Faringitis Gangguan Sistem Saluran Nafas

d Obstruksi saluran nafas e Frekuensi dan keparahan asma 3 Strategi terapi a Non-farmakologis 1 Menghindari alergen dan polutan yang merupakan penyebab asma, seperti debu, asap rokok, udara dingin, serta perlu menghindari stress Scruggs, 2004. 2 Mengontrol lingkungan sekitar, seperti membersihkan karpet dan sprei setiap minggunya dan menggunakan penyaring khusus Scruggs, 2004. b Farmakologis Serangan asma ringan diberikan obat pereda reliever berupa β agonis secara inhalasioral, atau adrenalin 11000 subkutan 0,01 mlkgBBkali dengan dosis maksimal 0,3 mlkali. Serangan sedang diberikan obat seperti di atas ditambah dengan pemberian oksigen, cairan intravena, kortikosteroid oral, dan dirawat di ODC one day care = ruang rawat sehari. Pada serangan berat, selain obat di atas, diberikan aminofilin secara inisial dan rumatan. Kortikosteroid dapat diberikan secara intravena. Steroid oral dosis 1-2 mgkgBBhari dibagi 3 diberikan selama 3-5 hari. Steroid yang dianjurkan adalah prednison dan prednisolon Supriyatno dkk, 2004.

2. Faringitis

Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rhinitis, dan laringitis. Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 tahun di daerah dengan iklim panas Anonim, 2005. a. Etiologi Agen terpenting yang menyebabkan faringitis adalah virus dan group A β- hemolytic Streptococcus GABHS. Organisme lain yang terkadang menyertai faringitis meliputi group C Streptococcus, Arcanobacterium haemolyticum, Francisella tularensis, Mycoplasma pneumoniae, Neisseria gonorrhoeae, dan Corynebacterium diphtheriae. Bakteri lain seperti Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae dapat diisolasi dari tenggorokan anak yang mengalami faringitis, tetapi peranan bakteri tersebut belum dapat dibuktikan Hayden, 2004. b. Patogenesis Kolonisasi faring oleh GABHS dapat menghasilkan infeksi akut atau asiptomatik. Protein M merupakan faktor utama yang sangat berbahaya dari GABHS dan memudahkan perlawanan untuk fagositosis oleh neutrofil polimorfonuklear. Imunitas spesifik berkembang selama infeksi dan menyediakan imunitas yang bersifat protektif terhadap infeksi selanjutnya dengan serotip M Hayden, 2004. b. Terapi 1 Tujuan terapi a Memperbaiki atau meniadakan simptom b Membatasi penyebaran infeksi c Mencegah komplikasi 2 Sasaran terapi a Simptom yang muncul PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b Kemungkinan penyebaran infeksi c Komplikasi 3 Strategi terapi a Non-farmakologis 1 Istirahat yang cukup. 2 Banyak minum air putih, setidaknya 8 gelas per hari. Lebih banyak minum apabila demam tinggi. 3 Berkumur menggunakan larutan salin hangat secara simptomatis mengurangi nyeri tenggorokan pada anak. Untuk anak yang lebih kecil, inhalasi uap dapat menghasilkan pengaruh yang serupa. Griffith, 1989 b Farmakologis Faringitis biasanya disebabkan virus, oleh karena itu tidak ada terapi spesifiknya. Terapi simptomatik seperti penggunaan antipiretik atau analgesik oral asetaminofen atau ibuprofen dapat mengurangi demam dan nyeri tenggorokan. Semprotan anestesi dan tablet hisap mengandung benzokain, fenol, atau mentol dapat mengurangi rasa sakit lokal Hayden, 2004. Penggunaan antibiotik harus berpedoman pada hasil uji deteksi antigen atau biakan, kecuali jika ada dasar klinis dan epidemiologi yang kuat untuk mencurigai infeksi streptokokus Arnold, 1996. Penisilin merupakan drug of choice untuk faringitis streptokokus. Antibiotik ini memiliki efikasi dan keamanan, aktivitas spektrum sempit dan harga lebih murah. Kesembuhan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI biasanya terjadi pada pemberian 250 mg penisilin V, 2-4 kali sehari. Sekitar 10 pasien alergi terhadap penisilin Scruggs, 2004. Antibiotika pilihan lain: 1 Amoksisilin a Pada anak-anak, amoksisilin diberikan 1 kali sehari selama 10 hari, sama dengan penisilin V. Absorpsi amoksisilin tidak berpengaruh dengan adanya proses pecernaan makanan. b Amoksisilin lebih murah dan memiliki aktivitas antimikroba yang lebih sempit. Meskipun demikian, efek samping pada saluran pencernaan dan skin rash lebih biasa terjadi pada penggunaan amoksisilin. 2 Makrolid a Eritromisin direkomendasikan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Eritromisin diabsorpsi lebih baik jika diberikan bersama dengan makanan. Sekitar 15-20 pasien tidak dapat menahan efek samping eritromisin pada saluran pencernaan. b Azitromisin merupakan antibiotik pemberian satu kali sehari dan pengobatan pendek selama 5 hari. Azitromisin berhubungan dengan timbulnya efek samping yang kecil pada saluran pencernaan. 3 Sefalosporin a Pemberian sefalosporin selama 10 hari lebih baik daripada penisilin. Keseluruhan kesembuhan bakteriologik oleh sefalosporin sebanyak 92, dibandingkan dengan penisilin sebanyak 84. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b Sefalosporin memiliki aktivitas yang lebih luas dibandingkan dengan penisilin V. Berbeda dengan penisilin, sefalosporin tahan terhadap degradasi dari beta laktamase. c Sefalosporin disediakan untuk pasien dengan faringitis streptokokus yang mengalami kekambuhan atau pengulangan. 4 Amoksisilin klavulanat Amoksisilin klavulanat tahan terhadap degradasi beta laktamase. Amoksisilin klavulanat sering digunakan untuk mengobati faringitis streptokokus yang mengalami pengulangan. Efek samping utama obat ini adalah diare Scruggs, 2004.

