69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian evaluasi peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007,
dapat diambil kesimpulan, yaitu: 1. Alasan atau latar belakang pemilihan dan atau penggunaan obat racikan yang
diberikan oleh dokter, perawat, dan orang tua adalah karena anak-anak belum bisa menelan tablet. Dokter juga mengatakan bahwa dosis obat racikan sesuai
untuk pasien pediatri, memudahkan dalam pemberian, serta pasien sendiri merasa lebih nyaman. Sedangkan apoteker kurang setuju dengan adanya obat
racikan karena kurang menguntungkan dari segi kerasionalan terapi, efisiensi tenaga dan waktu.
2. Kasus pediatri paling banyak dalam kelompok umur 1–6 tahun 62,6; berjenis kelamin laki-laki 59,6; satu diagnosis terbanyak gangguan sistem saluran
cerna 30,3; diagnosis kedua terbanyak gangguan sistem saluran nafas 15,2 3. Penggunaan satu jenis obat racikan 54,5 dengan jenis racikan yang paling
sering digunakan parasetamol dan fenobarbital 39,4. Penggunaan obat non racikan terdiri 8 kelas terapi obat. Kelas terapi yang paling banyak digunakan
adalah obat sistem saluran cerna 91,9. 4. Dalam evaluasi DRPs kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas
ditemukan 23 kasus obat tanpa indikasi unnecessary drug therapy, 23 kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
efek obat merugikan adverse drug reaction dan interaksi obat, 21 kasus dosis terlalu rendah dose too low, 17 kasus dosis terlalu tinggi dose too high, dan 1
kasus
butuh terapi obat tambahan need for additional drug therapy.
Rata-rata lama tinggal pasien adalah 5,2±2,2 x±SD atau dalam rentang 3 hari-7 hari, dan
keluar rumah sakit dalam kondisi sembuh sebanyak 92.
A. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah :
1. Industri farmasi sebaiknya mengeluarkan produk-produk yang khusus ditujukan untuk anak-anak sesuai bentuk sediaan maupun dosisnya baik per oral maupun
parenteral, sehingga proses peracikan tidak dibutuhkan lagi. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai farmakoekonomi penggunaan
sediaan racikan dibandingkan dengan non racikan. 3. Rumah Sakit Bethesda sebaiknya mencantumkan rentang dosis terapi untuk
pasien pediatri pada standar terapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Standar Pelayanan Medis Kelompok SMF Anak Rumah Sakit Bethesda, 41-45, Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta.
Anonim, 2001, Profil Kesehatan Indonesia, http:bankdata.depkes.go.id, diakses pada tanggal 21 September 2007.
Anonim, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan, 1,16, 22, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2006, British National Formulary–52, BMJ Publishing Group Ltd and RPS Publishing, Great Britain.
Anonim, 2007a, Sixtieth World Helath Assembly, http: www.who.intgbebwhapdf
filesWHA60A60 25-en.pdf, diakses pada tanggal 25 Oktober 2007. Anonim, 2007b, WHO Stresses Need to Ensure The Safety of Childrens Medicines,
http:www.who.intmediacentrenewsreleases2007pr51en, diakses pada tanggal 25 Oktober 2007.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care Practice, The Clinician’s Guide, 178-179, McGraw-Hill Companies, Inc.
Cohen, B.J., and Wood, D.L., 2000, Memmler’s The Human Body in Health and Disease, 9
th
Edition, Lippincott-Raven, Philadelphia. Glover, M.L., and Reed, M.D., 2005, Lower Respiratory Tract Infections, dalam
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6
th
Edition, 1945-1946, McGraw-Hill Medical Publishing Division.
Griffith, H.W., 1989, Complete Guide to Pediatric Symptoms, Illness and Medications, 1
st
Edition, 126-127, 172-175, 654-655, 674-675, Stern Sloan, Inc., USA.
Hadinegoro, S.R.H., 2002, Pemakaian Antibiotik di Bidang Pediatri, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi I, 71-72, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Hayden, G.F., and Turner, R.B., Acute Pharyngitis, dalam Behrman, R.E., Kliegman, R.M., and Jenson H.B., Nelson Textbook of Pediatrics, 17
th
Edition, 1393- 1394, Elsevier Science, USA.
Hughes, J., 1998, Paediatrics, in: Hughes, J., Donnelli, R., James – Chatgilaou, G. Eds., Clinical Pharmacy A Practical Approach, 36 -49, SHPA, Australia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Iwan, 2007, Kebutuhan Oksigenasi, http:iwansain.wordpress.com20070822 kebutuhan -oksigenasi, diakses pada tanggal 25 Oktober 2007.
