MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK MANIPULATIF MELALUI MENGGIRING BOLA PADA ANAK KELOMPOK A DI TK ABA TLOGOLELO KOKAP KULON PROGO.

(1)

i

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK MANIPULATIF MELALUI KEGIATAN MENGGIRING BOLA PADA ANAK KELOMPOK A

DI TK ABA TLOGOLELO KOKAP KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Budi Sulistyani NIM 12111244009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Bermain dengan menggunakan bola adalah suatu jenis permainan paling menarik diantara permainan yang menggunakan alat.

(Toho Cholik M)

Berbanyak lah bergerak karena bergerak itu banyak manfaatnya (Penulis)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibuku tercinta

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, Bangsa dan Agamaku.


(7)

vii

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK MANIPULATIF MELALUI MENGGIRING BOLA PADA ANAK KELOMPOK A DI TK ABA

TLOGOLELO KOKAP KULON PROGO

Oleh Budi Sulistyani NIM 12111244009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan gerak manipulatif melalui menggiring bola pada anak kelompok A di TK ABA Tlogolelo Kokap Kulon Progo.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaborasi. Subjek dalam penelitian ini adalah kelompok A yang terdiri 19 anak dari 13 anak perempuan dan 6 anak laki laki. Penelitian ini dianggap berhasil apabila kemampuan gerak manipulatif anak mengalami peningkatan sebesar 81% dari 19 anak Kelompok A di TK ABA Tlogolelo, dan berhasil mencapai kriteria sangat baik.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa melalui kegiatan menggiring bola kemampuan gerak manipulatif mengalami peningkatan. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, (1) Guru melakukan pemanasan, (2) Guru melatih anak untuk menggiring bola sejauh 6 meter dengan lintasan lurus, (3) Kemudian kembali ke tempat semula, (4) Guru melatih menggiring bola sejauh 6 meter dengan lintasan zig-zag, (5) Evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh guru. Peningkatan kemampuan gerak manipulatif anak ditunjukkan dengan data dari pra tindakan memperoleh persentase sebanyak 56,54%, sedangkan pada siklus I menjadi 80,55%, selanjutnya pada siklus II meningkat menjadi 98,07%.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan skripsi dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Gerak Manipulatif Pada Anak Kelompok A Di TK ABA Tlogolrelo Kokap Kulon Progo” dapat tersusun dengan baik dan lancar. Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat;

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memudahkan kegiatan akademik.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memudahkan pada penulis dalam kelulusan studi.

3. Ketua Jurusan PAUD yang telah membantu kelancaran penelitian.

4. Bapak Drs. Sudarmanto, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Joko Pamungkas, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi.

5. Ibu Kepala Sekolah dan keluarga besar TK ABA Tlogolelo Kokap Kulon Progo, Yogyakarta yang telah memberikan ijin, arahan, bimbingan, dan pengalaman selama proses penelitian.


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

hal HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Identifkasi Masalah... C. Batasan Masalah... D. Rumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian... G. Definisi Operasional... BAB II KAJIAN TEORI

A. Motorik Anak Usia Dini ... 1. Pengertian Fisik Motorik Anak Usia Dini ... 2. Unsur-Unsur Motorik Kasar Anak Usia Dini... B. Gerak Manipulatif... 1. Pengertian Gerak Manipulatif... 2. Macam-macam Gerak Manipulatif... 3. Karateristik Gerak Anak TK...

ii iii iv v vi vii viii x xii xiii xiv 1 6 6 6 7 7 8 9 9 11 17 17 20 22


(11)

xi

C. Permainan Kecil... 1. Konsep Permianan kecil... 2. Konsep Bermain... 3. Konsep Menggiring Bola... D. Ciri-Ciri Anak Usia 4-5 Tahun... E. Kerangka Pikir... F. Hipotesis Tindakan... BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... B. Subjek Penelitian... C. Setting Penelitian... D. Desain Penelitian... E. Metode Pengumpulan Data...

1. Observasi... 2. Dokumentasi... F. Instrumen Pengumpulan Data... G. Teknik Analisis Data... H. Indikator Keberhasilan... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 1. Deskripsi Data Penelitian... 2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan... B. Pembahasan... C. Keterbatasan Penelitian... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 22 22 23 31 36 39 41 42 43 43 44 47 47 48 48 50 51 52 52 53 92 98 100 101 103 105


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi Instrumen... 49 Tabel 2. Hasil Observasi Pra Tindakan Kemampuan Gerak Manipulatif

Menggiring Bola dalalm Persentase... 54 Tabel 3. Hasil kemampuan Gerak Manipulatif Menggiring Bola Siklus

I Pertemuan 3... 68 Tabel 4. Perbandingan Persentase Pra tindakan dengan Siklus I... 71 Tabel 5. Hasil kemampuan gerak manipulatif melalui kegiatan

menggiring bola siklus II pertemuan ke 3... 85 Tabel 6. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Kemampuan Gerak


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Menggiring bola menggunakan kaki dalam... 34

Gambar 2 Menggiring bola menggunaan kaki luar... 35

Gambar 3 Menggiring bola dengan menggunakan punggung kaki... 36

Gambar 4 Bagan Kerangka Pikir... 40

Gambar 5 Model/desain penelitian tindakan kelas menurut KemmCis dan Mc Taggart... 44

Gambar 6 Media yang digunakan untuk menggiring bola... 58

Gambar 7 Lintasan Zig Zag Siklus II Pertemuan I... 76

Gambar 8 Lintasan Zig Zag Siklus II Pertemuan II... 76

Gambar 9 Lintasan Zig Zag Siklus II Pertemuan III... 76


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian... 105

Lampiran 2 Rencana Kegiatan Harian... 110

Lampiran 3 Data Hasil Penelitian... 129


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Anak-anak mendapat tempat istimewa pada masyarakat karena mereka menentukan generasi mendatang. Perkembangan pendidikan memberikan banyak alat bagi mereka yang peduli pada anak-anak untuk meningkatkan kehidupan anak anak di seluruh dunia, sehingga menyumbangkan masa depan yang lebih baik dimasa yang akan datang bagi umat manusia. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan investasi yang amat besar bagi keluarga dan bagi bangsa. Upaya dalam pembinaan yang ditujukan kelompok usia yang berada pada proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka). Golden age merupakan waktu paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak. Slamet Suyanto (2005: 6) mengemukakan golden age merupakan masa yang sangat tepat untuk menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya.

Tanam Kanak-kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan yang diperuntukkan bagi anak usia empat sampai enam tahun. Lembaga ini berfungsi sebagai stimulasi pendidikan sejak dini yang dipandu oleh sebuah kurikulum dalam upaya optimalisasi tumbuh kembang anak sehingga memiliki kesiapan dalam mengenyam pendidikan selanjutnya. Kurikulum PAUD yang dilaksanakan di Indonesia saat ini adalah Permendiknas nomor 146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini.


(16)

2

Mempermudahkan membahas perkembangan anak, maka digunakan istilah aspek perkembangan anak yaitu aspek-aspek yang dikembangkan anak meliputi fisik motorik, intelektual, moral, emosional, sosial, bahasa dan kreativitas. Salah satunya adalah perkembangan pada aspek fisik motorik. Slamet Suyanto (2005: 49) mengemukakan bahwa fisik motorik meliputi badan, otot kasar, dan otot halus yang selanjutnya disebut dengan motorik kasar dan motorik halus.

Perkembangan motorik kasar merupakan hal yang sangat penting bagi anak TK karena perkembangan motorik kasar dipengaruhi perkembangan lainnya. Cobin (1990) dalam buku Sumatri (2005: 48) mengemukakan bahwa perkembangan motorik kasar adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak motorik saling mempengaruhi. Guru harus mampu mengembangkan kemampuan gerak motorik pada anak usia dini. Bambang Sujiono (2005: 13) berpendapat bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh anak. Keterampilan gerak anak dapat dikembangkan dengan baik apabila aspek-aspek yang merupakan gerak dasar anak dikembangkan sejak awal yaitu gerak lokomotor, gerak non lokomotor dan gerak manipulatif. Salah satu gerak yang perlu dikembangkan adalah gerak manipulatif. Samsudin (2008: 8) mengemukakan bahwa kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam macam objek. Kemampuan manipulatif lebih melibatkan tangan dan kaki,


(17)

3

tetapi bagian lain dari tubuh kita juga digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamtini dan Husni (2005: 89-94) mengemukakan bahwa gerak manipulatif adalah gerak yang melibatkan tindakan mengontrol suatu objek khususnya tangan dan kaki misalnya melempar dengan satu tangan di atas bahu, melempar dengan satu tangan di bawah dan menangkap dan menendang bola atau menyepak bola. Toho M Cholik (1997: 74) mengemukakan bahwa menggiring bola atau mengontrol bola merupakan suatu kegiatanmenguasai, mengendalikan, dan menggarahkan bola sehingga bola itu dapat dimainkan sesuai dengan yang diinginkan yang melibatkan aspek kecepatan, kelincahan, koordinasi mata dan kaki.

Guru sebagai kunci keberhasilan pembelajaran dalam mengoptimalkan kemampuan gerak manipulatif untuk anak usia dini melalui berbagai aktivitas yang menarik dan menyenangkan. Salah satu aktivitas yang diberikan untuk mengembangkan kemampuan gerak manipulatif pada anak yaitu aktivitas yang melibatkan kaki, tangan, dan keseluruhan anggota badan. Perkembangan kemampuan gerak manipulatif dapat distimulus dengan berbagai kegiatan di luar kelas atau permainan, salah satunya melalui kegiatan menggiring bola. Dengan melakukan kegiatan mengiring bola, anak secara tidak langsung akan mengembangkan koordinasi kaki dan mata. Kegiatan menggiring bola akan menjadikan tumbuh kembang anak menjadi lebih optimal.

TK ABA Tlogolelo terletak di desa Tlogolelo, Hargomulyo Kokap Kulon Progo ini merupakan salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang mengalami beberapa masalah berkaitan dengan pembelajaran fisik motorik pada anak. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan fisik motorik anak.


(18)

4

Pembelajaran fisik motorik yang dilakukan di TK ABA Tlogolelo dengan pengawasan guru terutama pembelajaran motorik kasar hanya dilakukan dalam waktu yang tidak lama. Kurangnya waktu tersebut dapat mempengaruhi kemampuan motorik kasar anak. Hal ini disebabkan karena TK ABA Tlogolelo mengutamakan pembelajaran di dalam kelas dan hanya mempunyai sedikit waktu untuk melakukan kegiatan di luar. Anak kelompok A di TK ABA Tlogolelo menunjukan bahwa pengembangan aspek fisik motorik lebih memfokuskan pada pengembangan motorik halus saja. Pada kenyataannya di kelompok A setiap hari kegiatan inti pembelajarannya kurang lebih 60 menit anak hanya diberi tugas oleh guru untuk kegiatan menggambar, mewarnai, menulis, meronce, dan menggunting.

