Kajian Semantik Kajian Teoretis

Yule 2008:28 bahwa referensii dalam jangkauan yang luas didasarkan pada asumsi penutur terhadap apa yang sudah diketahui pendengar. Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa referensi adalah suatu tuturan yang merujuk bentuk linguistik tertentu yang sebelumnya juga sudah diketahui oleh mitra tutur. Rujukan tersebut dapat berupa tuturan atau perilaku mitra tutur sebelumnya yang menimbulkan tanggapan dari penutur. Referensii ini juga dapat digunakan untuk mengetahui konteks suatu tuturan, misalnya pada contoh tuturan berikut. “Jadi begini bang Karni tentang kedatangan dari orang tua MA ke istana, kalau tadi TV One mengatakan diundang oleh pak Jokowi, pak Jokowi tidak mau mengundang”. DB.24ILC4-11-2014 Tuturan ini dikatakan oleh Junimart Girsang yang mengetahui bahwa TV One memberitakan kalau Jokowi mengundang orangtua Arsyad untuk datang ke istana padahal sesungguhnya pak Jokowi tidak mengundang. Fenomena konteks yang muncul pada tuturan tersbut berupa referensiimerujuk pada berita TV One.

2.2.6 Kajian Semantik

Kajian semantik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji mengenai makna kata. Makna adalah arti yang terdapat dalam tuturan. Jika seseorang bertutur kata, berarti ia mengirimkan pesan yang bermakna kepada mitra tutur. Masih dapat diingat bahwa makna itu berbeda dengan maksud, makna adalah arti yang melekat pada suatu tuturan sedangkan maksud berada pada benak penutur Chaer, 1993. Jadi bisa saja, ketika seorang bertutur A tetapi mempunyai maksud B. Pesan atau informasi yang akan disampaikan oleh penutur tidak selamanya pesan yang mengandung makna positif, tetapi terkadang penutur terpaksa memberitahukan pesan atau informasi yang dapat membuat perasaan mitra tutur kecewa,sedih, marah, dll. Dalam mengirimkan pesan yang mengandung berbagai makna agar terterima dengan baik oleh mitra tutur, penutur harus memperhatikan aspek-aspek makna seperti apa yang telah diungkapkan oleh Chaer 1993 mengemukakan bahwa ujaran manusia dapat dilihat dari 4 segi aspek makna, yakni: a. Pengertian sense Aspek makna pengertian ini dapat diwujudkan atau dicapai ketika penutur dan mitra tutur mempunyai bahasa yang sama Chaer 1993:3. Maksudnya, pesan yang mengandung ide atau gagasan yang akan disampaikan mempunyai konsep yang sama di pikiran penutur atau mitra tutur. Contohnya ketika seorang penutur mengatakan : ―Hari ini hujan‖, Konsep kata hari yang ada dipikiran penutur dan mitra tutur berarti: senin, selasa, rabu, dst. Begitu juga konsep kata ―ini‖ yang berarti menunjuk sesuatu yang dekat, dan “hujan” yang berarti tetesan-tetesan air yang jatuh dari langit. b. Perasaan feeling Perasaan berhubungan langsung dengan kondisi hati penutur terhadap situasi pembicaraan. Didalam kehidupan sehari-hari perasaan yang sering muncul, misalnya sedih, kecewa, bahagia, senang, dll. Apa yang diungkapkan penutur haruslah disesuaikan dengan situasi pembicaraan Chaer 1993:3. Penyesuaian dapat dilakukan dengan cara pemilihan diksi yang sesuai dengan situasi pembicaraan. Misalnya saja, seorang penutur datang untuk melayat, kata-kata yang bisa dipakai anatara lain: “turut berduka cita”. Kata “turut berduka cita” sesuai dengan suasana hati yang sedang berkabung dan juga sesuai dengan situasi pembicaraan yang sedang menyedihkan. c. Nada tone Tidak jauh berbeda dengan aspek perasaan, aspek nada berhubungan langsung dengan aspek perasaan Chaer 1993: 4. Hal itu dapat dilihat ketika seseorang dalam kondisi marah, kata-kata yang dikeluarkan akan bernada tinggi. Berbeda saat seseorang ingin meminta bantuan kepada orang lain, kata-kata yang dikeluarkan akan bernada rendah agar mitra tutur mempunyai perasaan iba. d. Intension Tujuan Di dalam aspek tujuan makna yang ada didalam pesan yang disampaikan memiliki tujuan tertentu Chaer,1993:5. Contoh : Aku sangat sedih melihat kecelakaan itu. Makna perasaan : sedih Makna nada : rendah Makna tujuan : memberitahukan kepada seseorang bahwa perasaanya sedih ketika melihat kecelakaan Berdasarkan analisis makna diatas, dapat disimpulkan bahwa tuturan yang dikatakan memiliki tujuan mengungkapkan kprihatinan atau kesedihan ketika melihat kecelakaan. Jika aspek makna sudah dimengerti dengan baik oleh penutur, dalam menyampaikan pesan atau informasi terdapat juga jenis-jenis makna yang dapat digunakan penutur dalam menyampaikan pesannya. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa kata-kata yang akan digunakan sebagai tuturan harus disesuaikan dengan situasi pembicaraan. Seperti halnya saat berada di ruang diskusi ataupun saat berdialog, percakapan- percakapan yang dikeluarkan haruslah lugas apa adanya dan tidak bertele-tele. Seperti apa yang telah dikatakan oleh Chaer 1993: 9 mengenai salah satu jenis makna yakni makna kognitif, makna kognitif sama dengan makna lugas yang berarti makna yang sebenarnya dan tidak mengandung kiasan. Didalam makna kognitif yang diucapkan terdapat sesuatu yang nyata bukan kiasan atau perumpamaan. Contohnya ada dua kata yaitu ―dimana mata mu?‖, dan ―dasar mat a keranjang‖. Dari kedua contoh tersebut kata yang bermakna kognitif adalah ―dimana mata mu?‖, karena mata yang dimaksud adalah salah satu bagian tubuh manusia, sedangkan kata ― dasar mata keranjang‖,‖ mata‖ yang dimaksud adalah cacian karena genit saat melihat sesuatu. Selain itu, jenis makna konotatif juga sering digunakan dalam acara-acara diskusi. jenis makna konotatif itu dapat digunakan untuk menyindir, mengungkapkan sesuatu yang mengandung makna yang bisa membuat perasaan mitra tutur marah, sedih dan kecewa. Contoh makna konotatif ―diberhentikan‖ dapat berarti ―di PHK, di pecat‖, pemilihan kata-kata itu tergantung oleh individu yang mengucapkannya. Selain makna kognitif dan konotatif, masih terdapat jenis makna yang lain.

2.2.7 Konteks

Dokumen yang terkait

FENOMENA KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE.

3 13 27

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada ``Catatan Pinggir`` Majalah Tempo Edisi Januari - September 2013 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 2 2

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi pada top news di Metro TV bulan November-Desember 2014.

3 49 352

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada acara Sentilan Sentilun Metro TV periode Agustus dan September 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 391

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada prosa lirik Pengakuan Pariyem sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 0 315

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik koran Kompas edisi September - Oktober 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 7 307

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada karikatur koran tempo edisi September - Desember 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 4 298

Nilai rasa bahasa pada diksi dalam dialog interaktif di Mata Najwa, Metro TV bulan Oktober dan November 2012.

0 9 313

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DISKUSI “INDONESIA LAWYERS CLUB” DI STASIUN TELEVISI TV ONE

0 0 15

B 02 Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa Sebagai Penanda Kesantunan Dalam Berkomunikasi

0 0 20