NR.105ILC18-11-2014, merupakan tuturan yang santun karena penutur memberikan keuntungan bagi mitra tutur. Hal itu karena tuturan penutur adalah
informasi mengenai jenis kejahatan yang menyebabkan vonis mati bagi pelakunya. Sedangkan pada contoh NR.47.IILC4-11-
2014 “….oh ternyata
anaknya seperti anak kecil gitu ya.” merupakan tuturan yang tidak santun, karena
tuturan itu dipersepsi kurang santun karena Fadli Zon melakukan hal yang kurang baik yaitu menyebut fisik orang yang dimaksudnya. Selain itu unsur ekstralingual
berupa tandaa-tanda ketubuhan tidak terlihat, karena tergantung pada keekspresifan penutur dan sifat ILC yang formal, narasumbernya juga harus
bersikap formal. Sedangkan unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan selalu mengikuti tuturan.
4.2.2.5 Nilai Rasa Bersalah
Nilai rasa bersalah adalah kadar rasa bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan rasa bersalahnya sehingga mitra tutur dapat menyerap rasa yang
ada dalam tuturan. Rasa bersalah dapat ditunjukkan melalui rasa sesalpenyesalan. 4.2.2.5.1 Nilai Rasa Sesal
Nilai rasa sesal adalah kadar rasa bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan penyesalannya sehingga mitra tutur dapat menyerap rasa yang
ada di dalam tuturan. Berikut ini contoh tuturan yang mengandung nilai rasa sesal, “Saya sangat menyesal sekali dan saya juga tidak mengetahui kalau bakalan
seperti ini pak.” NR.12ILC4-11-2014 Tuturan ini dikatakan Arsyad karena
mengetahui bahwa tindakan dia yang memposting gambar porno Jokowi-
Megawati dapat melahirkan delik pidana yang dapat menjeratnya. Rasa bersalah itu ditunjukan melalui ungkapan penyesalan dari Arsyad karena telah memposting
gambar porno Jokowi – Megawati.
Rasa sesal itu dapat dilihat melalui unsur intralingual frasa “Saya sangat
menyesal …..” Unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dari Arsyad juga menyertai tuturan. Sedanngkan unsur ekstralingual berupa tanda-
tanda ketubuhan tidak terlihat. Tuturan tersebut merupakan tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo 104:2012 yaitu sikap
kerendahan hati. Dalam konteks ini, tuturan Arsyad dipersepsi sebagai bentuk kerendahan hatinya untuk mengakui kesalahannya dalam bentuk penyesalan.
Nilai rasa sesal hanya ditemukan satu dalam penelitian ini. Berdasarkan satu contoh di atas dapat disimpulkan bahwa tuturan yang mengandung nilai rasa
sesal merupakan tuturan yang santun karena berisi penyesalan dari penutur. Penyesalan itu ada ketika sesorang melakukan kesalahan sehingga tuturan yang
mengandung penyesalan sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo 104:2012 yaitu sikap kerendahan hati. Dalam contoh NR.12ILC4-11-2014 penyesalan
dapat dilihat melalui unsur intralingual frasa “Saya sangat menyesal sekali…..”
Namun, penanda ektralingual berupa tanda —tanda ketubuhan tidak terlihat. Hal
itu kartena tergantung pada keeksppresifan penutur dan sifat forum ILC yang formal sehingga sikap yang harus ditunjukan narasumberpenutur juga harus
formal.
4.2.2.6. Nilai Rasa Percaya