Model pembelajaran yang dilakukan di TK ABA Tlogolelo masih menggunakan model pembelajaran klasikal. Model pembelajaran klasikal ini tampaknya tidak dapat melayani kebutuhan peserta didik secara individu. Pembelajaran untuk sehari-hari hanya menggunakan LKA saja, sehingga anak mudah bosan. Kurikulum di TK ABA Tlogolelo masih menggunakan Permendiknas No 58 Tahun 2009. Ada beberapa guru yang mengajar belum berasal dari kualifikasi pendidikan anak udia dini (PG-PAUD) sehingga guru dalam mengajar belum mampu memperhatikan seluruh aspek perkembangan anak. Keadaan ini menjadi dampak pada kemampuan motorik kasar anak khususnya kemampuan gerak manipulatif terbatas dan belum terprogram, sehingga kemampuan gerak manipulatif anak berkembang hanya secara alami


(19)

5

sesuai dengan kondisi anak itu sendiri. Kurangnya pengetahuan guru dan pemahaman guru dalam pembelajaran motorik kasar anak masih belum maksimal.

Pada observasi pra tindakan yang diperoleh dari anak-anak kelompok A TK ABA Tlogolelo dengan jumlah anak 19 anak, meliputi 13 anak perempuan dan 6 anak laki-laki menunjukan bahwa ada keterlambatan dalam kemampuan gerak manipulatif. Sebanyak 13 dari 19 anak atau 56,54% anak memiliki kemampuan gerak manipulatif yang belum optimal. Hal ini tampak pada kegiatan menggiring bola dengan lintasan lurus sejauh 6 meter dan lebar 4 meter, anak belum mampu menggiring bola dengan cepat dan terarah. Kemampuan kecepatan, kelincahan, koordinasi mata dan kaki masih belum optimal sehingga belum mampu menguasai bola. Anak cenderung menendang bola dan kurang menguasai bola sehingga bola masih keluar lintasan. Anak kurang konsentrasi dan mudah teralihkan ketika temannya menganggu sehingga anak kurang bersungguh sungguh. Anak belum mampu memahami intruksi yang disampaikan guru karena guru kurang mengkondisikan anak. Untuk mengatasi permasalahan di kelas dan meningkatkan kemampuan motorik kasar khususnya kemampuan gerak manipulatif maka dilakukannya penelitian tentang kemampuan gerak manipulatif.

Diharapkan ada penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan motorik anak khususnya kemampuan gerak manipulatif. Kegiatan untuk meningkatkan kemampuan gerak manipulatif adalah menggiring bola. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Gerak Manipulatif Melalui Kegiatan Menggiring Bola Kelompok A di TK ABA Tlogolelo Kokap Kulon Progo”.


(20)

6 B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, permasalahan yang dapat diungkapkan melalui penelitian ini, dapat diidentifikasi sebagai berikut

1. Rendahnya kemampuan gerak manipulatif anak khususnya kegiatan menggiring bola pada anak kelompok A TK ABA Tlogolelo Kokap Kulon Progo. 2. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman guru dalam pembelajaran anak sehingga dalam mengembangkan kemampuan gerak manipulatif masih belum maksimal.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan pada berbagai masalah yang muncul dalam identifikasi masalah di atas tidak semua akan dijadikan masalah penelitian karena keterbatasan waktu penelitian, maka peneliti memfokuskan pembatasan masalah pada : Gerak manipulatif anak masih rendah dan anak masih membutuhkan bimbingan dalam hal kegiatan menggiring bola. Media yang digunakan untuk menunjang penelitian adalah bola dengan ukuran medium ditinjau dari segi keamanan bagi anak usia Taman Kanak-kanak.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas maka dalam penelitian ini dapat di ajukan rumusan masalah yaitu “Bagaimana meningkatkan kemampuan gerak manipulatif melalui menggiring bolapada anak kelompok A (4 - 5 tahun) di TK ABA Tlogolelo Hargomulyo Kokap Kulon Progo?


(21)

7 E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan gerak manipulatif melalui menggiring bola pada anak kelompok A (4 - 5 tahun) di TK ABA Tlogolelo Hargomulyo Kokap Kulon Progo.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan teori pada bidang motorik kasar.

b. Sebagai dasar petimbangan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan gerak manipulatif melalui kegiatan menggiring bola pada anak usia dini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi anak, memberikan pengetahuan tentang menggiring bola yang dapat untuk meningkatkan kemampuan gerak manipulatif anak.

b. Bagi guru, meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mengenai penelitian tindakan kelas, memperoleh gambaran tentang model pembelajaran ketrampilan motorik kasar anak dan gerak manipulatif.

c. Bagi Peneliti

1) Memberikan sumbangan pemikiran tentang meningkatkan aktivitas motorik kasar anak.


(22)

8

2) Memberikan solusi bagaimana orang tua dan guru untuk mengoptimalkan perkembangan motorik kasar anak melalui permainan.

d. Bagi Sekolah, sebagai upaya mengoptimalkan fasilitas perminan yang mendukung dalam kemampuan motorik kasar.

G.Definisi Oprasional

Definisi oprasinonal pada penelitian ini bertujuan untuk membatasi dari kemungkinan meluasnya pengertian dan pemahaman terhadap permasalahan yang akan diselesaikan dari teori yang akan dikaji yaitu :

1. Kemampuan gerak manipulatif

Kemampuan gerak manipulatif adalah kemampuan gerakan yang dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam macam objek. Kemampuan ini lebih melibatkan kecepatan, kelincahan, koordinasi mata dan kaki. Dalam penelitian ini objek yang digunakan adalah bola sepakbola yang berukuran sedang. Kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan gerak manipulatif adalah kegiatan menggiring bola.

2. Kegiatan menggiring bola

Kegiatan menggiring bola di dalam penelitian ini merupakan sebuah metodepembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan gerak manipulatif. Kegiatan ini dilaksanakan dengan media berupa lintasan lurus sejauh 6 meter dan lebar 4 meter. Kegiatan menggiring bola memerlukan kecepatan, kelincahan, koordinasi mata dan kaki agar terarah atau keluar dari lintasan.


(23)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A.Motorik Anak Usia Dini

1. Pengertian Fisik Motorik Anak Usia Dini

Samsudin (2008: 7) mengemukakan bahwa taman kanak-kanak adalah lembaga pendidikan pra sekolah sebelum memasuki lembaga pendidikan sekolah dasar (SD) yang melibatkan anak didiknya berkisar pada usia 4-6 tahun. Samsudin (2008: 8) mengemukakan bahwamotorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk gerak manusia. Jadi, pengertian perkembangan motorik anak TK adalah perubahan kemampuan motorik dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pada prinsipnya perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan dan perlakuan motorik sesuai dengan masa perkembangannya

Slamet Suyanto (2005: 49-51) mengemukakan bahwa perkembangan fisik-motorik meliputi perkembangan badan, otot kasar (gross muscle) dan otot halus (fine muscle), yang selanjutnya disebut dengan motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan badan meliputi empat unsur yaitu a) kekuatan, b) ketahanan, c)kecekatan, dan d) keseimbangan. Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot kasar dan otot halus. Otot kasar dan otot besar ialah otot otot badan yang tersusun dari otot lurik. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan dasar tubuh anak yang terkoordinasi oleh otak seperti berjalan, berlari, melompat,


(24)

10

menendang, melempar, memukul, mendorong dan menarik. Oleh karena itu, gerakan tersebut dikenal sebagai gerakan dasar.

Cobin (1990) dalam buku Sumatri (2005: 48) mengemukakan bahwa perkembangan motorik kasar adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak motorik saling mempengaruhi. Bambang Sujiono (2007: 13) berpendapat bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak.Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh anak.

Heri Rahyudi (2012: 208) mengemukakan bahwa pembelajaran motorik atau pembelajaran gerak adalah suatu proses belajar yang mengarah pada dimensi gerak. Dalam konteks ini, pembelajaran motorik diwujudkan melalui responsmuscul (otot) yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh yang spesifik untuk meningkatkan kualitas gerak tubuh.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa pembelajaran motorik kasar adalah suatu proses belajar mengarah pada menggerakkan berbagai bagian tubuh atas perintah otak dan mengatur gerakan badan terhadap macam-macam pengaruh dari luar dan dalam. Motorik kasar sangat penting dikuasai oleh anak karena bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa mempunyai gerak yang bagus akan ketinggalan dari anak lain, seperti: berlari, melompat, mendorong, melempar, menangkap, menendang dan lain sebagainya, kegiatan itu memerlukan dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang.


(25)

11

2. Unsur-unsur Motorik Kasar Anak Usia Dini

Kemampuan motorik seseorang berbeda beda tergantung pada banyaknya pengalaman melakukan gerakan yang dikuasainya. Kemampuan kemampuan yang terdapat dalam kemampuan fisik yang dirangkum menjadi lima komponen yaitu kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelincahan dan koordinasi.

Gesell dan Ames serta Illingsworth dalam buku Slamet Suyanto (2005: 50) perkembangan motorik pada anak mengikuti delapan pola umum sebagai berikut

a. Continuity (bersifat kontinu), dimulai dari gerakan yang sederhana menuju ke yang lebih kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak

b. Uniform sequence(memiliki pola tahapan yang sama), semua anak memiliki pola tahapan yang sama meskipun kecepatan tiap anak untuk mencapai tahapan tersebut berbeda.

c. Maturity(kematangan), dipengaruhi oleh perkembangan sel saraf. Sel saraf telah terbentuk saat anak lahir, tetapi proses meilinasinya masih terus berlangsung sampai beberapa tahun kemudian. Demikian pula otot dan tulang sebagai alat gerak. Anak tidak dapat melakukan suatu gerak motorik tertentu yang terkoordinasi sebelum proses meilinasi tercapai.

d. Umum ke khusus, yaitu dimulai dari gerak yang bersifat umum ke gerak yang bersifat khusus. Gerakan secara menyeluruh dari badan terjadi lebih dulu sebelum gerakan bagian-bagiannya. Hal ini disebabkan karena otot-otot halus (fine muscles).


(26)

12

e. Dimulai gerak refleks bawaan ke arah gerak yang terkoordinasi. Anak lahir didunia telah memiliki refleks, seperti menangis bila lapar, haus, sakit atau merasa tidak enak. Refleks tersebut akan berubah menjadi gerak yang terkoordinasi dan bertujuan.

f. Bersifat chepalo-caudal direction artinya bagian yang mendekati kepala berkembang lebih dulu dari bagian yang mendekati ekor. Otot leher berkembang lebih dulu daripada otot bagian kaki.

g. Bersifat prokaliimo-distal, artinya bahwa bagian yang mendekati sumbu tubuh yaitu tulang belakang berkembang lebih dulu dari bagian yang lebih jauh. Otot dan syaraf lengan berkembang lebih dulu dari otot jari. Oleh karena itu anak TK menangkap bola dengan lengan bukan dengan ibu jari.

h. Koordinasi bilateral menuju crosslateral, artinya bahwa koordinasi. Organyang sama berkembang lebih dulu sebelum bisa melakukan koordinasi organ bersilangan.

