitian ini merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

2. Pendidikan karakter

Pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi pribadi yang utuh dan berdaya guna.

3. Pendidikan Karakter Terintegrasi

Pendidikan karakter terintegrasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penanaman nilai-nilai karakter dalam tiga hal pokok, yaitu kegiatan pembelajaran siswa, manajemen sekolah, dan kegiatan pengembangan diri.


(34)

4. Keterlaksanaan Pendidikan Karakter

Keterlaksanaan pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem pelaksanaan penanaman nilai-nilai karakter kepada seluruh warga sekolah melalui kegiatan pembelajaran siswa, manajemen sekolah, dan kegiatan pengembangan diri siswa.

5. Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi

Hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hambatan-hambatan yang dialami oleh para pelaku pendidik karakter di sekola, yaitu kepala sekolah dan guru.


(35)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan kajian teori, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka pikir. Ketiga sub-bagian tersebut merupakan bagian-bagian dari kajian pustaka yang berisikan teori-teori pendukung dan penelitan relevan yang diperoleh dari berbagai sumber dan jurnal ilmah. Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan pada pemahaman logis, ilmiah, dan dapat dipertanggung-jawabkan. Masing-masing sub-bagian akan dijabarkan secara singkat, padat, dan komprehensif. Berikut merupakan penjabaran dari masing-masing sub-bagian.

A. Hakikat Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP

1. Pengertian Karakter

Menurut Thomas Lickona (1992:22), karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, dan karakter mulia lainnya. Pengertian yang dikemukakan Lickona ini, mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles, bahwa karakter itu erat kaitannya

dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan.

Menurut Suyanto (2010), karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat


(36)

keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuatnya.

Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (dalam Suyanto, 2010), karakter adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,

personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Berkarakter adalah

berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara, serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya).

Menurut Kemendiknas (2010), karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Karakter ini akan menjadikan seseorang memiliki kekhasan yang berbeda dengan yang lainnya.

Dari berbagai definisi yang diuraikan di atas, karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral; cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara; dan merupakan sebuah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi


(37)

pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Beberapa definisi sebagaimana diuraikan memang memiliki sudut pandang yang berbeda pula. Meski demikian, dari berbagai definisi itu terdapat kesamaan bahwa karakter itu mengenai sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut disifati.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Thomas Lickona (1992), pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menekankan tiga hal dalam mendidik, yaitu knowing, loving, and acting the good. Menurutnya keberhasilan pendidikan karakter dimulai dengan pemahaman karakter yang baik, mencintainya, dan pelaksanaan atau peneladanan atas karakter baik itu.

Menurut Suyanto (2010), Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.

Menurut Kemendiknas (2010), pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan


(38)

dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.

Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional), Olah Pikir (Intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinesthetic development), dan Olah Rasa Karsa (Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat di gambarkan sebagai berikut.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku

OLAH PIKIR

Cerdas

OLAH HATI

Jujur Bertanggung Jawab

OLAH RAGA

(KINESTETIK)

Bersih, Sehat, Menarik

OLAH RASA DAN

KARSA


(39)

peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangasaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

3. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di SMP

Suyanto (2010; 9), menegaskan bahwa keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui terutama melalui pencapaian butir-butir Standar Kompetensi Lulusan oleh peserta didik yang meliputi sebagai berikut: (1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja; (2) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri; (3) Menunjukkan sikap percaya diri; (4) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas; (5) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional; (6) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif; (7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif; (8) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya; (9) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; (10) Mendeskripsikan gejala alam dan sosial; (11) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab; (12) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia; (13)


(40)

Menghargai karya seni dan budaya nasional; (14) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya; (15) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik; (16) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun; (17) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat; (18) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana; (19) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana; (20) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah; (21) Memiliki jiwa kewirausahaan.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah. Budaya sekolah yang dimaksud yaitu perilaku keseharian, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah yang harus berlandaskan pada nilai-nilai tersebut.