Kausal, R., Jaggi, T., Walsh, K., Fortescue, E.B., and Bates, D.W., 2004, Pediatric Medication Errors: What Do We Know? What Gaps Remain?, Ambulatory
Pediatrics, Volume 4, Nomor 1, 73-81. Kusuma, H.R.T., 2004, Kajian Pola Peresepan Obat Asma yang Diberikan pada
Pasien Asma Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2002, Skripsi, Fakulas Farmasi Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance L.L., 2006, Drug Information Handbook, 14
th
Edition, Lexi-comp, Ohio. Levine, S.R., and McLaughlin, A., 2001, Pharmacology in Respiratory Care, 33-55,
McGraw-Hill Companie Medical Publishing Division. Meadow, R., and Newell, S., 2005, Lecture Notes Pediatrika, 7
th
Edition, 154-155, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mitchell, A.A., Lacouture, P.G., Sheehan, J.E., Kauffman R.E., and Shapiro S., Adverse Drug Reactions in Children Leading to Hospital Admission, J
Pediatr 1988;82:24-29, htpp:www.pediatrics.org, diakses pada tanggal 19 Februari 2007.
Moore, T.J., Weiss,SR., Kaplan S., and Blaidel, C.J., Reported Adverse Drug Events in Infants and Children under 2 Years of Age, J Pediatr 2002;110:53-,
htpp:www.pediatrics.org.or http:www.pediatrics.orgcgicontentfull110 5e53, diakses pada tanggal 18 Februari 2007.
Nahata, M.C., and Taketomo, C., 2005, Pediatrics, dalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., Pharmacotherapy:
A Pathophysiologic Approach, 6
th
Edition, 91, McGraw-Hill Medical Publishing Division.
Arnold, J.E., 1996, Saluran Pernapasan Atas, dalam Nelson, W.E., Ilmu Kesehatan Anak Nelson Textbook of Pediatrics, diterjemahkan oleh Wahab, A.S.,
Edisi 15, 1458-1459, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Nugraha, I.G.B.S.M, 2006, Pola Peresepan Obat Penyakit Asma Bronkial pada
Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006, Skripsi, Fakulas Farmasi Sanata Dharma,
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pratiknya, A.W., 1986, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 13, CV Rajawali, Jakarta.
Prest, M., 2003, Penggunaan Obat Pada Anak–Anak, dalam: Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. Eds, Farmasi Klinis Menuju Pengobatan Rasional dan
Penghargaan Pilihan Pasien, 191 – 199, Gramedia, Jakarta. Rovers, J.P., Currie,J.D., Hagel,H.P., McDonough, R.P., and Sobotka, J.L., 2003, A
Practical Guide to Pharmaceutical Care, 2
nd
Edition, American Pharmaceutical Association, Washington.
Scruggs, K., and Johnson, M.T., 2004, Pediatric Treatment Guideliness, www.ccspublishing.comccs, Current Clinical Strategies Publishing, USA.
Setiawati, L., 2006, Asma, Bronkitis, Bronkiolitis, http:www.pediatrik.com, diakses pada tanggal 3 Agustus 2007.
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, 17, Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta. Stern, R.C., 1996, Bronkitis, dalam Nelson, W.E., Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Textbook of Pediatrics, diterjemahkan oleh Wahab, A.S., Edisi 15, 1483, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Strand, L.M., Morley, P.C., and Cipolle R.J., 1998, Pharmaceutical Care Practice, McGraw-Hill Co., New York.
Supriyatno, B., Darmawan, Yangtjik, K., Kartasasmita, C.B., Wasatoro, D., Naning, R., dan Chandra, M.S., 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak,
Edisi I, 335-366, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sutriatmoko, 2001, Evaluasi Peresepan Obat Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian
Atas Non Komplikasi pada Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2000, Skripsi, Fakulas Farmasi Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Tatro, D.S. Ed, 2001, Drug Interaction Facts, Facts Comparison, Wolters Kluwer, St. Louis.
Tietze, K.J., 2004, Clinical Skills for Pharmacists, A Patient-Focused Approach, 2
nd
Edition, Mosby, St. Louis. Yusriana, C.S., 2002, Pola Pengobatan Penyakit Asma Bronkial pada Pasien Anak
Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 1999-2001, Skripsi, Fakulas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1 Hasil Wawancara Terhadap Dokter Anak, Perawat, Apoteker Rawat Inap, dan Orang Tua Pasien
No. Pertanyaan
Dokter A Dokter B
Dokter C Dokter D
1. Apakah dasar pertimbangan alasan dokter
memberikan obat dalam bentuk racikan untuk pasien anak?