Hal ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh Heri Rahyubi (2012: 212) bahwa fisik merupakan salah satu faktor utama yang berfungsi untuk melakukan gerakan. Agar seseorang mampu melakukan gerakan yang efektif dan efisien, harus didukung oleh kemampuan gerakan yang baik dan prima. Beberapa macam kemampuan fisik antara lain : kekuatan, ketahanan, kelincahan, fleksibilitas dan ketajaman indera.

a. Kekuatan adalah kemampuan seseorang untuk membangkitkan tegangan (tension) terhadap suatu tahanan (resisten). Dengan demikian, kekuatan sangat berkaitan dengan kondisi otot seseorang. Kekuatan tubuh dan kekuatan otot


(27)

13

seseorang bisa ditingkatkan dengan beragam pola latihan yang terpola dan teratur dengan disiplin dan tinggi.

b. Ketahanan atau daya tahan (endurance) adalah kemampuan tubuh menyuplai oksigen yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas, khususnya aktivitas yang bersifat fisikal. Dengan latihan-latihan tertentu yang teratur dan terpola, kapiler kapiler jaringan otot akan meningkat sehingga daya tahap tubuh seseorang pun akan semakin baik. Daya tahan inilah yang menjadi salah satu faktor penting untuk menampilkan keterampilan dan ketangkasan motorik yang membuaskan. c. Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara cepat. Jadi, kecepatan adalah indikasi utama dari kelincahan. Bayangkanlah seorang petinju yang tak punya kelincahan yang memadai tidak mampu menghindari pukulan dan atau melakukan pukulan secara cepat sehingga mudah dikalahkan. d. Fleksibilitas atau kelenturan adalah kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak semaksimal mungkin menurut kemungkinan rentang geraknya (rangel of movement). Kelenturan ruang gerak sendi sendinya, maka akan kian baik fleksibilitasnya seseorang. Tingkat fleksibilitas yang baik dan berkualitas mampu memicu gerakan yang efektif.

e. Ketajaman indera yang sangat membantu ketrampilan gerak, terutama berkaitan dengan fungsi penglihatan dan pendengaran. Dengan penglihatan dan pendengaran yang baik, cepat, dan tepat, maka seseorang sangat terbantu untuk melakukan gerak motorik yang trampil dan maksimal. Namun unsur unsur indra lainnya tak boleh diabaikan dan memegang peran penting juga dalam unsur pembelajaran motorik seperti fungsi penciumana, pengecapan, dan perabaan.


(28)

14 f. Stabilitas dan keseimbangan

Heri Rahyudi (2012: 310) mengemukakan bahwa stabilitas adalah aspek pembelajaran gerak yang paling dasar. Stabilitas melibatkan kemampuan untuk menjaga hubungan seseorang terhadap gaya gravitasi. Hal ini benar meskipun asal usul penerapan suatu kekuatan mungkin berubah sebagai persyaratan perubahan situasi, mengakibatkan hubungan general dari bagian bagian tubuh terhadap pusat gravitasi menjadi berubah. Pengalaman gerak didesain untuk meningkatkan kemampuan anak, dan memungkinkan mereka untuk mengembangkan fleksibilitas badan saat bergerak dalam berbagai macam cara yang berbeda dan sering kali tidak biasa yang relatif terhadap pusat gravitasi, garis gravitasi dan dasar pendukung.

Keterampilan gerak sangat berhubungan dengan unsur kebugaran jasmani. Adapun unsur unsur dalam kebugaran jasmani menurut Rusli Lutan (2001: 63-72) adalah sebagai berikut :

a. Kekuatan otot adalah kemampuan tubuh untuk mengerahkan daya maksimal terhadap objek diluar tubuh. Dalam pengertian ini, kekuatan otot adalah kemampuan untuk menggerahkan usaha maksimal.

b. Daya tahan otot adalah kemampuan untuk mengerahkan daya terhadap objek diluar tubuh selama beberapa kali. Daya tahan otot terbentuk melalui beban yang relatif lebih ringan. Namun, pelaksanaan tugasnya dilakukan berulang kali dala satu kesempatan.


(29)

15

c. Fleksibilitas adalah gambaran mengenahi luas sempitnya ruang gerak pada berbagai persendiaan dalam tubuh kita. Seperti melakukan gerakan melintirkan tubuh, membungkuk, berputar dan mengulur.

d. Koordinasi adalah perpaduan berirama dari sistem syaraf dan gerak dalam sebuah pelaksanaan tugas secara harmonis dari beberapa anggota tubuh.

e. Kecepatan adalah kemampuan untuk menggerakan tubuh dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang secepat mungkin.

f. Kelincahan adalah kemampuan untuk menggerakan badan atau mengubah arah secepat mungkin

g. Kekuatan adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha semaksimal secepat mungkin.

h. Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan keseimbangan dalam kaitannya dengan daya tarik bumi baik dalam situasi diam (statis) dan bergerak (dinamis).

Bambang Sujiono (2008: 7.3) menyebutkan unsur-unsur kesegaran jasmani, yaitu antara lain :

a. Kekuatan.

Kekuatan (strength) adalah kemampuan seseorang untuk membangkitkan tegangan (tension) terhadap suatu tahanan (resisten). Derajat kekuatan tersebut pada umumnya berbeda pada setiap orang. Kekuatan merupakan hasilkerja otot yang berupa kemampuan untuk mengangkat, menjinjing, menahan, mendorong,atau menarik beban.


(30)

16 b. Daya Tahan.

Daya tahan (edurance) adalah kemampuan tubuh mensuplai oksigen yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan.

c. Kecepatan.

Kecepatan dapat diberikan dengan kegiatan latihan yang serba cepat, seperti lari dengan jarak pendek.

d. Kelincahan.

Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara cepat. Komponen kelincahan adalah berikut:

(i) melakukan gerakan perubahan arah secara cepat, (ii) berlari cepat,kemudian berhenti secara mendadak, (iii) kecepatan bereaksi

e. Kelentukan.

Kelentukan (flekaliibility) adalah kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak semaksimal mungkin menurut kemungkinan rentang geraknya (range of movement). Fleksibilitasseseorang ditentukan oleh kemampuan dari gerak sendi- sendi.

f. Koordinasi. Koordinasi gerak merupakan kemampuan yang mencakup dua atau lebih kemampuan perspektual pola-pola gerak. Contohnya: koordinasi mata dan tangan, koordinasi mata dan kaki.

g. Ketepatan.

Kegiatan yang dapat dilakukan pada anak usia TK, misalnya melempar bola kecil ke sasaran tertentu atau memasukkan bola ke dalam keranjang.


(31)

17 h. Keseimbangan.

Keseimbangan diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu: keseimbangan statik dan keseimbangan dinamik. Keseimbangan statik adalah kemampuan mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk tidak bergoyang atau roboh, sedangkan keseimbangan dinamik adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh agar tidak jatuh pada saat melakukan gerakan. Untuk melatih keseimbangan pada anak TK, misalnya berjalan diatas papan titian.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, tidaklah berarti bahwa semua guru harus dapat mengembangkan secara keseluruhan komponen kemampuan motorik. Tiap anak mempunyai kekurangan dan kelebihan, maka peneliti menggunakan tiga unsur sebagai acuan kisi-kisi instrumen yaitu kecepatan, kelincahan dan menggerakan tubuh dari koordinasi. Rusli Lutan (2001: 63-72) mengemukakan kecepatan adalah kemampuan untuk satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang secepat mungkin. Kelincahan adalah kemampuan untuk menggerakan badan atau mengubah arah secepat mungkin. Bambang Sujiono (2008: 7.3) mengemukakan bahwa koordinasi gerak merupakan kemampuan yang mencakup dua atau lebih kemampuan perspektual pola-pola gerak.

B.Gerak Manipulatif

1. Pengertian Gerak Manipulatif

Sumatri (2005: 99) mengemukakan bahwa kemampuan menggunakan otot-otot besar ini bagi anak usia dini tergolong pada kemampuan gerak dasar, kemampuan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Selanjutnya


(32)

18

kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori yaitu lokomotor dan non lokomotor dan manipulatif.

Gerak manipulatif biasanya dilukiskan sebagai gerakan yang mempermainkan objek tertentu sebagai medianya, atau ketrampilan yang melibatkan kemampuan seseorang dalam bagian bagian tubuhnya untuk memanipulasi benda di luar dirinya. Kogan yang dikutip dalam Sumantri (2005: 99) mengemukakan bahwa keterampilan ini perlu melibatkan koordinasi antara mata tangan dan kecepatan, kelincahan, koordinasi mata dan kaki misalnya menangkap, melempar, menendang, memukul dengan pukulan raket, tongkat atau bat. Sebagian ahli memasukan juga gerakan seperti mengetik dan bermain piano sebagai gerak manipulatif.

Samsudin (2008: 8) mengemukakan bahwa kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam macam objek. Kemampuan manipulatif lebih melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga digunakan. Manipulasi objek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata kaki dan mata tangan, yang mana koordinasi ini penting untuk proses berjalan dalam ruang gerak. Bentuk bentuk kemampuan gerak manipulatif terdiri dari : gerak mendorong (melempar, memukul, menendang) gerakan menerima (menangkap) objek adalah kemampuan yang penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola plastik yang terbuat dari bantalan karet (bola medium) atau bola plastik dengan gerakan memantul-mantulkan bola atau menggiring bola.

Heri Rahyudi (2012: 304) mengemukakan bahwa gerak dasar merupakan pola gerakan yang menjadi dasar meraih keterampilan gerak yang lebih kompleks.


(33)

19

Gerak dasar ini ada empat macam yaitu gerak lokomotor, gerak non lokomotor, gerak manipulatif, dan gerak non manipulatif. Heri Rahyudi (2012: 305) mengemukakan bahwa gerak manipulatif adalah gerakan yang memerlukan koordinasi dengan ruang dan benda yang ada disekitarnya. Gerak atau keterampilan manipulatif melibatkan tindakan mengontrol suatu objek, khususnya dengan tangan dan kaki. Dalam gerak manipulatif, ada suatu yang digerakan, misalnya melempar, menangkap, menyepak, menendang, menggiring, memukul, memantul-mantulkan, melambung, memukul dengan raket, memukul dengan alat lainnya dan gerakan lainnya yang berkaitan dengan melempar, menangkap sesuatu.