3. Bronkitis akut

Dokumen yang terkait

Evaluasi penghitungan pajak pertambahan nilai Instalasi Farmasi studi kasus di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

3 84 126

Evaluasi penggunaan antibiotika pada penyakit infeksi saluran pernafasan akut kelompok pediatri di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-September 2013.

2 8 90

Efektivitas pengendalian internal sistem penggajian (studi kasus di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta)

7 98 151

Evaluasi medication error resep racikan pasien pediatrik di farmasi rawat jalan rumah sakit Bethesda pada bulan Juli tahun 2007 : tinjauan fase dispensing.

0 1 128

Evaluasi peresapan kasus pediatri di bangsal anak rumah sakit Bethesda Yogyakarta yang menerima resep racikan periode Juli 2007 : kajian kasus gangguan sistem saluran cerna.

0 3 98

Evaluasi penentuan tarif kamar anak : studi kasus pada Rumah Sakit Bethesda - USD Repository

0 0 67

Evaluasi peresapan kasus pediatri di bangsal anak rumah sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 : kajian kasus gangguan sistem saluran nafas - USD Repository

0 0 137

Evaluasi peresapan kasus pediatri di bangsal anak rumah sakit Bethesda Yogyakarta yang menerima resep racikan periode Juli 2007 : kajian kasus gangguan sistem saluran cerna - USD Repository

0 0 96

Evaluasi medication error resep racikan pasien pediatrik di farmasi rawat jalan rumah sakit Bethesda pada bulan Juli tahun 2007 : tinjauan fase dispensing - USD Repository

0 0 126

Evaluasi komposisi, indikasi, dosis, dan interaksi obat resep racikan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007 - USD Repository

0 0 148