Jika racikan, dokter sudah mengetahui dosisnya.
Memudahkan pemberian, efisien, untuk kenyamanan pasien. Secara
empiris jika berdiri sendiri-sendiri biasanya tidak sebaik bila
dicampur. Dosisnya tepat, sesuai berat
badan, kondisi atau keadaan penyakit .
Anak-anak belum bisa menelan tablet, sedangkan pemberiaan
obat sirup biayanya lebih mahal.
2. Apakah alasan dokter dalam
menggabungkan 2 atau lebih jenis obat dalam satu bentuk sediaan?
Dilihat ada tidaknya interaksi dan potensiasi.
Tergantung penyakitnya. Tergantung dari dosis
pemakaian, ada tidaknya kontraindikasi, sesuai
farmakodinamiknya. Agat praktis, misalnya pamol
dan luminal diberikan pada pasien demam agar demam
turun dan anak tidak rewel.
3. Menurut pendapat dokter, dalam 1 sediaan
racikan maksimal terdiri atas berapa macam obat?
Dilihat tujuannya, tidak ada maksimal dan minimal.
Prinsipnya seminimal mungkin. Tergantung penyakitnya,
terutama pada penyakit asma membutuhkan dari 5.
Sesuai kebutuhan. Maksimal 3 jenis obat.
4. Menurut pengalaman dokter, satu pasien
anak biasanya mendapat racikan berapa banyakjenis?
Seminimal mungkin tapi tetap tepat sasaran paling banyak 3-4
item. Satu pasien biasanya mendapat 2 jenis yaitu sirup dan
puyer. Rata-rata 3, kadang lebih
tergantung penyakitnya. Satu sampai 5 macam.
Maksimal 2 jenis racikan.
5. Apakah dasar pertimbangan dokter dalam
menentukan dosis obat dari setiap jenis obat dalam sediaan racikan?
Berdasar berat badan dan umur. Dilihat beratnya overweight atau
tidak, pakai hitungan standard umurnya.
Berdasarkan berat badan, yang paling baik luas permukaan
tubuh, tapi sulit menghitungnya. Berat badan lebih baik daripada
umur. Berdasarkan berat badan,
kondisi atau keadaan berat ringannya penyakit, dan
kesulitan minum obat. Umur dan berat badan.
6. Untuk durasi berapa lamakah resep racikan
biasanya diresepkan? Antibiotik biasanya 5 hari, obat
alergi secukupnya biasanya 2-3 hari.
Untuk obat rutin biasanya 1 bulan, misalnya untuk TBC,
kejang, epilepsy, asma. Untuk pengobatan batuk biasanya 3 hari.
Antibiotik 5 hari sampai 1 minggu. Anti kejang 1 bulan,
TBC 2 minggu sampai 1 bulan. Akut 3 hari, kemudian control
lagi.
7. Jika dalam 1 sediaan racikan terdapat 2
jenis obat yang berbeda regimen dosis, aturan, dan durasi pemakaiannya. Manakah
yang dipilih sebagai regimen dosis racikan tersebut?
Disendirikan Dipisah
Dipisah Yang dicampur yang sama.
8. Apakah dokter mempertimbangkan
terjadinya interaksi obat sewaktu meresepkan sediaan racikan?
Pasti, kalau ada interaksi cari yang lain.
Dari pengalaman terhadap pasien ada beberapa obat yang tidak bisa
dicampur. Ya
Kadang-kadang, kalau ada interaksi biasanya pihak farmasi
akan memberi konfirmasi. 9.
Apakah dokter mempertimbangkan stabilitas obat sewaktu meresepkan sediaan
racikan? Tidak. Farmasi seharusnya
memberitahukan jika terjadi ketidakstabilan obat.
Ada beberapa obat yang jika dicampur akan menjadi kental.
Ya. Misalnya dilantin bersifat higroskopis.
Bagian farmasi.