Amung Ma’mun, dkk (2000: 21) mengemukakan bahwa kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Manipulatif objek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata-kaki, yang cukup mana penting untuk item, berjalan (gerak langkah) dalam runag. Bentuk bentuk kemampuan manipulatif antara lain: a. Gerak mendorong (melempar, memukul, menendang)

b. Gerak menerima (menangkap) objek adalah kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat bantalan karet (bola medisin) atau macam bola lain.

c. Gerakan memantul mantulkan bola atau menggiring bola.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka disimpulkan bahwa kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak sedang menguasai bermacam


(34)

20

macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan mata-kaki tetapi bagian lain dari tubuh juga terlibat. Bentuk-bentuk latihan manipulatif terdiri dari melempar, memukul, menendang, menangkap, memantul mantulkan bola atau menggiring bola. Maka peneliti menggunakan kegiatan menggiring bola sebagai kegiatan untuk meningkatkan gerak manipulatif.

2. Macam-macam Gerak Manipulatif

Heri Rahyudi (2012: 305-306) mengemukakan bahwa ada dua klasifikasi dari ketrampilan manipulatif yaitu reseptif dan propulatif.

a. Keterampilan reseptif yaitu menerima suatu objek seperti menangkap.

b. Keterampilan propulsif memiliki ciri pengerahan gaya atau kekuatan terhadap suatu objek seperti memukul, melempar, memantul dan menendang.

Beberapa gerakan yang termasuk di dalam gerakan manipulatif adalah menggelinding bola atau sejenisnya, melempar dan menangkap, menahan atau trapping, memantulkan atau mendribbling, menggiring bola, memukul dan semacamnya antara lain :

1) Menggelindingkan atau rolling meliputi pengarahan gaya atau tenaga terhadap suatu objek yang mempertahankan kontaknya dengan permukaan tempat benda tersebutr bergerak.

2) Melempar merupakan merupakan ketrampilan manipulatif yang rumit yang menggunakan satu atau dua tangan untuk melontarkan objek menjauh badan ke udara. Selain tergantung dari beberapa faktor (sosok pelempar, ukuran objek atau lain sebagainya), lemparan dapat dilakukan di bawah tangan, di atas kepala, di atas lengan atau samping.


(35)

21

3) Menangkap merupakan gerakan dasar manipulatif yang melibatkan penghentian suatu objek yang terkontrol oleh satu atau kedua tangan. Pada tahap awal biasanya objek akan dihentikan dengan satu bagian atau beberapa bagaian anggota badan. Penguasaan koordinasi mata tangan akan memudahkan penangkapan obyek yang melayang didepan atlet atau pembelajar.

4) Pushing atau pulling atau mendorong adalah usaha pengerahan gaya atau kekuatan dalam melawan suatu objek atau orang, apakah mendorong untuk menyingkirkan objek dari badan atau mendorong badan menjauhi objek. Pulling juga bisa diartikan sebagai tarikan. Ini merupakan penngerahan tenaga yang mengakibatkan objek atau orang bergerak mendekati badan.

Amung Ma’mun, dkk (2000:21) bentuk-bentuk kemampuan gerak manipulatif gerak mendorong (melempar, memukul, menendang) sebagai berikut. a. Gerak menerima (menangkap) objek adalah kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat bantalan karet (bola medisin) atau macam bola lain.

b. Gerakan memantul mantulkan bola atau menggiring bola.

Dari pendapat para ahli di atas dapat simpulkan bahwa macam-macam ketrampilan gerak manipulatif terdiri dua keterampilan yaitu keterampilan reseptif yaitu menerima suatu objek seperti menangkap. Keterampilan propulsif memiliki ciri pengerahan gaya atau kekuatan terhadapsuatu objek seperti memukul, melempar, memantul dan menendang. Selain itu bentuk-bentuk kemampuan gerak manipulatif gerak mendorong antara lain melempar, memukul, menendang.


(36)

22

3. Karakteristik gerak pada anak usia 4 - 5 tahun

Kamtini dan Tanjung (2005: 80) menyebutkan bahwa gerak anak TK mempunyai ciri ciri sebagai berikut :

1) Bersifat sederhana

2) Biasanya bersifat maknawi dan bertema, yaitu gerak mengandung tema tertentu 3) Gerak anak menirukan gerak keseharian orang tau dan juga orang yang berada disekitar

4) Anak juga menirukan gerak gerak binatang. C.Permainan Kecil

1. Konsep Permainan Kecil

Aip Syarifudin (1993: 135) mengemukakan bahwa permainan kecil adalah suatu bentuk permainan yang tidak mempunyai peraturan tertentu, baik mengenai peraturan permainannya, alat alat yang dugunakan, ukuran lapangan, maupun waktu wadahnya atau organisasinya, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Oleh karena itu seperti permainan kasti, bola bakar, rounders, walaupun sudah mempunyai peraturan, lapangan, alat dan sebagainya masih dimasukan dalam permainan kecil karena belum mempunyai wadah yang tertentu/top atau organisasinya.

Pada pelaksanaan permainan kecil, dapat dilakukan tanpa alat dan dapat juga dilakukan dengan memakai alat. Alat alat yang digunakan dalam permainan kecil, biasanya dengan bola kecil dan bola besar (bola tenis, kasti dan voli, bola sepak bola).


(37)

23

Peneliti menggunakan kajian permainan kecil sebagai wadah kegiatan menggiring bola. Pada kegiatan menggiring bola, tidak mempunyai peraturan internasional maupun nasional, baik mengenai peraturan permainannya, alat alat yang dugunakan, ukuran lapangan, maupun waktu wadahnya atau organisasinya, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Kegiatan menggiring bola ini termasuk permainan kecil menggunakan alat yaitu menggunakan bola yang sudah disesuaikan dengan kemampuan anak.

2. Konsep Bermain a. Esensi Bermain

Slamet Suyanto (2005: 117) mengemukakan meskipun bentuk permainan anak anak diseluruh dunia dari waktu ke waktu berbeda beda, tetapi tampaknya esensinya tetap sama. Berikut penjelasan esensi bermain

a. Aktif

Hampir semua permainan anak aktif, baik secara fisik maupun psikis. Anak melakukan eksplorasi, investigasi, eksperimentasi dan ingin tahu tentang orang,benda, ataupun kejadian. Anak menggunakan suatu benda dan memainkan menjadi benda lain. Misalnya, sebuah balok kayu bisa menjadi mobil. Anak berpura pura menggerakan balok kayu seperti gerakan mobil sambil menirukan suara mobil. Anak senang bermain dengan berbagai gerakan, seperti berlari, mengejar, menangkap dan melompat. Jadi, pada saat bermain anak aktif melakukan berbagai kegiatan baik fisik maupun psikis.


(38)

24 b. Menyenangkan

Kegiatan bermain tampak sebagai kegiatan yang bertujuan untuk bersenang senang. Mesikupun tidak jarang pada saat bermain menimbulkan tangis diantara anak yang terlibat, tetapi anak anak menikmati permainannya. Mereka bernyanyi, tertawa, berteriak lepas, dan ceria seakan tidak memiliki beban hidup. c. Motivasi Internal

Anak ikut dalam suatu kegiatan permainan secara suka rela. Mereka termotivasi dari dalam dirinya (motivasi internal) untuk ikut bermain. Bentuk permainannya juga dipilih dan ditentukan bersama. Begitu pula peran tiap tiap anak ditentukan secara adil sesuai aturan yang berlaku.

d. Memiliki aturan

Setiap permainan ada aturannya. Untuk bermain petak umpet misalnya, ada aturannya, baik untuk menentukan anak yang akan berperan sebagai pencari maupun yang dicari. Anak yang ditemukan paling awal akan menjadi pencari berikutnya. Jika anak yang bersembunyi tidak kunjung ditemukan maka mereka akan memberikan clue atau petunjuk agar mereka menemukan teman yang dicari. e. Simbolis dan berarti

Pada saat bermain anak menghubungkan antara pengalaman lampaunya yang tersimpan dalam LKM dengan kenyataan yang ada. Pada saat bermain anak bisa berpura pura menjadi orang lain dan menirukan karakternta. Ia bisa menjadi seorang polisi, guru, ayah, ibu, atau menjadi bayi. Jadi, bermain memungkinkan anak menggunakan berbagai objek sebagai simbol dari benda orang lain sehingga bermain disebut simbolis. Peran peran yang dimainkan anak biasanya meniru


(39)

25

peran peran orang dewasa dalam masyarakatnya sehingga kegiatan tersebut sangat berarti (maeningful) bagi kehidupan anak kelak. Banyak anak anak sejak kecil suka berpura pura menjadi penyanyi ternyata ketika dewasa menjadi penyanyi betulan. Hal ini bukan hal yang kebetulan, tetapi apa yang dimainkan anak memiliki arti bagi dirinya.

b. Fungsi Bermain bagi Perkembangan anak

Slamet Suyanto (2005: 119) mengemukakan bahwa bermain memiliki peran penting dalam perkembangan pada anak hampir semua bidang perkembangan, baik perkembangan fisik-motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial maupun emosional.

1. Kemampuan Motorik

Piaget dikutip dalam Slamet Suyanto (2005: 119) mengemukakan bahwa berbagai penelitian menunjukan bahwa bermain memungkinkan anak bergerak secara bebas sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. Pada saat bermain anak berlatih menyesuaikan anatara pikiran dan gerakan menjadi suatu keseimbangan. Menurut Piaget, anak terlahir dengan kemampuan reflek, kemudian ia belajar menggabungkan dua atau lebih gerak refleks, dan pada akhirnya ia mampu mengontrol gerakkannya. Melalui bermain anak akan berlajar mengontrol gerakannya menjadi gerakan koordinasi.

2. Bermain Mengembangkan Kemampuan Kognitif

Piaget dikutip dalam Slamet Suyanto (2005: 119) anak belajar memahami pengetahuan dengan berinteraksi melalui objek yang ada disekitarnya. Bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan objek. Anak


(40)

26

memiliki kesempatan menggunakan inderanya, seperti menyentuh, mencium, mendengarkan untuk mengetahui sifat sifat objek. Dari pengindraan tersebut anak memperoleh fakta-fakta, informasi, dan pengalaman yang akan menajdi dasar untuk berpikir absarak. Jadi, bermain menjembatani anak dari berpikir konkret ke berpikir absrak. Penelitian Hoorn (1993) menunjukan bahwa bermain memiliki peran sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir logis, imajinatif, dan kreatif.

3. Kemampuan afektif

Setiap permainan memiliki aturan. Aturan akan diperkenalkan oleh teman bermain sedikit demi sedikit, tahap demi tahap sampai setiap anak memahami aturan bermain. Oleh karena itu, bermain akan melatih anak menyadari adanya aturan dan pentingnya mematuhi aturan. Hal itu merupakan tahap awal dari perkembangan moral.

4. Kemampuan bahasa

Pada saat bermain anak menggunakan bahasa, baik untuk berkomunikasi dengan temannya maupun sekedar menyatakkan pikirannya. Sering kita menjumpai anak kecil bermain sendiri mengucapakan kata kata seakan akan ia bercapak capak dengan diri sendiri. Ia sebenarnya sedang “membahasakan” apa yang ada dalam pikirannya. Vygotsky dikutip dalam Slamet Suyanto (2005: 119) mengemukakan bahwa peristiwa seperti itu menggambarkan bahwa anak sedang dalam menggabungkan pikiran dengan bahasa menjadi satu kesatuan. Ketika anak bermain dengan temannya mereka saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa anak dan itu berarti secara tidak langsung anak belajar bahasa.


