Deskripsi Teori KAJIAN TEORI DAN
penyampaian materi dengan cara yang begitu rupa sehingga motivasi siswa dapat dikembangkan dan diperkuat selama proses belajar.
Menurut Hamzah 2007: 23 motivasi belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi yaitu belajar yang membawa perubahan dan
hasil dari belajar. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan reinforced practice yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut harus disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan
aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur
yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: 1 adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2 adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3 adanya harapan dan cita-cita
masa depan; 4 adanya penghargaan dalam belajar; 5 adanya kegiatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang menarik dalam belajar; 6 adanya lingkungan belajar yang konduif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang
belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam a menentukan hal-hal yang dapat
dijadikan penguat belajar, b memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, c menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, d
menentukan ketekunan belajar. Kehendak atau keinginan untuk berhasil tidak hanya dalam
berhasil dengan nilai yang baik akan tetapi keinginan untuk berhasil dalam kehidupan juga merupakan dambaan setiap orang. Oleh karena itu,
motif semacam itu disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan, motif untuk memperoleh
kesempurnaan. Motif semacam itu merupakan unsur kepribadian dan perilaku manusia, sesuatu yang berasal dari “dalam” diri manusia yang
bersangkutan. Motif itu merupakan suatu kondisi internal atau disposisi internal kesiapsiagaan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif
pada saat tertentu. Seiring dengan pembedaan antara motif dan motivasi, terdapat ahli
psikologi yang lebih menekankan motivasi sebagai ciri kepribadian yang agak stabil dan tidak mudah berubah trait atau lebih memandangnya
sebagai keadaan mental atau internal sesaat yang dapat berubah-ubah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
state. Contoh ciri kepribadian yan stabil adalah kecenderungan seseorang untuk selalu menaruh perhatian besar pada makanan yang
disajikan. Ciri kepribadian dalam hal bermotivasi dapat menunjukkan variasi intraindividual yang besar, apalagi kalau ditinjau variasi
interindividual. Misalnya orang yang selalu tergerak secara kuat dalam usahanya untuk mencapai sukses maksimal berdasarkan kemampuan
yang dimilikinya achievement motivation, tetapi tidak begitu tergerak untuk membina hubungan akrab dengan orang lain affiliation
motivation , menguasai orang lain atau menggantungkan diri pada
pendapat orang lain. Dalam hal itu perlu diperhatikan bahwa tidak ada penyelesaian
suatu tugas dilatarbelakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil. Kadang-kadang seorang individu menyelesaikan suatu
pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindarkan kegagalan yang bersumber pada
ketakutan akan kegagalan itu.
3. Kualitas pelayanan dosen dan karyawan Menurut Yamit 2005: 7, membicarakan tentang pengertian atau
definisi kualitas dapat berbeda makna bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung pada konteksnya.
Banyak pakar di bidang kualitas yang mencoba untuk mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Beberapa
diantaranya yang paling populer adalah yang dikembangkan oleh tiga pakar kualitas tingkat internasional, yaitu W. Edward Deming, Philip
B. Crosby dan Joseph M.Juran. Deming: Mendefinisikan kualitas adalah apapun yang menjadi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Crosby: Mempersepsikan kualitas sebagai nihil cacat,
kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan. Juran: Mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian tehadap
spesifikasi. Menurut Tjiptono 1996:14 jasa adalah setiap tindakan atau
perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible tidak berwujud fisik dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak.
Dari beberapa disiplin ilmu seperti pemasaran, psikologi dan dan strategi bisnis mendefinisikan jasa pelayanan adalah sekelompok
manfaat yang berdaya guna baik secara eksplisit maupun implisit atas kemudahan untuk mendapatkan barang maupun jasa pelayanan.
Collier, 1987 memiliki pandangan lain dari kualitas jasa pelayanan ini, yaitu lebih menekankan pada kata pelanggan, pelayanan, kualitas
dan level atau tingkat. Pelayanan terbaik pada pelanggan excellent dan tingkat kualitas pelayanan merupakan cara terbaik yang konsisten untuk
dapat mempertemukan harapan konsumen standar pelayanan eksternal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan biaya dan sistem kinerja cara pelayanan standar pelayanan internal, biaya dan keuntungan Yamit, 2005: 22
Ada empat karakteristik pada jasa yang membedakan dengan barang keempat karakteristik tersebut meliputi Tjiptono, 1996:15:
a. Intangibility
Jasa merupakan suatu perbuatan, kinerja performance, atau usaha yang sifatnya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium, atau
didengar sebelum dibeli. Konsep intangible ini sendiri memiliki dua pengertian Berry dalam Enis dan Cox, 1998, yaitu:
1 jasa merupakan sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa.
2 jasa tidak mudah didefinisikan, diformulasikan, atau dipahami secara rohaniah.
Seseorang tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum menikmatinya sendiri. Mereka akan menyimpulkan kualitas jasa
dari tempat place, orang people, peralatan equipment, bahan- bahan komunikasi communication materials, simbol dan harga
yang mereka amati. Kesimpulan yang diambil para pelanggan akan banyak dipengaruhi oleh atribut-atribut yang digunakan perusahaan
jasa, baik atribut yang bersifat obyektif dan dapat dikuantitatifkan maupun atribut yang sangat subyektif dan bersifat perseptual.
b. Inseparability
Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Keduanya mempengaruhi hasil
outcome dari jasa tersebut. Dengan demikian, kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rekrutmen, kompensasi, pelatihan dan
pengembangan karyawannya. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah pemberian perhatian khusus pada tingkat
partisipasiketerlibatan pelanggan dalam proses jasa. c.