4. Dasar Hukum Pembinaan Pendidikan Karakter

Suyanto (2010; 10), menunjukkan bahwa dasar hukum dalam pembinaan pendidikan karakter antara lain: (1) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen; (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan; (4) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan


(41)

Pendidikan; (5) Permendiknas No 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan; (6) Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi (7) Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan; (8) Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional 2010-2014; (9) Renstra Kemendiknas Tahun 2010-2014; (10) Renstra Direktorat Pembinaan SMP Tahun 2010 – 2014.

5. Nilai-nilai Karakter untuk SMP

Pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permendiknas no. 23 tahun 2006) dan SK/KD (Permendiknas no. 22 tahun 2006). Berikut ini adalah daftar 20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi singkatnya.

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (religius). Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya.

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri 1) Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

2) Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan,


(42)

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

3) Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

6) Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

7) Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.


(43)

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

9) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

10)Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

11)Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama 1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas atau kewajiban diri sendiri serta orang lain.

2) Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.


(44)

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

5) Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.


(45)

1) Nasionalis

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 2) Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

6. Urgenitas Pendidikan Karakter di SMP

Trend global yang menyeruak di penghujung abad 20 dan perlu disikapi oleh kalangan pendidik adalah menguatnya isu atau gerakan demokratisasi, hak asasi manusia, kesadaran ekologi, pluralisme agama dan budaya, globalisasi dan pasar bebas, serta ancaman bahaya-bahaya pola pikir-sikap-tindak, liberalistik-kapitalistik-materialistik, dan konsumtif-hedonistik yang mendikte kehidupan bermasyarakat (Waras Kamdi, 2005). Sementara itu, pada awal abad 21 ini muncul kesadaran reflektif berbagai pihak untuk melakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan dalam dunia pendidikan. Munculnya kesadaran ini telah menandai babak baru kebangkitan pendidikan yang lebih manusiawi dan berkarakter. Pendidikan karakter menjadi sebuah kebutuhan dan pilihan untuk mengantarkan bangsa ini ke arah kehidupan yang nyaman dan lebih tenteram.


(46)

Saat ini pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional tengah menggalakkan kembali pembangunan karakter bangsa. Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, sejatinya telah mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Suyanto, 2010). Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No.20, 2003). Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.

Pengembangan manusia sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional tersebut menunjuk pada pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, menghargai nilai-nilai kemanusiaan, dan mampu berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan,


(47)

kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.

7. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Suyanto (2010; 23), menegaskan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter; (2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku; (3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter; (4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian; (5) Memberi kesempatan kpeada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik; (6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses; (7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik; (8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama; (9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter; (10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun


(48)

karakter; (11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi

8. Kebutuhan Pengembangan Pendidikan Karakter di SMP

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa pendidikan dasar, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggungjawab. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa tujuan pendidikan di setiap jenjang, termasuk SMP sangat berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik.

Menyadari pentingnya karakter, dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal, premanisme, tindak kekerasan, penipuan, pencurian, dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan


(49)

kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.

9. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Suyanto, 2010).

Jika dicermati secara jeli, terdapat tautan yang saling mutual antara tujuan-tujuan pendidikan karakter dengan tujuan-tujuan pelayanan bimbingan (dan konseling) di sekolah. Mengingat bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan, maka tujuan pelaksanaan bimbingan merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan tingkat nasional maupun tujuan pendidikan dasar (SD dan SMP). Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling berfokus pada pengembangan nilai-nilai kehidupan (karakter) peserta didik sebagai pribadi, sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk: (1) memperkuat dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) membiasakan diri untuk berperilaku yang baik, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, (4) memelihara kesehatan jasmani dan rohani, (5) menanamkan


(50)

kesadaran berbudaya belajar dan melatih kemampuan untuk terampil belajar, dan (6) membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri (Suyanto, 2010).