(41)

27 5. Kemampuan Sosial

Pada saat anak bermain anak berinteraksi dengan anak yang lain. Interaksi tersebut mengajarkan anak cara merespon, memberikan dan menerima, menolak atau setuju dengan ide dan perilaku anak yang lain. Hal itu sedikit demi sedikit akan mengurangi rasa egosentris anak dan mengembangkan kemampuan sosialnya.

c. Manfaat Bermain bagi Anak Usia Dini

Manfaat bermain menurut Mayke Sugiono (1995: 29-35) di dalam buku bermain, mainan, permainan yaitu antara lain

1. Manfaat bermain untuk perkembangan Aspek Fisik

Bila anak mendapatkan kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak menjadi sehat. Otot otot tubuh akan tumbuh dan menajdi kuat. Selain itu anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan. Anak juga dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan sehingga ia tidak merasa gelisah. Namun sebaliknya jika anak dian berjam jam lamanya, ia akan merasa bosan, tidak nyaman dan tetekan. Hal ini bisa diamati pada anak usia prasekolah memang pada umunnya aktif, banyak bergerak dan rentang perhatian masih terbatas. Sehingga guru perlu kreatif merancang variasi kegiatan di dalam maupun di luar kelas yang tidak membosankan umtuk anak.


(42)

28

2. Manfaat Bermain untuk perkembangan aspek motorik kasar dan motorik halus Saat dilahirkan, seorang bayi tidak berdaya karena ia belum mamou menggunakan anggota tubuhnya untuk dimanfaatkan kepentingan dirinya. Bayi yang baru lahir hanya dapat menangis sambil menggerak gerakan tangan kakinya. Pada usiua 3 bulan, ia mulai belajar meraih mainan yang ada ditempat tidurnya, ia b3elajar untuk mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan. Usia sekitar 1 tahun misalnya anak sedang memainkan pensil untuk membuat coretan coretan. Secara tidak langsung ia belajar melakukan gerakan gerakan motrorik halus yang yang diperlukan untuk menulis. Usia sekitar 2 tahun ia sudah mampu mebuat coretan coretan benang kusut, setelah usia 3 tahun berhasil membuat garis lengkung. Usia 4 dan 5 tahun mulai belajar gabungan dari bentuk bentuk geometri misalnya menggambar orang, rumah dan lain lain. Aspek motorik kasar yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain, misalnya kejar kejaran menangkap temannya.

3. Manfaat bermian untuk perkembangan aspek sosial

Teman sepermainanya yang seusia dengannya, anak akan belajar berbagi hak milik, menggunakan mainan secara bergilir, melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang sudah dibina, mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi dengan reman. Ia juga berkomunikasi dengan sesama teman baik dalam hal mengemukakan isi pikiran dan perasaan maupun memahami apa yang diucap oleh teman tersebut, sehingga hubungan dapat terbina dan saling bertukar informasi. Bermain peran sebagai media bagi anak untuk mempelajari budaya setempat, peran peran sosial dan peran jensi kelamin yang berlangsung di dalam


(43)

29

masyarakat. Melalui bermain peran anak juga belajar berlaku sebagai orang tua, guru dokter, dan lain lain. Sehingga anak anak dapat mengetahui tugas masing masih peran.

4. Manfaat bermain untuk perkembangan emosi atau kepribadian

Bagi anak bermain adalah sesuatu kebutuhan yang sudah ada dengan sendirinya (inherent) dan sudah terberi secara alamiah. Melalui bermain, seorang anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya karena banyaknya larangan yang ia alami dalah hidup sehari hari. Sekaligus dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan dan dorongan dorongan dari dalam diri yang tidak terpuaskan dalam kehidupan nyata. Dari kegiatan bermain yang dilakukan bersama sekelompok teman, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan kelebihan yang ia miliki sehingga dapat membantu membentuk konsep yang positif, mempunyai rasa percaya diri dan harga diri karena ia merasa mempunyai kompetenis tertentu. Anak akan belajar bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku agar dapat berkerja sama dengan teman teman, bersikap jujur, murah hati dan sebagainya.

5. Manfaat Bermain untuk perkembangan aspek kognisi

Aspek Kognisi adalah sebagai pengetahuan yang luas dan daya nalar anak, kreativitas (daya cipta), kemampuan berbahasa, serta daya ingat. Banyak konsep dasar yang bisa dipelajari atau diperoleh anak prasekolah melalui bermain. Pada usia prasekolah perlu menguasai berbagai konsep konsep seperti warna, bentuk, arah, besaran, dan lain lain. Pengenalan konsep konsep tersebut dilakukan sambil bermain, maka anak akan merasa senang, tanpa ia sadari ia sudah banyak belajar.


(44)

30

Misalnya memperkenalkan warna, ukuran bisa menggunakan kegiatan bermain memancing ikan yang terdiri dari macam macam warna dan ukuran. Selain itu anak juga dapat belajar macam macam hal mulai dari bercerita, gambar gambar yang ia lihat, menonton tivi, menjelajahi lingkungan sekitarnya sehingga hal hal yang tidak ia peroleh di rumah atau disekolah dapat dipenuhi dengan pengalamannya yang ia peroleh. Kreativitas dapat dikembangkan melalui percobaan serta pengalaman yang ia peroleh melalui bermain.

6. Manfaat Bermain untuk mengasah ketajaman pengindraan

Pada anak prasekolah ketajaman atau kepekaan penglihatan dan pendengaran sangat perlu untuk dikembangkan karena akan membantu anak agar lebih mudah belajar mengenal dan mengingat bentuk bentuk atau kata kata yang akhirnmya memudahkan anak untuk belajar membaca, menulis dikemudian hari. Kepekaan penglihatan dan pengindraan dapat dilatih sejak dini, misalnya bayi dimulai melalui permainan krincing, musik bokali yang menimbulkan macam macam suara. Membacakan cerita, mengajak berbicara, mendengarkan lagu yang dinyanyikan ibu akan membuat anak belajar memperhatikan dan mengingat cerita tertentu. Pada usia prasekolah anak dapat mengamati bentuk, ukuran, warna, besaran misalnya alat alat permainan edukatif atau memainkan benda seperti rumah tangga. Melalui bermain air yang diisi kedalam bermacam macam tempat maka ia dapat mengamati perubahan bentuk air juga volume air.


(45)

31

Bila seorang anak tubuhnya sehat, kuat, cekatan, melakukan gerakan gerakan baik belari, meniti, bergelantungan, melompat, menendang, melempar serta menangkap bola maka ia lebih siap menekuni bidang olehraga tertentu.

Demikian pula hal dengan kegiatan menggiring bola. Untuk kegiatan menggiring bola, diperlukan gerakan gerakan cekatan, lentur, tidak canggung yakin apa yang dilakukan sehingga ia bisa menggiring bola tanpa merasa takut. Yang terpenting adalah anak menyukai dan senang pada kegiatan tersebut yang nantinya dapat dikembangkan sesuai dengan minat, bakat masing masing anak. 3. Konsep Menggiring Bola

Toho Cholik M (1997: 74) mengumakakn bahwa bermain dengan menggunakan bola adalah suatu jenis permainan paling menarik suatu jenis permainan paling menarik diantara permainan yang menggunakan alat. Entah itu menggunakan bola kecil seperti kasti soft ball. Dalam permainan bola, ada sejumlah keterampilan dasar yang bersifat umum yang digunakan dalam memainkan sebuah bola

Keterampilan keterampilan tersebut antara lain : a. Menggontrol bola

Menggontrol bola adalah kemampuan menguasai mengendalikan dan menggarahkan bola sehingga bola itu dapat dimainkan sesuai dengan yang diinginkan. Anak dapat menggontrol bola dengan baik biasanya menjadi pemain yang baik pula. Pemain yang demikian ini dapat mengendalikan atau mengatur bola yang berpenagruh pada irama suatu permainan. Beberapa bentuk ketrampilan mengontrol bola antara lain :


(46)

32 1) Dribbling (menggiring) dengan kaki 2) Dribbling mengikuti garis lurus 3) Dribbling dengan mengubah arah

4) Dribbling menggunakan kaki secara bergantian, dan merubah arah 5) Dribbling dengan mengubah kecepatan dan arah.

b. Menggiring Bola (Dribbling)

Sucipto, dkk., (2000: 28) mengemukakan bahwa pada dasarnya menggiring bola adalah menendang terputus putus atau pelan pelan, oleh karena itu bagian kaki dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Menggiring bola bertujuan antara lain mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan dan menghambat permainan.Aip Syarifuddin (1993: 15) mengumakakan bahwa teknik dasar menggiring bola adalah cara membawa bola dengan menggunakan kaki, dengan tujuan agar bola yang ditendang (dioper) atau dimasukan ke gawang akan lebih dekat. Selain itu, merupakan salah satu cara untuk menyelematkan bola, bila tidak ada kemungkinan untuk dioperkan atau dimasukan kegawang lawan dengan segera.

Berdasarkan pengertian menggiring bola menurut beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa menggiring bola merupakan salah satu keterampilan dasar sepak bola yang menggunakan bagian kaki atau menggulirkan bola terus menerus sambil berlari membawa bola dengan cepat kesegala arah baik depan maupun belakang dengan kelenturan tubuh.


(47)

33 a. Langkah-langkah Menggiring Bola

Aip Syarifuddin (1993 :15) mengemukakan teknik menggiring bola (dribbling) antara lain :

1. Teknik dasar menggiring bola adalah cara membawa bola dengan menggunakan kaki, dengan tujuan agar bola yang ditendang (dioper) atau dimasukan ke gawang akan lebih dekat. Selain dari itu, merupakan salah satu cara untuk menyelematkan bola, bila tidak ada kemungkinan untuk dioperkan atau dimasukan kegawang lawan dengan segera

2. Pada waktu menggiring bola, bola harus tetap berada dalam penguasaan dan penggontrolan. Setiap pemain harus dapat mencurahkan perasaan kakinya pada bola, sehingga pandangan dapat dipergunakan untuk melihat keadaan kawan dan lawan.

3. Pada waktu menggiring bola setiap pemain dapat bertindak cepat dan tepat, serta menggunakan berbagai variasi seperti menggubah arah, berhenti dengan tiba tiba maupun melakukan gerakan kecepatan dengan secara tiba tiba.

4. Pelaksanaan menggiring bola, baik dalam latihan maupun dalam pertandingan dapat dilakukan menggunakan kaki bagian dalam, punggung kaki, kaki luar atau pun dengan telapak kaki.

5. Cara menggiring dapat dilakukan dengan cara, seperti menggiring bola lurus sambil bolak balik (zig-zag) baik melewati rintangan maupun tidak.