Hasil Wawancara Terhadap Perawat
No. Pertanyaan
Perawat A Perawat B
Perawat C Perawat D
Perawat E
1. Apakah pemberian obat kepada pasien
selalu dilakukan oleh perawat? Jika tidak, obat apa sajakah yang
pemberiannya dilakukan oleh perawat dan obat apa sajakah yang biasanya
ditinggal di kamar pasien? Seharusnya dilakukan oleh
perawat. Apabila orang tua pasien dapat memberikan
sendiri, obat dapat ditinggal di kamar tetapi tetap diawasi
oleh perawat. Tergantung dari orang
tua pasien. Jika obat sirup dapat
ditinggal di kamar, jika puyer diberikan oleh
perawat. Jika obat sirup dapat
ditinggal di kamar, jika bentuk sediaan yang
lain diberikan oleh perawat.
2. Apabila ada obat yang ditinggal di
kamar pasien, apakah Anda memberikan informasi tentang
penggunaan obat tersebut kepada orang tua pasien?
Informasi yang diberikan adalah aturan pakai dan
waktu pemakaian. Selain itu sudah terdapat label pada
obat tersebut. Iya, waktu pertama kali
penggunaan obat tersebur.
Iya, informasi yang diberikan tentang aturan
pakai dan jika obat habis lapor kepada perawat.
Informasi yang diberikan adalah aturan pakai dan
dosis. Informasi yang
diberikan adalah dosis dan waktu pemberian.
3. Informasi apa sajakah yang Anda
dapatkan dari Apoteker pada saat pengambilan obat?
Yang mengambil obat adalah pramurukti.
Tidak. Tidak karena sudah ada
labelnya. Jika obat baru, perawat yang bertanya.
Biasanya tidak, langsung diberikan saja.
Biasanya tidak, langsung diberikan.
Jika tidak tahu, perawat yang bertanya.
4. Jika karena sesuatu hal Apoteker
mengganti obat tertentu dengan obat lain, apakah Anda mendapat informasi
tentang penggantian obat tersebut? Iya, tetapi konfirmasi
terlebih dahulu dengan dokternya.
Iya. Kadang-kadang.
Iya, biasanya diberi tahu lewat telepon atau ditulis
pada label obat. Iya.
5. Jika karena sesuatu hal Apoteker
memisah obat yang seharusnya diracik, apakah Anda mendapatkan informasi
atau penjelasan tentang hal tersebut? Jarang terjadi, tetapi jika
ada, perawat diberi tahu. Iya, jika baru pertama
kalinya. Iya.
Iya, ditulis pada etiket. Iya, biasanya diberi
tahu lewat telepon.
6. Bagaimana pengalaman Anda dalam
memberikan obat racikan kepada pasien anak?
Biasanya diberikan lewat samping miring dan
dicampur dengan air putih atau teh.
Biasanya diberikan bersama air putih.
Biasanya dicampur air putih, teh, madu, atau
gula, tergantung kebiasaan minum obat.
Biasanya dicampur dengan air putih atau
sirup. Sedikit dipaksa, dengan
memegangi kepala dan tangan pasien.
7. Apabila ada pasien yang muntah pada
saat diberi obat racikan, apa yang Anda lakukan dan bagaimana cara
pengatasannya? Diberikan lagi selang
beberapa waktu, termasuk antibiotik.
Diberikan lagi selang beberapa jam. Misal obat
parasetamol, diulang lagi pemberiannya jika pasien
masih demam. Jika obat yang
dimuntahkan adalah obat penurun panas, dan
selang beberapa waktu pasien masih demam,
maka obat diulang lagi. Antibiotik tidak diulang.
Langsung diberikan lagi, termasuk antibiotik.
Jika muntah saat itu juga, obat langsung
diberikan lagi. Jika muntah selang
beberapa waktu, obat tidak diberikan lagi.
Hasil Wawancara Terhadap Apoteker Rawat Inap
1. Berapa rata-rata distribusi obat racikan yang diberikan di bangsal anak dalam tiap harinya?
Jawab : Dalam tiap harinya, minimal ada 10 pasien yang menerima resep racikan,
dimana setiap pasien diasumsikan mendapat 1 jenis racikan.
2. Apakah Anda memperhatikan adanya interaksi, stabilitas, maupun dosis besar, lama dan frekuensi pemberian, obat harus habis atau tidak habis antar masing-
masing komponen dari obat racikan yang diresepkan oleh dokter?