Pengembangan sebagai anggota masyarakat mencakup upaya untuk: (1) memperkuat kesadaran hidup beragama dan toleransi keberagamaan dalam masyarakat, (2) menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam lingkungan hidup, dan (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat. Pengembangan sebagai warga negara mencakup upaya untuk: (1) mengembangkan perhatian dan pengetahuan menyangkut hak dan kewajiban sebagai warga negara RI, (2) menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan negara, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengembangan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk: (1) meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, (2) meningkatkan kesadaran tentang HAM, (3) memberi pengertian tentang ketertiban dunia, (4) meningkatkan kesadaran tentang pentingnya persahabatan antarbangsa, dan (5) mempersiapkan peserta didik untuk menguasai isi kurikulum (Ahman, 1998).


(51)

B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP 1. Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP

Suyanto (2010; 24) menegaskan bahwa pendidikan karakter secara terpadu di SMP dilaksanakan melalui proses pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan. Berikut merupakan uraian dari tiga hal tersebut.

a) Pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran

Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.

Dalam struktur kurikulum SMP, pada dasarnya setiap mata pelajaran memuat mater-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kedua


(52)

mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada mata mata-mata pelajaran di SMP mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

b) Pendidikan karakter secara terpadu melalui manajemen sekolah

Menurut H. Koontz & O’Donnel (Suyanto, 2010), manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang lain. Hampior senada dengan pendapat Siregar 1987 (dalam Panduan Pendidikan Karakter di SMP, 2010), menyatakan bahwa manajemen adalah proses yang membeda-bedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerkan pelaksanaan dan pengendalian, dengan memanfaatkan ilmu dan seni, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Manajemen juga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam manajemen terkandung pengertian pemanfaatan sumberdaya untuk tercapainya tujuan. Sumberdaya adalah unsur-unsur dalam mnajemen, yaitu manusia (man), bahan (materials), mesin/peralatan (machines), metode/cara kerja (methods), modal uang


(53)

(money), informasi (information). Sumberdaya bersifat terbatas, sehingga tugas manajer adalah mengelola keterbatasan sumber daya secara efesien dan efektif agar tujuan tercapai.

Proses manajemen adalah proses yang berlangsung terus menerus, dimulai dari membuat perencanaan dan pembuatan keputusan (planning), mengorganisasikan sumberdaya yang dimiliki (organizing), menerapkan kepemimpinan untuk menggerakan sumberdaya (actuating), melaksanakan pengendalian (controlling). Proses diatas sering disebut POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling). Dalam konteks dunia pendidikan yang dimaksud dengan manajemen pendidikan/sekolah adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dalam upaya untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan itu sendiri.

Sebagai suatu sistem pendidikan, maka dalam pendidikan karakter juga terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya akan dikelola melalui bidang-bidang perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan dikendalikan tersebut antara lain meliputi: (a) nilai-nilai karakter kompetensi lulusan, (b) muatan kurikulum nilai-nilai karkakter, (c) nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, (d) nilai-nilai karakter pendidik dan tenaga kependidikan, (e) nilai-nilai karakter pembinaan kepesertadidikan.


(54)

Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah antara lain: (a) pelanggaran tata tertib yang berimplikasi pada pengurangan nilai dan hukuman/pembinaan, (b) penyedian tempat-tempat pembuangan sampah, (c) penyelenggaraan katin kejujuran, (d) penyediaan kotak saran, (e) penyediaan sarana ibadah dan pelaksanaan ibadah, (f) jabat tangan setiap pagi saat siswa memasuki gerbang sekolah, dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya.

c) Pendidikan karakter secara terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan

Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidikan dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.

Visi kegitan pembinaan kesiswaan adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Misi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2)


(55)

menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengekspresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

Fungsi kegiatan pembinaan kesiswaan meliputi:

a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan pembinaan kesiswaan untuk mengembangkan kemampuan dan kreatifitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat, dan minat mereka.

b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan pembinaan siswa untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan pembinaan siswa untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirrakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.

d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan pembinaan siswa untuk mengembangkankesiapan karir peserta didik.

2. Langkah Pendidikan Karakter di SMP

Berikut merupakan langkah-langkah dalam pendidikan karakter di SMP, meliputi perencanaan, implementasi, evaluasi, dan tindak lanjut.

a. Perencanaan

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap penyusunan rancangan, antara lain:


(56)

1) Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidika karakter, yaitu nilai-nilai/perilaku yang perlu dikuasai, dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan karakter peserta didik direalisasikan dalam tiga kelompok kegiatan, yaitu (a) terpadu dengan pembelajaran pada mata pelajaran, (b) terpadu dengan pembelajaran pada manajemen sekolah, (c) terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan.