6. Sikap dan keadaan badan pada waktu menggiring bola hampir sama dengan waktu menendang bola, hanya kaki yang dipergunakan untuk menggiring bola harus selalu dekat bola.


(48)

34

Sucipto, dkk., (2000: 28) berpendapat bahwa macam macam menggiring bola antara lain :

a. Menggiring bola dengan kaki bagian dalam.

Gambar 1. Menggiring bola menggunakan kaki dalam 1) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi menendang bola.

2) Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak ditarik kebelakang hanya diayunkan ke depan.

3) Diupayakan setiap melangkah, secara teratur bola disentuh atau didorong bergulir ke depan.

4) Bola bergulir harus selalu dekat dengan kaki dengan demikian bola dapat dikuasai.

5) Pada waktu menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk untuk mempermudah penguasaan bola.

6) Pada saat kaki menyentuh bola, pandangan ke arah bola dan selanjutnya melihat situasi lapangan.

7) Kedua lengan menjaga keseimbangan di samping badan. b. Menggiring bola dengan kaki bagian luar.

Sucipto, dkk., (2000: 30) mengemukakan bahwa pada dasarnya menggiring bola dengan kaki bagian luardigunakan untuk melewati atau


(49)

35

mengecoh lawan. Analisis menggiringbola dengan kaki bagian luar adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Menggiring bola mengunakan kaki luar

1) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi menendangdengan punggung kaki bagian luar.

2) Kaki yang digunakan menggiring bola hanya menyentuh atau mendorong bola bergulir ke depan.

3) Tiap melangkah secara teratur kaki menyentuh bola tetap dikuasai. 4) Kedua lutut sedikit ditekuk agar mudah untuk menguasai bola.

5) Pada saat kaki menyentuh bola pandangan ke arah bola, selanjutnya melihat situasi.

6) Kedua lengan menjaga keseimbangan di samping badan.

c. Sucipto, dkk., (2000: 31) mengemukakan bahwa menggiring bola dengan punggung kaki.

Menggiring bola dengan punggung kaki pada umumnya digunakan untuk mendekati jarak dan paling cepat dibandingkan dengan bagian kaki lainya. Anak-anak jarang menggunakan menggiring bola dengan punggung kaki.


(50)

36

Analisis menggiring bola dengan punggung kaki adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Menggiring bola dengan menggunakan punggung kaki

1) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi menendang dengan punggung kaki.

2) Kaki yang digunakan menggiring bola hanya menyentuh atau mendorong bola tanpa terlebih dahulu ditarik ke belakang dan diayun ke depan.

3) Tiap melangkah secara teratur kaki menyentuh bola.

4) Bola bergulir harus selalu dekat dengan demikian bola tetap dikuasai. 5) Kedua lutut sedikit ditekuk agar mudah menguasai bola.

6) Pandangan melihat bola pada saat kaki menyentuh,kemudian lihat situasi dan kedua lengan menjaga keseimbangan di samping badan.

D.Ciri-Ciri Anak Usia 4 - 5 Tahun

Snowman dalam buku Soemiarti Patmonodewo (2003: 32-33) ciri Anak Prasekolah mengemukakan ciri ciri anak pra sekolah 3-6 tahun yang biasa ada di TK. Ciri ciri yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial emosional dan kognitif anak antara lain :

a. Anak prasekolah umumnya sangat aktif mereka telah memiliki penguasaanterhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan


(51)

37

sendiri. Berikan kesempatan kepada anak anak untuk lari, memanjat dan melompat.

b. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan anak membutuhkan istirahat yang cukup. Sering kali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. c. Otot otot besar anak pra sekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti mengikat tali sepatu.

d. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada objek objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan dan mata masih kurang sempurna.

e. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya berhati hati bila anak berkelahi dengan temannya, sebaiknya dilerai.

f. Walaupun anak lelaki lebih besar, dan anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaliknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak trampil.

Sumatri (2005: 19) mengemukakan bahwa pada usia antara 4 - 5 tahun, biasanya mereka sudah mampu membuat gambar yaitu kepala dan ditambah pulatan kecil sebagai mata, hidung, mulut dan telinga. Kemudian ditarik garis-garis dengan maksud menggambar badan, kaki dan tangan. Kellog dikutip dalam buku Sumantri (2005: 19) mengemukakan bahwa anak pada usia 4 - 5 tahun adalah periode perkembangan artistik yang biasanya disebut tahap gambar,


(52)

38

gambar dibuat anak sifatnya tidak lagi abstrak tetapi telah menunjukan apa yang ada disekitarnya.

Sumantri (2005: 19) mengemukakan bahwa perkembangan motorik kasar anak usia 4 tahun telah memiliki ketrampilan yang lebih baik, anak mampu melambungkan bola, melompat dengan satu kaki, telah mampu menaiki tangga sekaligus beraktivitas melompat tali. Pada usia 6 tahun umumnya anak sudah mampu mengendarai sepeda roda dua. Anak laki laki dan perempuan dapat berlari sama cepatnya dan keduanya sama sama mampu melempar dengan sasaran yang tepat.

Steinberg, Hughes dan Piaget dalam buku Anggani Sudono (2001 :48) mengemukakan bahwa, ciri ciri perkembangan fisik antara lain :

1. Ciri ciri anak usia empat tahun

a. Spontan dan selalu aktif, tidak pernah berhenti bergerak b. Tidak mengetahui kanan-kiri

c. Menunjukan peningkatan yang cukup jelas dalam penggunaan alat manipulasi dan kontruktif

d. Memulai membuat desain dan bentuk bentuk huruf dalam lukisannya e. Bereksperimen dalam jari, tangan, dan lengan

f. Memunggut benda dengan tangan yang bukan dominan dan memindahkannya ke tangan yang dominan

g. Dapat menyanyi lagu yang sederhana h. Lari berjingkat dengan satu kaki i. Berdiri di atas kaki selama 4-8 menit j. Dapat mengikat tali sepatu

2. Ciri ciri anak usia lima tahun antara lain

a. Gerakannya lebih tangkas, berjalan dan melangkah lebih tegap b. Memungut alat tulis dengan tangan yang dominan

c. Dapat menulis nama sendiri

d. Menulis bilangan maupun huruf dengan ukuran besar e. Berdiri dengan satu kaki selama lebih dari delapan detik f. Melepas dan memakai baju tanpa bantuan

g. Lari berjingkat dengan dua kaki bergantian

h. Menatap dengan tak berkedip adalah gerakan mata pada usia ini i. Mampu nyanyi dengan suara yang jelas


(53)

39 k. Dapat mengikat tali sepatu.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa ciri ciri fisik anak usia 4 - 5 tahun adalah anak sudah mampu melakukan gerakan gerakan fisik berupa aktivitas gerak yaitu berlari, melompat, meloncat, mendaki, lompat tali, menyepak, melempar bola, menangkap bola, memantul bola, memukul.

E. Kerangka Pikir

Gerak manipulatif adalah gerakan yang dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam macam objek. Kemampuan ini lebih melibatkan tangan dan kaki dan koordinasi mata. Bentuk kemampuan manipulatif terdiri dari gerakan menggiring bola, menendang bola. Berdasarkan observasi pada kelompok A di TK ABA Telogolelo pentingnya peningkatan gerak manupaltif pada anak usia dini, sudah seharusnya guru memaksimalkan perannya untuk turut mengembangkan beragam kebutuhan anak didik dalam proses peningkatan kemampuan gerak manipulatif. Tetapi pada kenyataan tidak sederhana apa yang tertuang pada teori.

Banyak permasalahan yang menjadi upaya pengembangan gerak manipulatif pada anak kurang optimal. Untuk dapat meningkatkan gerak manipulatif anak, peneliti dan guru memilih kegiatan menggiring bola untuk meningkatkan gerak manipulatif anak. Kegiatan menggiring bola merupakan salah satu keterampilan dasar bermain sepak bola yang menggunakan bagian kaki atau menggulirkan bola terus menerus sambil berlari membawa bola dengan cepat kesegala arah baik depan maupun belakang dengan kelenturan tubuh. Kegiatan menggiring bola diadakan dengan menggiring bola sejauh 6 meter dan merubah


(54)

40

arah kembali ke tempat semula sesuai intruksi. Diharapkan kegiatan tersebut gerak manipulatif anak akan meningkat dengan optimal melalui menggiring bola. Ciri ciri fisik anak usia 4 - 5 tahun adalah anak sudah mampu melakukan gerakan gerakan fisik berupa aktivitas gerak yaitu berlari, melompat, meloncat, mendaki, lompat tali, menyepak, melempar bola, menangkap bola, memantul bola, memukul dan menggiring bola.

Gambar 4. Bagan Kerangka Pikir Guru belum menerapkan kegiatan menggiring bola untuk meningkatkan gerak manipulatif Kemampuan gerak manipulatif melalui kegiatan menggiring bola anak dalam meningkatkan gerak manipulatif masih Kondisi Awal

Menerapkan

kegiatan menggiring bola dengan pola lurus untuk

meningkatkan gerak manipulatif

Tindakan Guru menerapkan menggiring bola untuk meningkatkan gerak manipulatif anak Kemampuan gerak manipulatif melalui kegiatan menggiring bola anak dalam meningkatkan gerak manipulatif meningkat Kondisi Akhir Hasil Gerak manipulatif k i k t


(55)

41 F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah melalui menggiring bola dapat meningkatkan gerak manipulatif pada anak kelompok A di TK ABA Tlogolelo Hargomulyo Kokap Kulon progo.


(56)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian pelakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut. Suharsimi Arikunto (2015: 1-2) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, yang dilakukan PTK di kelasnya untuk meningkatkan kualitas belajarnya.Wijaya Kusumah (2010: 9) mengatakan bahwa, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam Siklus yang bertahap dan berkelanjutan samapai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhardjono (dalam Suharsimi Arikunto, 2008: 73), bahwa PTK dilaksanakan dalam bentuk Siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.


(57)

43

Maka dapat disimpulkan bahwa PTK peneliti dan guru dapat memperbaiki praktik-praktik pembelajaran menjadi lebih efektif melalui penelitian tindakan kelas. Peneliti terlibat langsung dalam proses sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian sejak perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitian.

B.Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini seluruh anak kelompok A ABA Telogolelo Hargomulyo Kokap Kulon Progo, yang berjumlah 19 anak, yang terdiri dari 13 anak perempuan dan 6 anak laki laki. Dalam penelitian ini dilakukan secara klasikal yang diikuti oleh seluruh anak.

C.Setting Penelitian

1. Tempat

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kelompok A TK ABA Tlogolelo Kokap Kulon Progo yang beralamat Hargomulyo Kokap Kulon Progo. Setting penelitian ini adalah suasana pembelajaran di lapangan TK ABA Tlogolelo Kokap Kulon Progo. Tempat penelitian ini hanya menggunakan panjang 6 meter dan lebar 4 meter

2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Mei pada Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.


