39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Obat racikan banyak digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda. Selama periode Juli 2007, terdapat 169 kasus pediatri yang dirawat
di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda. Dari 169 kasus tersebut, terdapat 99 kasus yang menerima resep racikan. Hasil dan pembahasan penelitian ini dibagi menjadi
empat bagian. Bagian pertama membahas alasan atau latar belakang pemilihan danatau penggunaan obat racikan pada kasus pediatri. Bagian kedua membahas
profil kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan. Bagian ketiga membahas pola peresepan kasus pediatri di bangsal anak
Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan. Bagian keempat membahas kerasionalan terapi dan dampak terapi kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran
nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan.
A. Alasan Latar Belakang Pemilihan danatau Penggunaan Obat Racikan
pada Pasien Pediatri yang Dirawat di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda
Alasan atau latar belakang pemilihan dan penggunaan obat racikan pada kasus pediatri yang dirawat di bangsal anak diperoleh dari data wawancara terhadap
dokter anak, apoteker rawat inap, perawat di bangsal anak, dan orang tua pasien.
1. Dokter anak
Dokter memiliki pertimbangan sendiri dalam memberikan obat racikan kepada pasien pediatri, yaitu dengan alasan anak-anak belum bisa menelan tablet,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
obat racikan memiliki dosis yang sesuai untuk pasien pediatri, memudahkan pemberian, dan pasien merasa lebih nyaman. Dosis ditentukan berdasarkan berat
badan dan umur pasien. Dalam satu jenis racikan, obat yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien, dengan prinsip jumlah obat seminimal mungkin, dan
maksimal satu orang pasien memperoleh 2-5 jenis racikan. Obat yang dicampur dalam satu racikan adalah obat yang memiliki regimen dosis dan aturan pakai yang
sama, dan juga dipertimbangkan apakah kemungkinan terjadi interaksi antar obat yang satu dengan yang lainnya.
Dokter memiliki peranan penting dalam proses pelayanan kesehatan khususnya dalam melaksanakan pengobatan melalui pemberian obat kepada pasien.
Interaksi obat yang terjadi di dalam tubuh yaitu interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik sering kali lolos dari pengamatan dokter. Oleh karena itu, alangkah
baiknya apabila terjalin komunikasi yang baik antara pihak dokter dengan farmasis sehingga interaksi obat dan kesalahan lain yang mungkin terjadi dapat diminimalkan.
1. Apoteker
Apoteker rawat inap mempertimbangkan kemungkinan adanya interaksi antar obat dalam satu racikan, akan tetapi tidak semua resep dapat termonitor oleh
apoteker karena kendala jumlah apoteker yang masih sedikit. Apabila ditemukan adanya interaksi atau perlunya penggantian obat dengan zat aktif sama, maka hal
tersebut dikomunikasikan terlebih dahulu dengan dokter yang bersangkutan. Selama ini apoteker belum dapat memberikan informasi secara langsung
tentang penggunaan obat kepada orang tua pasien yang dirawat di bangsal anak karena adanya kendala jumlah apoteker yang masih sangat terbatas sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
apoteker belum dapat keliling ke bangsal. Oleh karena itu, informasi disampaikan melalui perawat yang bertugas di bangsal anak.
Menganggapi tentang obat racikan, apoteker sendiri berpendapat bahwa sebaiknya resep racikan tidak ada karena dilihat dari beberapa segi. Dari segi bentuk
sediaan obat racikan, reformulasi bentuk sediaan obat menyalahi aturan dalam kefarmasian, misalnya penggerusan obat enteric coated yang seharusnya tidak boleh
dilakukan. Dari segi ketepatan dosis, proses peracikan kemungkinan menghasilkan dosis yang kurang tepat, serta perlu diperhatikan tentang kebersihan dalam proses
pembuatan. Obat racikan juga kurang menguntungkan dari segi efisiensi tenaga, waktu, dan kerasionalan terapi. Alangkah baiknya apabila industri farmasi
mengeluarkan produk-produk yang khusus ditujukan untuk anak-anak baik per oral maupun parenteral, sehingga proses peracikan tidak dibutuhkan lagi. Hal ini akan
mengurangi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah apoteker yang terbatas menjadi salah satu kendala dalam praktek
farmasi klinik, terutama dalam memonitor pengobatan atau terapi yang diberikan kepada pasien. Kerja sama dan komunikasi yang baik antara apoteker dengan dokter
menjadi faktor penting dalam usaha mengurangi kesalahan terapi yang mungkin dapat terjadi pada pasien pediatri, terutama dalam penggunaan obat racikan.
2. Perawat dan orang tua pasien