2) Mengembangkan materi pendidkan karakter untuk setiap jenis kegiatan di sekolah.

3) Mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan di sekolah (tujuan, materi, fasilitas, jadwal, pengajar/fasilitator, pendektatan pelaksanaan, evaluasi).

4) Menyediakan fasilitas pendukung pelaksanaan program pendidikan karakter di sekolah.

Perencanaan kegiatan program pendidikan karakter di sekolah mengacu pada jenis-jenis kegiatan, yang setidaknya memuat unsur-unsur tujuan, sasaran kegiatan, substansi kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pihak-pihak yang terkait, mekanisme pelaksanaan, keorganisasian, waktu dan tempat, serta fasilitas pendukung.

b. Implementasi

1) Pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada semua mata pelajaran


(57)

Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaab, dll) diimplementasikan dalam pembelajaran mata pelajaran-mata pelajaran yang terkait, seperti Agama, PKn, IPS, IPA, Penjas Orkes, dan lain-lainnya. Hal ini dimulai dengan pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara nyata oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

2) Pembnentukan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah

Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaan, dll) diimplementasikan dalam aktivitas manajemen sekolah, seperti pengelolaan siswa, regulasi/peraturan sekolah, perpustakaan, pembelajaran, penilaian, dan informasi, serta pengelolaan lainnya.

3) Pembentukan karakter yang terpadu dengan kegiatan pembinaan kesiswaan.

Beberapa kegiatan pembinaan kesiswaan yang memuat pembentukan karakter antara lain:

1. Olah raga (spak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja, futsal, dll),

2. Keagamaan (baca tulis Al Qur’an, kajian hadis, ibadah, kebaktian, perayaan ekaristi/misa, dll),

3. Seni budaya (menari, menyanyi, melukis, teater, dll), 4. KIR,


(58)

5. Kepramukaan,

6. Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta Didik (LDKS), 7. Palang Merah Remaja (PMR),

8. Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRA) 9. Kesehatan, dan lain-lainnya.

c. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring merupakan serangkaian kegiatan untuk memantau proses pelaksanaan program pembinaan pendidikan karakter. Fokus kegiatan monitoring adalah pada kesesuaian proses pelaksanaan program pendidikan karakter berdasarkan tahapan atau prosedur yang telah ditetapkan. Evaluasi cenderung untuk mengetahui sejauhmana efektifitas program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil monitoring digunakan sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pelaksanaan program pendidikan karakter.

Monitoring dan evaluasi secara umum bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas program pembinaan pendidikan karakter sesuai dengan perencanaan yamg telah ditetapkan. Lebnih lanjut secara rinci tujuan monitoring dan evaluasi pembentukan karakter adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara lansung keterlaksanaan program pendidikan karakter di sekolah.


(59)

2) Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara umum.

3) Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelakanaan program dan mengidentifikasi masalah yang ada, dan selanjutnya mencari solusi yang komprehensif agar program pendidikan karakter dapat tercapai.

4) Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan untuk menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program pendidikan karakter ke depan.

5) Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan pembinaan dan peningkatan kualitas program pembentukan karakter.

6) Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan pendidikan karakter di sekolah.

d. Tindak lanjut

Hasil monitoring dan evalusi dari implementasi program pembinaan pendidikan karakter digunakan sebagai acuan untuk menyempurnakan program, mekanisme pelaksanaan, dukungan fasilitas, sumber daya manusia, dan manajemen sekalah yang terkait dengan implementasi program.


(60)

3. Perencanaan Pembelajaran Terntegrasi Pendidikan Karakter di SMP

Pada tahap ini silabus, RPP, dan bahan ajar disusun. Baik silabus, RPP, dan bahan ajar dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi/berwawasan pendidikan karakter. Cara yang mudah untuk membuat silabus, RPP, dan bahan ajar yang berwawasan pendidikan karakter adalah dengan mengadaptasi silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah dibuat/ada dengan menambahkan/mengadaptasi kegiatan pembelajaran yang bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai, disadarinya pentingnya nilai-nilai, dan diinternalisasinya nilai-nilai.