Jawab : Masing-masing komponen obat racikan dilihat inkompatibilitas dari segi
farmasetika dan farmakokinetikanya. Sedangkan untuk signa, sudah secara otomatis dapat ditentukan karena sudah terbiasa di lapangan. Apabila ada dosis
atau aturan pakai yang tidak seperti biasanya, baru dicari tahu penyebabnya. Misalnya:
Biasanya diminum 3x sehari, akan tetapi diresepkan 5x sehari. Sefotaksim 1mg per kapsul. Aturan minumnya 2 x 1 kapsul, padahal BB
pasien hanya 5 kg. Kelemahannya: tidak semua dapat termonitor oleh Apoteker, karena belum
adanya suatu sistem yang baik. Apoteker memiliki banyak kewajiban yang tidak memungkinkan untuk selalu berada di tempat. Hal inilah yang menyebabkan
tidak semua resep dapat termonitor oleh Apoteker. Yang diharapkan adalah adanya suatu sistem komputerisasi sehingga lebih
memungkinkan Apoteker untuk dapat memonitor semua resep yang diberikan kepada pasien.
3. Apakah Anda memperhatikan adanya interaksi antar obat racikan dengan obat lain dari resep yang diberikan oleh dokter?
Jawab : Adanya interaksi antar obat racikan dengan obat lain dari resep yang
diberikan oleh Dokter juga diperhatikan, sejauh dapat teramati. Sampai saat ini, interaksi yang mungkin terjadi dapat disiasati dengan pengaturan minumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Apakah pernah terjadi efek samping pada penggunaan obat racikan di bangsal anak? Bagaimana cara pengatasannya?
Jawab : Efek samping pernah terjadi pada penggunaan obat racikan. Biasanya
diketahui pada saat obat dikembalikan ke farmasi, atau pada saat keliling dan melihat pasien tersebut.
Cara pengatasannya: a. Mengindentifikasi apakah benar yang dialami pasien merupakan efek
samping dari obat tersebut atau bukan. Dapat dilihat dari durasi minumnya dan timbul gejalanya kapan.
b. Mencari tahu apakah obat tersebut memang harus digunakan atau tidak, dan dapat disesuaikan dengan indikasinya.
c. Apakah Dokter menyarankan obat pengganti lain, atau kita yang harus aktif menyarankan obat penggantinya.
5. Jika dalam resep ada obat racikan dan non racikan yang penggunaannya tidak rasional, apakah Anda memberitahukannya kepada dokter tersebut?
Jawab : Obat yang rasional adalah obat yang ada evidence based’nya. Apabila
ditemukan dalam resep ada obat racikan dan nonracikan yang penggunaannya tidak rasional, maka kita melihat terlebih dahulu apakah Dokter yang meresepkan
tersebut dapat diajak komunikasi atau tidak. Apabila Dokter yang meresepkan dapat diajak komunikasi, maka kita akan menghubungi Dokter tersebut.
Sedangkan apabila Dokter yang bersangkutan susah untuk diajak berkomunikasi, maka Dokter tersebut tidak perlu dihubungi karena hanya akan membuang-buang
waktu saja.
6. Jika dalam resep ada obat yang tidak tersedia, apakah Anda mengganti obat tersebut dengan obat lain yang zat aktifnya sama? Apakah Anda memberitahu
dokter tentang penggantian obat tersebut?
Jawab : Apabila dalam resep ada obat yang tidak tersedia, maka obat akan diganti
dengan obat lain yang memiliki zat aktif yang sama. Rumah sakit swasta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki suatu formularium. Oleh karena itu kita berusaha untuk menggunakan formularium yang sudah ada tersebut.
7. Bagaimana pemberian informasi tentang penggunaan obat untuk pasien yang dirawat di bangsal anak? Apa saja informasi yang diberikan?
Jawab : Pemberian informasi tentang penggunaan obat untuk pasien di bangsal
anak sampai saat ini belum banyak dapat dilakukan, karena farmasi belum arround ke bangsal. Informasi diberikan oleh Apoteker kepada perawat, dan
kemudian perawatlah yang menyampaikan informasi tersebut kepada orang tua pasien. Kami terjun ke bangsal apabila misalnya, didapati resep obat dengan
bentuk sediaan yang tidak biasa, contohnya inhalasi. Biasanya kami menghubungi perawat atau orang tua pasien terlebih dahulu apakah sudah pernah
menggunakan bentuk sediaan tersebut atau belum. Apabila baru pertama kalinya menggunakan sediaan inhalasi, maka kami terjun ke bangsal untuk memberikan
informasi penggunaan obat tersebut.
8. Bagaimana pula pemberian informasi kepada pasien jika ada obat yang dibawa pulang?
Jawab : Karena jumlah Apoteker hanya sedikit, maka pemberian informasi
kepada pasien untuk obat yang dibawa pulang tidak dapat dilakukan. Informasi tersebut biasanya disampaikan oleh Apoteker kepada perawat, dan perawatlah
yang kemudian menyampaikannya kepada orang tua pasien.