(58)

44 3. Desain Penelitian

Ada beberapa model penelitian tindakan kelas yaitu terdiri dari empat macam model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, Kemmis dan Mc Taggart, John Elliot, Ebbut, dan Mc. Kernan. Model PTK yang dikembangakan oleh beberapa ahli memiliki karakteristik dan ciri khas masing-masing.

Penelitian tindakan kelas ini, peneliti memilih model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Wijaya Kusuma (2010: 20) mengemukakan model PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin. Hanya saja komponen acting (tindakan ) dan observing(pengamatan ) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa penerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begtu pula observasi juga harus dilaksanakan. Berikut yang dikemukakan bentuk desainnya (Kemmis & McTaggart, 1990:14) dalam buku Wijaya Kusuma (2010: 20)

Keterangan Gambar :

a. Perencanaan (Plan)

b. Tindakan dan Observasi (Act & Observe) c. Refleksi (Reflect)


(59)

45

Alur pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: perencanaan tindakan, pelaksanaan dan pengamatan tindakan, refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Berikut uraian alur tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan yang dilakukan merupakan tindakan untuk meningkatkan kemampuan pada anak dalam gerak manipulatif melalui menggiring bola. Peneliti dan guru kelas merencanakan apa saja yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi dikelas berdasarkan hasil pengamatan awal. Tindakan selanjutnya peneliti dan guru kelas merancang kegiatan pembelajaran untuk mengatasi permasalahan dalam meningkatkan kemampuan gerak manipulatif melalui menggiring bola. Peneliti dan guru kelas menentukan waktu pelaksanaan penelitian dan membuat Rencana Kegaiatan Harian (RKH) yang sesuai dengan kegiatan yang akan dijadikan penelitian. Berikutnya menyusun dan mempersiapkan lembar observasi dan alat pendokumentasian kegiatan pembelajaran. Peneliti dan guru kelas juga mempersiapkan peralatan dan tempat yang digunakan dalam penelitian.

2. Tindakan (Action) dan Observasi

Tindakan untuk penelitian ini mempergunakan panduan dari perencanaan yang telah dibuat, namun bersifat terbuka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi saat pelaksanaan penelitian. Guru kelas saat penelitian berperan sebagai pelaksana dan peneliti sebagai pengamat. Pelaksanaan kegiatan sesuai Rencana Kegiatan Harian yang dipersiapkan peneliti. Peneliti dan guru kelas bekerjasama


(60)

46

mengamati dan mengobservasi anak ketika bermain, selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamatan dan observasi dilakukan oleh peneliti selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Peneliti mengamati kegiatan pembelajaran baik di dalam kelas atau di luar kelas khususnya dalam kegiatan menggiring bola. Pengamatan yang dilakukan bertujuan untuk mengamati kesesuaian antara rencana dan aktivitas guru serta anak-anak dalam melakukan kegiatan KBM, minat dan perilaku anak ketika melaksanakan proses pembelajaran. Observasi dilakukan sesuai instrumen yang dibuat oleh peneliti dan telah disetujui. Observasi dilakukan peneliti dan guru kelas sebagai pelaksana. 3. Refleksi

Refleksi adalah suatu kegiatan untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan. Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis kemudian dilakukan refleksi. Refleksi dilakukan melalui diskusi untuk memberikan penilaian proses yang sudah dilakukan, permasalahan yang muncul dan hal-hal yang berhubungandengan tindakan yang dilakukan. Selanjutnya peneliti mencari solusi dari permasalahan yang mungkin timbul dan perbaikan untuk siklus berikutnya.

Pada intinya langkah-langkah PTK model Kemmis dan Mc Taggart berupa siklus yang terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengamatan (observasi), dan refleksi yang dipandang sebagai satu siklus. Setelah peneliti dan guru mengkaji, menganalisis, dan mengevaluasi pada Siklus I, peneliti dan guru berkerjasama lagi untuk menindaklanjuti dengan


(61)

47

melakukan penelitian di Siklus II. Setelah dilakukan Siklus II akan diketahui apakah pada Siklus II sudah maksimal atau belum.

D.Metode Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (2005: 100) menyatakan bahwa metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara mencari dan mengumpulkan informasi yangdibutuhkan oleh peneliti, agar memperoleh data yang sesuai dengan harapan. Suharsimi Arikunto (2006 :150) mengemukakan bahwa ada beberapa jenis metode atau instrumen pengumpulan data yaitu: tes, angket atau kuisioner, wawancara, observasi, rating scale, dan dokumentasi. Pada penelitian ini peneliti memilih dua metode untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk mengetahui kemampuan menggriring bola yaitu:

1. Observasi

Wijaya Kusuma, dkk (2010: 66) mengemukakan pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana pengamat melihat situasi penelitian. Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi atau interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok.

Penelitian ini peneliti menggunakan metode participant observer, participant observer merupakan suatu metode observasi dimana observer atau peneliti mempunyai hubungan interaksi yang baik dengan pihak yang diamati, ikut serta dalam berbagai kegiatran yang dilakukan oleh pihak yang diamati dan segera mencatatkan apa yang terjadi dalam catatan lapangannya. Hasil observasi


(62)

48

yang dilakukan peneliti adalah masih rendahnya kemampuan gerak manipulatif melalui kegiatan menggiring bola. Hal ini terlihat ketika peneliti mengobservasi bermain sepak bola banyak kesulitan kesulitan yang terjadi mengenai aspek kecepatan, kelincahan, koordinasi mata dan kaki. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan kegiatan menggiring bola sebagai media pembelajaran untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak manipulatif. Alat yang digunakan bola berukuran medium, stopwacth, 6 buah pancang (kayu), peluit, meteran.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pencarian data mengenai variabel yang dapat berupa catatan, gambar-gambar, video, yang dapat digunakan sebagai data dalam hasil pengamatan .Suharsimi Arikunto (2010: 201) mengemukakan bahwa di dalam melakukan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda benda tertulis seperti buku buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen, rapat dan catatan harian.Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa RKH, foto-foto kegiatan anak yang dapat menggambarkan perkembangan anak.

E.Instrumen Penelitian

Suharsini Arikunto (2002: 136) mengemukakan bahwa instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah dioleh . Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk melihat seberapa keberhasilan kemampuan gerak manipulatif melalui menggiring bola dengan jarak yang sudah ditentukan memberikan dampak terhadap peningkatan kemampuan gerak manipulatif.


(63)

49

Pada penelitian ini menggunakan instrumen pokok, yaitu panduan observasi dalam kemampuan gerak manipulatif dan kegiatan menggiring bola. Berikut ini tabel kisi-kisi observasi penilaian kemampuan gerak manipulatif melalui kegiatan menggiring bola. Variabel yang diteliti melipuri kemampuan gerak manipulatif dan kegiatan menggiring bola.

Tabel 1. Kisi kisi Observasi Penilaian Kemampuan gerak manipulatif melalui kegiatan menggiring bola.

Variabel Sub Variabel Indikator

Kemampua n Gerak Manipulatif

Kemampuan anak menguasai suatu objek yang melibatkan koordinasi mata dan kaki. Samsudin (2008: 8)

• Anak mampu

mengendalikan bola menggunakan koordinasi mata

dan kaki sehingga terarah sejauh 6 meter kemudian kembali ke tempat semula (12 meter) dengan lintasan lurus. Kegiatan

Menggiring Bola

Kemampuan anak mampu menggiring bola.

•Kecepatan adalah kemampuan untuk menggerakan tubuh dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang secepat mungkin. Rusli Lutan (2001: 63-72)

•Kelincahan adalah kemampuan untuk menggerakan badan atau mengubah arah secepat mungkin. Rusli Lutan (2001: 63-72)

•Koordinasi gerak : kemampuan yang mencakup dua atau lebih kemampuan perspektual pola-pola gerak. Bambang Sujiono,dkk (2008: 7.3)

•Anak mampu menggulirkan bola dengan cepat sejauh 6 meter kemudian kembali ke tempat semula (12 meter) dengan lintasan lurus

• Anak mampu

menggulirkan bola secara terarah dan cepat sejauh 6 meter kemudian kembali ke tempat semula (12 meter) dengan lintasan lurus

•Anak mampu menggulirkan bola secara terarah dengan koordinasi mata dan kaki sejauh 6 meter kemudian kembali ke tempat semula (12 meter) dengan lintasan lurus.


(64)

50 F. Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya dalamproses penelitian adalah menganalisis data. Kegiatan mengklasifikasikan,menganalisa dan menarik kesimpulan dari semua data yang terkumpul dalamtindakan disebut sebagai langkah menganalisis data. Analisis data diwakili olehrefleksi putaran penelitian tindakan. Dengan melakukan refleksi peneliti akanmemiliki wawasan otentik yang membantu dalam menafsirkan data penelitian.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptifkualitatif dan kuantitaf yakni menggambarkan data menggunakan kalimat untuk memperoleh keterangan yang jelas dan terperinci sedangkan deskriptif kuantitatif untuk mengetahui persentase kemampuan gerak manipulatif anak.

Hasil yang diperoleh dari observasi pembelajaran akan dianalisis, sebagai bahan untuk menentukan tindakan berikutnya. Disamping itu seluruh data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan dan tindakan yang dilakukan menggunakan rumus yang telah dikemukakanoleh Ngalim Purwanto (2008:120):

Keterangan :

NP : nilai persen yang dicari/ diharapkan R : skor mentah yang diperoleh

SM : skor maksimum ideal dari nilai yang ada 100% : konstanta


(65)

51

Suharsimi Arikunto (2005: 44) mengemukakan bahwa kriteria keberhasilan berupa persentase kesesuaian, yaitu :

a. Kesesuaian kriteria (%) : 0 - 20 = Kurang sekali b. Kesesuaian kriteria (%) : 21 – 40 = Kurang c. Kesesuaian kriteria (%) : 41 – 60 = Cukup d. Kesesuaian kriteria (%) : 61 – 80 = Baik

e. Kesesuaian kriteria (%) : 81 – 100 = Sangat Baik H. Indikator Keberhasilan

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang ada pada anak kelompok A di TK ABA Tlogolelo. Untuk mengevaluasi adanya dampak positif dari hasil tindakan diperlukan kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebelum tindakan. Peneliti dan guru menyepakati bahwa kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila 81% dari jumlah anak mendapat nilai dengan kriteria sangat baik.


(66)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian a. Lokasi Penelitian

TK ABA Tlogolelo terletak di Dusun Tlogolelo, Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo. TK ini berdiri sejak tahun 1969. Visi dari TK ABA Tlogolelo adalah “Terwujudnya peserta didik yang berakhlak mulia, sehat, cerdas, mandiri berdasarkan iman dan taqwa”. Secara geografis, disebelah barat, timur dan selatan adalah sawah milik warga dan di sebelah utara berbatasan langsung dengan SD Muhammadiyah Tlogolelo.