Variability Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized
out-put , artinya tidak banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis,
tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Ada tiga faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa
Bovee, Houston, dan Thill, 1995, yaitu kerjasama atau partisipasi pelanggan selama penyampain jasa, moralmotivasi karyawan
dalam melayani pelanggan, dan beban kerja perusahaan. d.
Perishability Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat
disimpan. Dengan demikian bila suatu jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja. Kondisi di atas tidak akan
menjadi masalah jika permintaanya konstan, tetapi kenyataanya permintaan pelanggan akan jasa umumnya sangat bervariasi.
Kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampainnya untuk
mengimbangi harapan pelanggan Tjiptono, 1996:59. Menurut Wyckof dikutip dari bukunya Tjiptono 1996:59, kualitas jasa adalah tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Jika jasa yang diterima
melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari pada
yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan
penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. Dimensi kualitas jasa yang dikembangkan Garvin dikutip dari
bukunya Tjiptono 1996:68, dimensi-dimensi tersebut adalah: a.
Kinerja performance adalah karakteristik operasi pokok dari produk inti
b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan features adalah
karakteristik sekunder dan pelengkap. c.
Kehandalan reability adanya kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai.
d. Kesesuaian dengan spesifikasi conformance to specification
adalah karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
e. Daya tahan durablity, mencakup umur teknis maupun ekonomis
f. Serviceability
meliputi keceptan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan.
g. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, misalnya
bentuk fisik mobil yang menarik, model dan seadanya. h.
Kualitas yang dipersepsikan perceived quality adalah citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atributciri- ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan
kualitasnya dari aspek harga, nama merk, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara pembuatnya.
Menurut Tjiptono 200: 54-55, pengukuran kualitas jasa dalam model SERVQUAL didasarkan pada skala multi-item yang dirancang
untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan, serta gap di antara keduanya dalam dimensi-dimensi utama kualitas jasa. Pada penelitian
awalnya, Parasuraman, et al. 1985 mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok, yakni reliabilitas, daya tanggap, kompetensi, akses, kesopanan,
komunikasi, kredibilitas, keamanan, kemamapuan memahami pelanggan dan bukti fisik. Namun pada penelitian berikutnya, ketiga
pakar ini Parasuraman, et al., 1988 merangkum sepeluh dimensi tersebut. Kompetensi, kesopanan, kredibiltas dan keamanan disatukan
menjadi jaminan assurance. Sedangkan akses, komunikasi dan kemampuan memahami pelanggan dikategorikan sebagai empati
empaty. Dengan demikian, ada lima dimensi utama sesuai urutan derajat kepentingan relatifnya:
a. Keandalan reliability, yakni kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.
b. Daya tanggap responsiveness, yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan
tanggap c. Jaminan assurance, mencakup pengetahuan, kompetensi,
kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.
d. Empati empathy, meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan pemahaman atas
kebutuhan individual para pelanggan. e. Bukti fisik tangibles, meliputi fasilitas fisik, perlengkapan
pegawai dan sarana komunikasi.
4. Ketersediaan Fasilitas Belajar Menurut Sanjaya 2001:51, sarana adalah segala sesuatu yang
mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah,
dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses
pembelajaran. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran. Sejalan dengan pendapat di atas Imran 1996:74 menekankan
bahwa sarana belajar yang dimiliki harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Ada keuntungan yang dimiliki oleh sekolah yang memiliki
kelengkapan sarana yaitu 2001:53: a. Dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar
b. Dapat memberikan berbagai plihan pada siswa untuk belajar, karena siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.
c. Kelengkapan sarana akan memudahkan siswa menentukan pilihan dalam belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas adalah segala sesuatu yang disediakan untuk mempermudah pencapaian tujuan.
Fasilitas yang dimiliki meliputi sarana yang diberikan sekolah maupun orang tua kepada anak dengan tujuan agar dapat menunjang kelancaran
belajar. Fasilitas belajar merupakan salah satu faktor ekstern yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Macam-macam
fasilitas belajar di rumah yang dibutuhkan oleh siswa meliputi: a. Peralatan sekolah
Peralatan sekolah merupakan segala sesuatu yang digunakan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar, seperti buku paket, buku tulis,
alat tulis dan sebagainya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Media Masa Media masa adalah sarana penunjang yang dibutuhkan siswa untuk
memperoleh pengetahuan umum. c. Meja Kursi belajar
Meja kursi disediakan agar siswa merasa lebih nyaman dalam kegiatan belajar
d. Ruang Belajar Ruang belajar adalah ruangan yang digunakan agar dapat belajar
dengan baik. e. Penerangan
Pencahayaan yang baik yang dibutuhkan untuk belajar agar tidak merusak mata.
f. Ventilasi Ventilasi adalah sarana menghasilkan sirkulasi udara yang
dibutuhkan untuk kenyamanan dalam belajar.