9. Apakah Anda menyampaikan informasi kepada perawat jika misalnya ada obat racikan yang harus dipisah?
Jawab : Apabila ada obat racikan yang harus dipisah, maka informasi tersebut
disampaikan oleh Apoteker kepada perawat. Yang sering terjadi adalah attapulgit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Apabila ada obat antibiotika dan simptomatik dicampur, maka dilihat terlebih dahulu penggunaannya. Misalnya untuk antibiotika pada ISPA digunakan tidak
terlalu lama, sehingga dapat dicampur dengan obat lain seperti dekongestan, yang digunakan selama 3-4 hari. Jika durasi tidak lama, maka pencampuran
antibiotik dan obat lain masih dapat ditoleransi. b. Apabila ada perbedaan aturan pakai antara obat yang satu dengan yang lain yang
dicampur, maka dilihat terlebih dahulu obatnya, dan menanyakan kepada perawat apa diagnosanya. Setelah mengetahui diagnosa, maka obat dicocokkan dengan
diagnosanya. c. RS Bethesda memiliki resep racikan standar. Ada juga obat yang diresepkan
bukan termasuk dalam racikan standar, akan tetapi presentasenya kecil. Kortikosteroid tidak mungkin dijadikan standar, yang mungkin hanyalah obat-
obat simptomatik seperti antihistamin, profilas. d. Ada juga obat racikan yang dicampur dengan antibiotika, untuk pengobatan
jangka panjang. Untuk menjadikan suatu resep racikan sebagai racikan standar, terlebih dahulu dilakukan studi kasus, kemudian dilihat frekuensinya seberapa
banyak, serta dilihat efektivitas dan benefit’nya. Setelah itu didiskusikan dengan dokter yang bersangkutan.
e. Obat racikan standar sudah diperhatikan kerasionalannya oleh Apoteker. Yang dilihat biasanya dari segi farmakokinetikanya, sedangkan dari segi
farmakodinamikanya jarang dilihat, karena susah. Juga dilihat dari frekuensi konsumsi serta dari ilmu kefarmasian sendiri. Apabila frekuensi penggunaan
hanya sedikit, maka obat tersebut di’cut’ dari resep racikan standar. Dari tahun ke tahun resep racikan standar juga diperhatikan karena kemungkinan dapat berubah
dalam penggunaannya.
10. Masalah-masalah apa saja yang Anda hadapi yang berhubungan dengan resep racikan di bangsal anak?
Jawab : Masalah-masalah yang dihadapi berhubungan dengan resep racikan
antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Dari segi bentuk sediaan obat, resep racikan sebaiknya tidak ada karena menyalahi aturan dalam kefarmasian. Misalnya, obat enteric coated tidak
boleh digerus, maka sebaiknya sediaan yang diberikan adalah sirup. b. Dari segi ketepatan dosis, dan kebersihan dalam pembuatan.
c. Dari segi efisiensi tenaga, waktu, dan kerasionalan terapi. d. Perlu dicari tahu apakah memang harus ada resep racikan. Karena dalam ilmu
kedokteran sendiri sepertinya tidak menganjurkan penggunaan resep racikan. e. Sebaiknya BPOM dan industri-industri farmasi mengeluarkan produk-produk
yang khusus ditujukan untuk anak-anak.
Hasil Wawancara Terhadap Orang Tua Pasien Bentuk sediaan apa yang dapat diterima dan disukai oleh anak Ibu Bapak?
1. Racikan, sirup
2. Puyer
3. Tablet
4. Tidak suka semua
5. Semua jenis suka, kecuali tablet belum bisa menelan
6. Semua bisa, kecuali tablet
7. Sirup manis
8. Sirup manis. Jika mendapat jenis serbuk, maka diberi madu
9. Sirup
10. Semua suka
11. Sirup. Jika mendapat puyer, maka dicampur dengan sirup
12. Puyer, sirup
13. Semua suka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernahkah anak Ibu Bapak muntah saat minum sediaan racikan? Bagaimana pengatasannya?