Jumlah ruang kelas di TK ini ada tiga, satu untuk TK Kelompok A, satu kelas untuk TK Kelompok B1 dan satu kelas untuk TK B2. Jumlah seluruh anak di TK ini adalah 57 anak yang terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok A berjumlah 19 anak, kelompok B1 berjumlah 17 anak dan kelompok B2 berjumlah 21 anak. Guru yang mengampu di TK ini berjumlah 5 orang termasuk kepala sekolah. Latar belakang pendidik tidak berasal dari Pendidikan Anak Usia Dini. Hanya satu guru yang berasal dari PAUD yaitu kepala sekolah serta merangkap sebagai pendidik. RKH yang digunakan TK ABA Tlogolelo menggikuti dinas dan tidak mengembangkan RKH tersebut. Kegiatan RKH tidak sesuai dengan yang ada dilapangan. Guru cederung menggunakan lembar LKA sebagai kegiatan sehari-hari. Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di TK ini adalah menari, baca iqra’


(67)

53

dan drumb band. Sarana prasarana permainan terdiri dari permainan outdoor dan permainan indoor. Bermacam-macam permainan outdoor berada di teras dan halaman sekolah yang cukup luas seperti bola dunia, jungkat-jungkit, ayunan, perosotan, kereta ayun, dan sebagainya. Permainan indoor tertata rapi di dalam kelas seperti balok, miniatur benda untuk mengenalkan macam-macam profesi, dan sebagainya. Huruf abjad, huruf hijaiyah, dan lambang bilangan tertempel pada dinding-dinding kelas.

b. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini seluruh anak kelompok A ABA Tlogolelo Hargomulyo Kokap Kulon Progo, yang berjumlah 19 anak, yang terdiri dari 13 anak perempuan dan 6 anak laki laki.

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan 1) Pra Tindakan

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti melakukan pengamatan terhadap kemampuan awal gerak manipulatif anak melalui kegiatan menggiring bola. Kegiatan awal dalam tindakan kelas ini adalah melakukan observasi pada proses pembelajaran menggiring bola di kelompok A. Observasi dilakukan pada tanggal 13 Mei 2016. Tema pembelajaran pada saat observasi adalah Alam Semesta dengan sub tema gejala alam.Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan kegiatan menggiring bola dengan lintasan lurus tetapi tanpa adanya pengarahan khusus bagi anak. Hasil persentase dari pra tindakan ini nantinya akan dibandingkan dengan persentase yang diperoleh sesudah adanya tindakan. Dengan adanya perbandingan tersebut diharapkan peningkatan kemampuan gerak


(68)

54

manipulatif melalui kegiatan menggiring bolaanak di TK ABA Tlogolelo anak akan lebih jelas suatu peningkatan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap seluruh anak diperoleh hasil observasi pra tindakan kemampuan gerak manipulatif melalui kegiatan menggiring bolaanak TK ABA Tlogolelo.

Tabel 2. Hasil Observasi Pra Tindakan Kemampuan Gerak Manipulatif melalui kegiatan Menggiring Bola dalam Persentase

No Aspek yang diamati Skor Jumlah anak Persentase

12. Kecepatan 4 2 15,38%

3 1 7,69%

2 10 76,92%

1 0 0

2. Kelincahan 4 2 15,38%

3 1 7,69%

2 10 76,92%

1 0 0

3. Koordinasi Mata-Kaki 4 2 15,38%

3 1 7,69%

2 10 76,92%

1 0 0

Jumlah 56,54%

Perolehan data di atas dapat diketahuan bahwa pencapaian kemampuan gerak manipulatif melalui kegiatan menggiring bola anak di TK ABA Tlogolelo masih rendah dan masuk dalam kriteria cukup. Hal itu dapat terlihat dari banyaknya anak yang memperoleh skor dua.

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari hasil pra tindakan kemampuan gerak manipulatif melalui kegiatan menggiring bola di TK ABA Tlogolelo pada aspek kecepatan skor yang paling banyak didapat adalah skor 2 dengan kriteria anak dapat menggiring bola dengan waktu lebih 24 detik dan


(69)

55

kurang mampu melewati jarak 6 meter serta belum mampu mengikuti intruksi guru dengan benar berjumlah 10 anak dengan persentase 76,92%. Masih banyak anak yang masih ragu-ragu untuk menggiring bola dan anak masih didampingi guru untuk menggiring bola sehingga waktu yang diperlukan untuk menggiring bola lebih banyak. Sedangkan aspek kecepatan yang kriteria baik dengan skor 3 hanya berjumlah 1 anak dengan persentase 7,69% anak mampu menggiring bola dengan waktu 22,01-24 detik dan mampu melakukan intruksi dengan benar. Skor yang memperolah 4 hanya berjumlah 2 anak dengan persentase 15,38% kriteria anak mampu menggiring bola dengan waktu kurang dari 22 detik dan mampu melakukan intruksi dengan benar.

Aspek kelincahan, skor yang paling banyak didapat oleh anak adalah 2 berjumlah 10 anak dengan persentase 76,92%. Anak belum mampu melaksanakan intruksi dari guru dengan benar dan anak belum mampu menggulirkan bola terus menerus sambil berlari membawa bola dengan cepat dan terarah. Sehingga anak masih banyak yang menendang bola dari pada mengiring bola, dan anak belum terarah ketika membawa bola. Sedangkan anak yang mendapatkan skor 3 berjumlah 1 dengan persentase 7,69%. Hal ini terlihat ketika anak mulai mampu melakukan intruksi guru dengan benar dan anak mampu menggulirkan bola terus menerus sambil berlari membawa bola dengan cepat dan terarah. Skor yang memperolah 4 hanya berjumlah 2 anak dengan persentase 15,38% kriteria mampu melakukan intruksi guru dengan benar dan anak mampu menggulirkan bola terus menerus sambil berlari membawa bola dengan sangat cepat dan terarah.


(70)

56

Aspek koordinasi gerak mata-kaki yang telah memperoleh skor 4 berjumlah 2 anak dengan persentase 15,38% dengan kriteria mampu melakukan intruksi guru dengan benar dan anak mampu mengkoordinasikan gerakan mata dan kaki hal ini terlihat saat anak tampak fokus ketika membawa bola sambil lari sehingga bola mudah dikendalikan dan terarah. Kemudian aspek kecepatan, kelincahan, koordinasi mata dan kaki yang memperoleh skor 3 berjumlah 1 dengan persentase 7,69%. Anak mampu melakukan intruksi guru dengan benar dan anak mampu mengkoordinasikan gerakan mata dan kaki hal ini terlihat, anak tampak fokus ketika membawa bola sambil lari sehingga bola mudah dikendalikan dan agak tidak terarah. Sedangkan anak yang memperolah skor 2 berjumlah 10 anak dengan nilai persentase 76,92%. Skor ini lebih banyak diperoleh karena anak belum mampu melakukan intruksi guru dengan benar dan anak belum mampu mengkoordinasikan mata-kaki dengan baik sehingga ketika anak menggulirkan bola sambil lari anak belum fokus dan bola sulit untuk dikendalikan sehingga belum terarah.

Berdasarkan data pra tindakn tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan gerak manipulatif melalui kegiatan menggiring bola anak pada aspek kecepatan, kelincahan, koordinasi mata dan kaki belum berkembang dengan optimal. Hal itu terbukti dengan persentase anak yang masih rendah dalam memperoleh skor 4.

Berdasarkan rata-rata persentase 56,54% dengan kriteria cukup, maka hal ini menjadi suatu landasan peneliti dalam melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan gerak manipulatif melalui kegiatan menggiring bola dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai kemampuan gerak manipulatif pada


(1)

145

Lampiran. Dokumentasi Proses Pembelajaran

Siklus I

Gambar 1. Guru memberikan apresepsi seperti menjelaskan sub tema hari ini dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Anak anak mendengarkan penjelasan guru tentang sub tema hari ini dan kegiatan menggiring bola yang akan dilaksanakan.

Anak sangat antusias dalam memperhatikan

Gambar 2. Guru menjelaskan langkah langkah menggiring bola dengan benar dan mencontoh menggiring bola. Anak anak memperhatikan penjelasan guru. Pada

saat guru menjelaskan masih ada beberapa anak yang tidak memperhatikan, sehingga guru memberikan pengulangan penjelasan


(2)

146

Gambar 3. Anak anak melakukan kegiatan menggiring bola satu persatu. Namun pada awalnya anak anak kurang percaya diri dalam menggiring bola. Kemudian

guru menemani setiap anak untuk menggiring bola. Pada gambar diatas menunjukan bahwa anak belum lincah dan terkoordinasi sehingga anak belum mampu menguasai bola dengan benar sehingga memerlukan waktu yang lama.

Gambar 4. Pada pertemuan kedua ini anak anak melakukan kegiatan menggiring bola satu persatu. Anak anak mulai percaya diri dalam menggiring bola. Anak anak tidak perlu didampingi guru ketika menggiring bola. Pada gambar diatas menunjukan bahwa anak mulai menunjukan lincah dan terkoordinasi sehingga anak sedikit mampu menguasai bola dengan benar sehingga memerlukan waktu


(3)

147

Gambar 5. Pada pertemuan ketiga ini anak anak melakukan kegiatan menggiring bola satu persatu. Anak anak percaya diri dalam menggiring bola. Guru mengkompetisikan antara dua anak untuk menggiring bola. Pada gambar diatas

menunjukan bahwa anak sangat antusias dan termotivasi.

Gambar 6. Guru mengakhirinya dengan bertanya jawab kegiatan tersebut dan berdoa kemudian istirahat.


(4)

148

Lampiran. Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus II

Gambar 1. Guru memberikan apresepsi seperti menjelaskan sub tema hari ini dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Anak anak mendengarkan penjelasan guru tentang sub tema hari ini dan kegiatan menggiring bola yang akan dilaksanakan.

Anak sangat antusias dalam memperhatikan

Gambar 2. Guru menjelaskan langkah langkah menggiring bola dengan benar dan mencontoh menggiring bola dengan pola zig zag sejauh 6 meter dengan. Anak

anak memperhatikan penjelasan guru. Pada saat guru menjelaskan masih ada beberapa anak yang tidak memperhatikan, sehingga guru memberikan


(5)

149

Gambar 3. Pada pertemuan pertama anak anak mencoba memperaktekan kegiatan menggiring bola satu persatu. Pada gambar diatas anak anak masih kurang paham dengan apa yang diintruksikan oleh guru. Sehingga anak cenderung menggiring

bola dengan pola lurus.

Gambar 4. Anak anak memperaktekan kegiatan menggiring bola satu persatu. Pada gambar diatas anak anak mulai paham dengan apa yang diintruksikan oleh


(6)

150

Gambar5. Pada pertemuan ketiga ini anak anak melakukan kegiatan menggiring bola satu persatu. Guru mengkompetisikan antara dua anak untuk menggiring

bola. Pada gambar diatas menunjukan bahwa anak sangat antusias dan termotivasi.

Gambar 6. Guru mengakhirinya dengan bertanya jawab kegiatan tersebut dan berdoa kemudian istirahat.