Pengobatan terdiri: 1 Antibiotik tidak perlu diberikan. Namun bila diperkirakan perlu misalnya
pada keadaan berat dan ada kemungkinan infeksi sekunder bakteri, antibiotik yang sesuai dapat diberikan.
2 Peran bronkodilator masih kontroversial, maksud pemberian untuk memperbaiki pertukaran gas. Bila perlu ipratropium bromida, obat
simpatomimetik, atau teofilin; yang terbukti memberikan manfaat pada beberapa penderita dapat dicoba untuk diberikan.
3 Pemberian kortikosteroid juga belum dapat dibuktikan bermanfaat. 4 Pemberian antivirus seperti ribavirin dapat dipertanggungjawabkan,
terutama untuk bayi risiko tinggi yaitu dengan sistik fibrosis, bronchopulmonari diplasia, imunodefisiensi, dan penyakit jantung bawaan.
Obat ini terbukti efektif untuk pasien dengan ventilator. 5 Imunoterapi masih dalam penelitian, terutama immunoglobulin untuk
infeksi SRV Supriyatno dkk, 2004.
5. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan
kimiabenda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi ventilation perfusion mismatch.
a. Patofisiologi Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme: filtrasi partikel di
hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier, fagositosis kuman oleh makrofag alveolar, netralisasi kuman oleh substansi imun lokal dan drainase melalui
sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia: aspirasi, gangguan imun, septisemia, malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular,
kontaminasi perinatal dan gangguan klirens mukussekresi seperti pada fibrosis kistik, benda asing atau disfungsi silier.
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatus. Umumnya
pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil terjadi melalui aliran darah hematogen. Secara klinis sulit membedakan pneumonia
bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan meningkatnya
umur. Pada pneumonia yang berat bisa terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik dan gagal nafas Setiawati, 2006.
b. Terapi 1 Tujuan terapi
a Membunuh mikroorganisme penyebab pneumonia b Mengurangi gejala pneumonia yang muncul
c Meningkatkan sistem imun tubuh 2 Sasaran terapi
a Mikroorganisme penyebab pneumonia b Gejala pneumonia
c Sistem imun tubuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Strategi terapi a Non-farmakologis
1 Istirahat yang cukup. 2 Banyak minum air putih, minimal 1 gelas air setiap jam. Cairan yang
cukup akan membantu mengencerkan sekret sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan.
3 Meningkatkan kelembaban udara di sekitar anak. Griffith, 1989
b Farmakologis Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk dilakukan, sehingga
pemberian antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering, yaitu Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza.
Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur. Bayi di bawah 3 bulan diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida. Usia lebih dari 3 bulan,
ampisilin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotik pilihan adalah golongan
sefalosporin Supriyatno dkk, 2004. Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,
dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10 hari. Bila diduga penyebab pneumonia adalah Staphylococcus aureus, kloksasilin dapat diberikan. Bila
alergi terhadap penisilin, diberikan sefazolin, klindamisin, atau vankomisin. Lama pengobatan untuk stafilokok adalah 3-4 minggu Supriyatno dkk, 2004.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Drug Related Problems DRPs