1. Jika muntah sekali, maka obat diberikan lagi.
2. Tidak muntah, tetapi disembur-sembur, maka obat diberikan lagi.
3. Tidak muntah jika dicampur air.
4. Jika muntah, obat diberikan lagi, dan dicampur dengan air putih.
5. Tidak pernah muntah, minumnya dicampur dengan air putih.
6. Tidak pernah muntah, minumnya dicampur dengan air putih atau air gula.
7. Jika muntah, maka obat diberikan lagi.
8. Jika muntah, maka obat diberikan lagi. Biasanya obat dicampur dengan madu.
9. Tidak pernah muntah, minumnya dicampur dengan air putih.
10. Jika muntahnya banyak, maka obat diberikan lagi.
11. Jika muntah, obat tidak langsung diberikan lagi. Obat baru diberikan selang
beberapa jam. Biasanya puyer dicampur dengan sirup. 12.
Jika muntah, obat diberikan lagi, dan dicampur dengan air putih. 13.
Tidak pernah muntah, minumnya dicampur dengan air putih.
Apakah Ibu Bapak bermasalah dengan adanya obat racikan?
1. Tidak masalah
2. Tidak masalah, malah cukup membantu
3. Tidak masalah
4. Tidak masalah
5. Tidak masalah karena anak mudah meminumnya.
6. Tidak masalah, percaya kepada dokter yang menangani.
7. Kalau jenis CTM, tidak bisa.
8. Ya, susah meminumnya.
9. Tidak masalah
10. Tidak masalah, daripada menggerus sendiri.
11. Tidak masalah
12. Tidak masalah
13. Tidak masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2 Golongan dan Jenis Obat yang Digunakan pada Kasus Pediatri di Bangsal
Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007
Obat Sistem Saluran Cerna
No. Golongan Obat
Jenis Obat Nama Dagang
1. Antagonis reseptor H
2
Ranitidin Rantin®
2. Antasida
Metilpolisiloksan, Mg-hidroksida, Al-hidroksida koloidal
Polycrol® Eksetazaina + polimigel
Strocain® 3.
Antidiare Dioktahedrol smektil
Smecta® 4.
Antimual dan vertigo Domperidon
Metoklopramid Vometa®
Primperan® 5.
Antimuskarinik Hiosin butilbromida
Buscopan plus® 6.
Khelator Sukralfat
Inpepsa® 7.
Pencahar Bisakodil
Dulcolax suppo® 8.
Probiotik Lactobacillus
Lacto B® 9.
Kombinasi Scumpii
Tanalbin® DHA
Prolacta®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Obat yang Mempengaruhi Nutrisi dan Darah
No. Golongan Obat
Jenis Obat Nama Dagang
1. Antianemia
Fe, vitamin B1, B6, B12, asam folat Ferlin®
Vitamin A, D, B1, B2, B6, B12, C, nikotinamida, Ca-pantotenat, biotin, besi III fumarat, Ca-
karbonat, tembaga II sulfat, Mn-sulfat, Mg- oksida, Zn-sulfat, Na-tetraborat, Ca-sulfat, Na-
molibdat, K-iodida, Maltiron®
2. Cairan dan
elektrolit Kalium klorida
- Sodium bikarbonat
Bic Natric® Meylon®
Oralit -
3. Hemostatik
Karbamazokrom Na-Sulfonat Adona®
4. Hepatoprotektor
Schizandrae fructus ext., Curcumae xanthorrhizae ext., Liquiritiae radix ext., kolin bitartrat, vitamin
B6 Curliv plus®
Metionin Methicol®
5. Immunomodulator
Echinacea, Zn pikolinat Imboost®
Ekstrak Phyllanthi herba Stimuno®
Phyllantus niruri L herbs extr. Divens®
6. Mineral
Ca, Mg, Zn, vitamin D3 Osteocare syr®
7. Multivitamin
Vitamin A, D, B1, B2, B6, B12, nikotinamida, d- pantenol, vitamin C, lisina-HCl
Lyvit® Kolustrum bovin, vitamin A, D, kolekalsiferol,
vitamin B1, B2, B6, B12, nikotinamid, kalsium pantotenat, DHA, taurin, seng, kalsium.
