Kemudian pada contoh DB.172ILC25-11- 2014 “Bang Karni jangan
biarkan saya berjalan sendirian”, tuturan HM.Prasetyo menganduk maksim kerendahan hati, karena dia meminta tolong Karni Ilyas untuk selalu
mendampinginya dalam melaksanakan tugas. Hal itu dipersepsi sebagai bentuk ketidakmampuan HM.Prasetyo dihadapan mitra tutur. Walaupun sebenarnya
tanpa Karni Ilyas pun dia mampu. Begitu juga pada contoh DB.173ILC25-11- 2014 “Saya memohon dukungan dan doa restunya ….” tuturan HM.Prasetyo
mengandung maksim kerendahan hati, karena dia meminta tolong publik untuk mendokannya, hal itu dipersepsi sebagai bentuk ketidakmampuan HM.Prasetyo
dihadapan mitra tutur.
4.2.1.9 Daya Selidik
Daya selidik adalah kekuatan bahasa yang digunakan penutur untuk menyelidiki mitra tutur karena ada hal yang dianggap belum jelas. Berikut contoh
tuturan yang mengandung daya selidik, “Anda masuk anti Jokowi, kenapa Anda
sampai tertarik itu apa Anda tau Prabowo bagaimana? Jokowi bagaimana? atau
hanya ikut saja?” DB.10ILC4-11-2014Tuturan ini dikatakan oleh Karni Ilyas
karena mengetahui bahwaa akun fesbuk Arsyad terdapat keterangan seperti ini = Arsyad Assegaf Anti Jokowi. Selidik itu dilakukan melalui penyelidikan yang
dilakukan Karni Ilyas mengenai alasan Arsyad masuk grup anti Jokowi. Daya selidik dapat dimunculkan melalui unsur intralingual berupa kalimat
tanya, “Anda masuk anti Jokowi, kenapa Anda sampai tertarik itu apa Anda tau
Prabowo bagaimana? Jokowi bagaimana? atau hanya ikut saja?” Unsur
ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dari Karni Ilyas juga menyertai tuturan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang santun karena
sesuai dengan prinsip Pranowo 104:2012 yakni pengguanan diksi santun. Dalam konteks ini, tuturan Karni Ilyas dalam menyelidiki Arsyad menggunakan diksi
santun seperti “Anda untuk menyebut Arsyad.
“Nah kalau dia tidak melanjutkan dia dapat uang sebagai uang apa itu? bukan uang untuk sekolah kan? atau untuk hidup? biaya hidup? atau apa
maksudnya ?‖ DB.74.IILC11-11-14Tuturan ini dikatakan oleh Karni Ilyas
karena Hamid Muhammad mengatakaan KIP Kartu Indonesia Pintar berlaku untuk anak usia sekolah, dimana kalsifikasinya adalah anak yang duduk di bangku
sekolah maupun anak yang tidak bersekolah. Selidik itu dilakukan melalui penyelidikan yang dilakukan dari Karni Ilyas mengenai tujuan dari KIP yang
ditujukan untuk anak usia sekolah. Daya selidik dapat dilihat melalui unsur intralingual berupa kalimat tanya,
“Nah kalau dia tidak melanjutkan dia dapat uang sebagai uang apa itu? bukan uang untuk sekolah kan? atau untuk hidup? biaya hidup? atau apa maksudnya?”
Daya selidik semakin kuat dengan adanya unsur ekstralingual berupa kedua
tangan dan pundak Karni Ilyas diangkat yang dipersepsi sebagai bentuk daya
selidik. Unsur ekstralingual berupa fenomena konteks referensimerujuk pada pernyataan Hamid Muhammad juga
menyertai tuturan.
Tuturan ini dipersepsi santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo 103-2013 yakni adu rasa, mempertemukan perasaan penutur dan mitra
tutur sehingga komunikasi sama-sama di kehendaki. Dalam konteks ini tuturan Karni Ilyas mengandung prinsip adu rasa karena setelah pertanyaan itu selesai,
Hamid Muhammad menjawabnya dengan lengkap. Berdasarkan tuturan di atas dapat disimpulkan bahwa daya selidik
mempunyai ciri khas yakni tuturannya selalu berupa kalimat tanya. Selain itu, daya selidik dapat dimunculkan melalui unsur intralingual berupa kalimat yang
diikuti unsur ekstralingual berupa tanda ketubuhan walaupun pada DB.10ILC4- 11-2014 tidak terlihat, hal itu karena tergantung pada keekspresifan penutur dan
fokus kamera. Sedangkan unsur ekstralingual berupa fenomena konteks selalu menyertai tuturan.
Daya selidik merupakan tuturan yang santun, misalnya pada contoh tuturan DB.10ILC4-11-2014
“Anda masuk anti Jokowi, kenapa Anda sampai
tertarik itu apa Anda tau Prabowo bagaimana? Jokowi bagaimana? atau hanya
ikut saja?” tuturan Karni Ilyas dalam menyelidiki Arsyad menggunakan diksi
santun seperti “Anda untuk menyebut Arsyad. Kemudian pada contoh
DB.74.IILC11-11- 14 “Nah kalau dia tidak melanjutkan dia dapat uang sebagai
uang apa itu? bukan uang untuk sekolah kan? atau untuk hidup? biaya hidup?
atau apa maksudnya?” tuturan Karni Ilyas mengandung prinsip adu rasa karena
setelah pertanyaan itu selesai, Hamid Muhammad menjawabnya dengan lengkap.
4.2.2 Analisis Unsur Intralingual dan Ekstralingual Nilai Rasa Bahasa
Analisis unsur intralingual dan ekstralingual Nilai Rasa Bahasa merupakan pengelompokan nilai rasa ke dalam kalimat, klausa, kata dan frasa yang diikuti
atau diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa penanda ketubuhan dan fenomena konteks.
4.2.2.1 Nilai Rasa Halus
Nilai rasa halus adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan penutur untuk memperhalus tuturan sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar
rasa yang ada dalam tuturan . Nilai rasa halus ditunjukkan melalui rasa hormat menggunakan kata-kata yang bernilai rasa hormat seperti: mas, ibu, almarhum,
beliau,dll, rasa sopan, rasa terima kasih, rasa syukur dan rasa rendah hati. Berikut ini contoh tuturan yang mengandung nilai rasa halus.
4.2.2.1.1 Nilai rasa hormat Nilai rasa hormat adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan
penutur untuk menghormati mitra tutur sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang dalam tuturan. Kehalusan itu dapat dirasakan melalui penggunaan kata-
kata yang bernilai rasa hormat seperti mbak, mas, ibu,almarhum,bungsu dll. Berikut contoh tuturan yang mengandung nilai rasa hormat,
“Bagaimana awal
mula Anda ikut atau membuka akun fesbuk?” NR.7ILC4-11-2014Tuturan ini
dikatakan oleh Karni Ilyas untuk mengetahui cerita pertama kali Arsyad tersangka penghinaan dan pencemaran nama baik Jokowi-Megawati