Berikut adalah contoh model silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalamnya.

a. Silabus

Silabus dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi (Permendiknas nomor 22 tahun 2006). Silabus memuat SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dirumuskan di dalam silabus pada dasarnya ditujukan untuk memfasilitasi peserta didik menguasai SK/KD.


(61)

Agar juga memfasilitasi terjadinya pembelajaran yang membantu peserta didik mengembangkan karakter, setidak-tidaknya perlu dilakukan perubahan pada tiga komponen silabus berikut: (1) penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter, (2) penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter, (3) penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter.

Penambahan dan/atau adaptasi kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian harus memperhatikan kesesuaiannya dengan SK dan KD yang harus dicapai oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian yang ditambahkan dan/atau hasil modifikasi tersebut harus bersifat lebih memperkuat pencapaian SK dan KD tetapi sekaligus mengembangkan karakter.

b. RPP

RPP disusun berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah. RPP secara umum tersusun atas SK, KD, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian. Seperti yang terumuskan pada silabus, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,


(62)

metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian yang dikembangkan di dalam RPP pada dasarnya dipilih untuk menciptakan proses pembelajaran untuk mencapai SK dan KD. Oleh karena itu, agar RPP memberi petunjuk pada guru dalam menciptakan pembelajaran yang berwawasan pada pengembangan karakter, RPP tersebut perlu diadaptasi.

Seperti pada adaptasi terhadap silabus, adaptasi yang dimaksud antara lain meliputi: (1) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter, (2) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter, (3) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter.

c. Bahan/buku ajar

Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti.


(63)

Melalui program Buku Sekolah Elektronik atau buku murah, dewasa ini pemerintah telah membeli hak cipta sejumlah buku ajar dari hampir semua mata pelajaran yang telah memenuhi kelayakan pemakaian berdasarkan penilaian BSNP dari para penulis/penerbit. Guru wajib menggunakan buku-buku tersebut dalam proses pembelajaran. Untuk membantu sekolah mengadakan buku-buku tersebut, pemerintah telah memberikan dana buku teks kepada sekolah melalui dana BOS.

Walaupun buku-buku tersebut telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan - yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika – bahan-bahan ajar tersebut masih belum secara memadai mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya. Apabila guru sekedar mengikuti atau melaksanakan pembelajaran dengan berpatokan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan karakter secara memadai belum berjalan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang telah dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar perlu diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lainnya adalah dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan belajar pada buku ajar yang dipakai.


(64)

Sebuah kegiatan belajar (task), baik secara eksplisit atau implisit terbentuk atas enam komponen. Komponen-komponen yang dimaksud adalah: (1) tujuan, (2) input, (3) aktivitas, (4) pengaturan (setting), (5) peran guru, (6) peran peserta didik.Dengan demikian, perubahan/adaptasi kegiatan belajar yang dimaksud menyangkut perubahan pada komponen-komponen tersebut.

Secara umum, kegiatan belajar yang potensial dapat mengembangkan karakter peserta didik memenuhi prinsip-prinsip atau kriteria berikut.

1) Tujuan

Dalam hal tujuan, kegiatan belajar yang menanamkan nilai adalah apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada pengetahuan, tetapi juga sikap. Oleh karenanya, guru perlu menambah orientasi tujuan setiap atau sejumlah kegiatan belajar dengan pencapaian sikap atau nilai tertentu, misalnya kejujuran, rasa percaya diri, kerja keras, saling menghargai, dan sebagainya. 2) Input

Input dapat didefinisikan sebagai bahan/rujukan sebagai titik tolak dilaksanakannya aktivitas belajar oleh peserta didik. Input tersebut dapat berupa teks lisan maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, charta, benda sesungguhnya, film, dan sebagainya. Input yang dapat memperkenalkan nilai-nilai adalah yang tidak hanya menyajikan materi/pengetahuan, tetapi yang


(65)

juga menguraikan nilai-nilai yang terkait dengan materi/pengetahuan tersebut.