Glostrum® Vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E,
nikotinamid, Ca-pantotenat, biotin, asam folat, Ca, Mg, besi, mangan, fosfor, tembaga, seng,
molibden. Supradyn®
8. Nutrisi parenteral
Asam amino, vitamin, elektrolit Aminofusin®
9. Panambah nafsu
makan Echinacea, kurkumin, kolostrum bovin, lisin HCl,
DHA, vitamin A, D, B1, B2, B6, nikotinamid, deksphantenol
Curmunos® Cod liver oil, ekstrak kurkuma, asam arakidonat,
DHA, FOS, Ca hipofosfit. Curvit CL®
Kurkumin Curcuma®
10. Vitamin
Tiamin -
Vitamin K -
Koenzim B12 Cobazim®
Vitamin B1, B6, B12 Neurobion®
Fursultiamin + vitamin B2 Alinamin F®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Antiinfeksi
No. Golongan Antiinfeksi
Jenis Obat Nama Dagang
Antibakteri
1. Beta Laktam
a. Penisilin Amoksisilin trihidrat
Yefamox® Amoksisilin, asam klavulanat
Clavamox® b. Sefalosporin gen 1
Sefadroksil -
c. Sefalosporin gen 2 Sefaklor
Cloracef®
d. Sefalosporin gen 3 Sefotaksim
Claforan® Seftriakson
- Seftazidim
Fortum® Ceftum®
Sefiksim Cefspan®
e. Kombinasi Sulbaktam Na, sefoperazon Na
Sulperazon® 2.
Makrolid Spiramisin
Spiradan® Eritromisin
Erysanbe® Erythrocin®
3. Aminoglikosida
Amikasin Mikasin®
Gentamisin Pyogenta®
Streptomisin -
Kanamisin Kanamycin®
4. Derivat Sulfonamid
Kotrimoksazol Bactricid®
Ottoprim® Yekaprim®
5. Polimiksin
Kolistin Colistine®
6. Antituberkulosis
Isoniazid Pehadoxin®
Rifampisin -
Antifungal
7. Imidazol
Ketokonazol -
Mikonazol Daktarin Oral Gel®
8. Polien
Nistatin Mycostatin®
Antiprotozoa
9. Amubisid
Metronidazol Flagyl®
Anthelmintik
10. Pirantel pamoat
Combantrin®
Kortikosteroid
No. Golongan Obat
Jenis Obat Nama Dagang
1. Kortikosteroid
Deksametason Cortidex®
Indexon® Kalmethason®
Flutikason propionat Flixotide®
Metilprednisolon Medixon®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Obat Sistem Saluran Nafas
No. Golongan Obat
Jenis Obat NamaDagang
1. Agonis adrenoseptor
Salbutamol Ventolin®
Salbron® Terbutalin sulfat
Bricasma® Salbutamol sulfat, guaifenesin
Fartolin exp® Ventolin exp®
Prokaterol HCl Meptin ®
2. Antitusif
Dekstrometorfan -
Kodein -
3. Ekspektoran
Noscapin Mercotine®
Prometazin HCl, gliseril guaiakolat, ipekak tingtur
Allerzin exp® Ekstrak thymi
Thymi® 4.
Mukolitik Ambroxol hidroklorida
Mucopect ® Bromheksin
Mucosulvan® Bisolvon®
5. Nasal dekongestan
Pseudoefedrin, terfenadin Rhinofed®
Tripolidin HCl, pseudoefedrin HCl
Actifed® 6.
Teofilin Aminofilin
- 7.
Lain-lain Ipratropiumbromida, salbutamol
sulfat Combivent®
Oksomemazin, gliseril Guaiakolat
Comtusi®
Golongan dan Jenis Analgesik
No. Golongan Obat
Jenis Obat Nama Paten
1. Analgesik non-opioid
Parasetamol Pamol®
Sanmol® Ketoprofen
Profenid® Dipiron
Novalgin® Antalgin, piramidon, lidokain
Xylomidon®
Antihistamin
No. Golongan Obat
Jenis Obat NamaDagang
1. Antihistamin non sedatif Setirizin
Histrine® Desloratadin
Aerius® 2.
Antihistamin sedatif Difenhidramin
Delladril® Dimenhidridrinat
Dramamine® Ketotifen
Profilas® Klorfeniramin Maleat CTM
- Siproheptadin
Pronicy® Mebhidrolin napadisilat
Interhistin® Homoklorsiklizin hidroklorida
Homoklomin®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Obat Sistem Saraf Pusat
No. Golongan Obat
Jenis Obat Nama Dagang
1. Antiepilepsi
Difenilhidantoin Diphantoin®
Fenitoin Dilantin®
Fenobarbital Luminal®
Karbamazepin -
Klonazepam Rivotril®
Diazepam Stesolid®
Okskarbazepin Trileptal®
Asam valproat Depakene®
2. Antipsikotik
Klorpromazin -
3. Aktivator serebral
CO-dergokrin mesilat Xepadergin®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KASUS 1
87
Data Diri Dosis Cara
Pemberian 12-Jul
13-Jul 14-Jul
Nama: DP
Anamnese Hasil Lab
Nilai Normal Tgl keluar: