kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli yang merupakan tempat pertukaran O
2
dan CO
2
Iwan, 2007
A. Gangguan Sistem Saluran Nafas
Gangguan pada saluran nafas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa proses inflamasi atau alergi maupun
infeksi. Infeksi saluran nafas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran nafas atas dan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas meliputi
rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsillitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran nafas bawah meliputi infeksi pada bronkus, alveoli seperti bronkitis,
bronkiolitis, pneumonia Anonim, 2005.
1. Asma
Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk danatau mengi berulang, terutama pada malam hari nocturnal, reversible dapat sembuh spontan
atau dengan pengobatan dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan atau keluarganya. Yang dimaksud serangan asma adalah episode perburukan yang
progresif akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut Setiawati, 2006.
Penggolongan asma tergantung pada derajat penyakitnya aspek kronik dan derajat serangannya aspek akut. Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi menjadi
asma episodik jarang, asma episodik sering dan asma persisten. Berdasarkan derajat serangannya, asma dikelompokkan menjadi serangan asma ringan, sedang dan berat
Setiawati, 2006.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Patofisiologi Proses patologi pada serangan asma termasuk adanya konstriksi bronkus,
udema mukosa dan infiltrasi dengan sel-sel inflamasi eosinofil, netrofil, basofil, makrofag dan deskuamasi sel-sel epitel. Dilepaskannya berbagai mediator inflamasi
seperti histamin, lekotrien C
4
, D
4
dan E
4
, Platelet Activating Factor PAF yang mengakibatkan adanya konstriksi bronkus, edema mukosa dan penumpukan mukus
yang kental dalam lumen saluran nafas. Sumbatan yang terjadi tidak seragammerata di seluruh paru. Hiperinflasi paru menyebabkan penurunan compliance paru,
sehingga terjadi peningkatan kerja nafas. Peningkatan tekanan intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi melalui saluran nafas yang menyempit, dapat makin
mempersempit atau menyebabkan penutupan dini saluran nafas, sehingga meningkatkan resiko terjadinya pneumotoraks Setiawati, 2006.
b. Terapi 1 Tujuan terapi
a Mencegah dan mengurangi gejala-gejala asma yang muncul b Mencegah dan mengurangi terjadinya bronkospasme
c Menghambat atau mengurangi peradangan inflamasi saluran pernafasan d Memulihkan obstruksi saluran nafas
e Mengurangi frekuensi terjadinya asma dan mencegah keparahan asma 2 Sasaran terapi
a Gejala-gejala asma b Bronkospasme atau kejang bronki
c Peradangan inflamasi saluran pernafasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d Obstruksi saluran nafas e Frekuensi dan keparahan asma
3 Strategi terapi a Non-farmakologis
1 Menghindari alergen dan polutan yang merupakan penyebab asma, seperti debu, asap rokok, udara dingin, serta perlu menghindari stress
Scruggs, 2004. 2 Mengontrol lingkungan sekitar, seperti membersihkan karpet dan sprei
setiap minggunya dan menggunakan penyaring khusus Scruggs, 2004. b Farmakologis
Serangan asma ringan diberikan obat pereda reliever berupa β agonis
secara inhalasioral, atau adrenalin 11000 subkutan 0,01 mlkgBBkali dengan dosis maksimal 0,3 mlkali. Serangan sedang diberikan obat seperti di atas
ditambah dengan pemberian oksigen, cairan intravena, kortikosteroid oral, dan dirawat di ODC one day care = ruang rawat sehari. Pada serangan berat, selain
obat di atas, diberikan aminofilin secara inisial dan rumatan. Kortikosteroid dapat diberikan secara intravena. Steroid oral dosis 1-2 mgkgBBhari dibagi 3
diberikan selama 3-5 hari. Steroid yang dianjurkan adalah prednison dan prednisolon Supriyatno dkk, 2004.
2. Faringitis