3) Aktivitas

Aktivitas belajar adalah apa yang dilakukan oleh peserta didik (bersama dan/atau tanpa guru) dengan input belajar untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dapat membantu peserta didik menginternalisasi nilai-nilai adalah aktivitas-aktivitas yang antara lain mendorong terjadinya autonomous learning dan bersifat learner-centered. Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous learning dan berpusat pada siswa secara otomatis akan membantu siswa memperoleh banyak nilai. Contoh-contoh aktivitas belajar yang memiliki sifat-sifat demikian antara lain diskusi, eksperimen, pengamatan/observasi, debat, presentasi oleh siswa, dan mengerjakan proyek.

4) Pengaturan (Setting)

Pengaturan (setting) pembelajaran berkaitan dengan kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian tugas yang pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan peserta didik terbiasa kerja dengan cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja kelompok


(1)

dengan guru dan orang yang lebih tua.

6. Guru memberikan contoh kepada siswa dengan membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pembelajaran dengan empatik dan kesabaran. 5. Kejujuran 1. Guru memberikan penilaian secara obyektif kepada

semua siswa

2. Guru menepati janji yang dibuat kepada siswa baik saat pelajaran di kelas maupun di luar kelas.

6. Nilai Kebangsaan (Nasionalis dan Menghargai Keberagaman)

1 Siswa mengucapkan terima kasih saat pelajaran telah usai kepada guru.

2 Menyanyikan lagu kebangsaan setiap upacara bendera dan peringatan hari-hari nasional dengan semangat.

3 Guru tidak membeda-bedakan setiap peserta didik yang memiliki latar belakang budaya, agama, dan suku yang beranekaragam.


(2)

Lampiran 9. Analisis Hasil Angket Pelaksanaan Pendidikan Karakter

TEKNIK ISTRUMENT PENILAIAN GURU

METODE PEMBELAJARAN GURU

No Tes Tertulis Tes Lisan Tes Kinerja Penugasan Ind & Kel Observasi Pen. Portofolio

Jurnal Penilalian Diri

Penilaian Antarteman

1 1 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1

4 1 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 1 1 1 1

6 1 1 1 1 1 1 1

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 1 1 1 1 1 1 1 1

9 1 1 1 1 1

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 1

12 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 1 1 1

14 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 1 1 1 1 1

16 1 1 1 1 1 1 1 1

17 1 1 1 1 1 1 1

18 1 1 1 1 1 1 1


(3)

20 1 1 1 1 1 1 1

21 1 1 1 1 1 1

22 1 1 1 1 1 1 1 1

23 1 1 1 1 1 1 1 1

22 18 20 21 19 12 9 20 21

22

18

20

21 19

12 9

20

21

Tes Tertulis Tes Lisan Tes Kinerja

Penugasan Ind & Kel Observasi

Pen. Portofolio Jurnal

Penilalian Diri Penilaian Antarteman TEKNIK ISTRUMEN PENILAIAN GURU


(4)

METODE PEMBELAJARAN GURU

METODE PEMBELAJARAN GURU

No Konstruktivisme Bertanya Inkuiri Pen. Autentik

Active Learning

Modeling Refleksi Masy. Belajar

Exp. Learning

1 1 1 1 1 1 1

2 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1

4 1 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 1 1 1

6 1 1 1 1 1 1 1

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 1 1 1 1 1 1

9 1 1

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 1 1 1

12 1 1 1 1

13 1 1 1 1

14 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 1

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1

17 1 1

18 1 1 1 1 1 1

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(5)

21 1 1 1

22 1 1 1 1 1 1 1

23 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 19 19 19 15 16 16 6 14

11

19

19

19 15

16 16

6

14

Konstruktivisme Bertanya Inkuiri Pen. Autentik Active Learning Modeling Refleksi Masy. Belajar Exp. Learning Jumlah Responden: 23


(6)