1 Tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur maksim
kebijaksanaan ―tact maxim‖. 2
Tuturan lebih baik menimbulkan kerugian pada penutur maksim kedermawanan ―generosity maxim‖.
3 Tuturan memberikan pujian kepada mitra tutur maksim pujian ―praise
maxim‖. 4
Tuturan tidak memuji diri sendiri maksim kerendahan hati. 5
Tuturan dapat memberikan persetujuan kepada mitra tutur maksim kesetujuan ―agreement maxim‖.
6 Tuturan dapat mengungkapkan rasa simpati terhadap yang dialami oleh
mitra tutur maksim simpati ―sympathy maxim‖. 7
Tuturan dapat mengungkapkan sebanyak-banyaknya rasa senang pada mitra tutur maksim pertimbangan ―consederation maxim‖.
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka diatas dapat dirumuskan kerangkan berpikir sebagai berikut:Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, komunikasi dapat
dilakukan dengan cara bahasa verbal dan nonverbal. Bahasa verbal merupakan rangkaian kata-kata yang diujarkan oleh seseorang. Sedangkan bahasa nonverbal
dapat berupa gerak-gerik tubuh seperti ekspresi wajahmimik muka. Oleh karena itu, untuk menganalisis bahasa verbal dan nonverbal yang digunakan oleh
pengguna bahasa dibutuhkan teori bahasa pragmatik dan semantik. Teori pragmatik dapat membantu menganalisis mengenai maksud pengguna bahasa
dengan memperhatikan konteks kalimat. Sedangkan teori semantik membantu dalam menganalisis makna kata yang dituturkan oleh pengguna bahasa. Kedua
kajian ini dapat digunakan untuk menganalisis seberapa kuat daya bahasa dan nilai rasa bahasa yang digunakan seseorang dalam menyampaikan pesannya.
Daya bahasa adalah kekuatan yang dimiliki oleh bahasa untuk menyampaikan pesan yang disampaikan kepada mitra tutur Pranowo, 2009.
Daya bahasa dapat dimunculkan melalui fungsi komunikatif bahasa, seperti fungsi ekspresif bahasa digunakan untuk menyatakan perasaan sedih, gembira,
kecewa, dll. Ditambah dengan pemilihan kata atau diksi. Diksi dapat menambah nilai rasa bahasa ketika ujaran itu diujarkan. Nilai rasa bahasa adalah kadar rasa
atau perasaan yang terdapat didalam suatu bahasa lisan maupun tulis. Jadi antara daya bahasa dan nilai rasa bahasa saling keterkaitan. Penggunaan bahasa
didalam dialog interaktif terjadi antara dua orang atau lebih. Melalui kata-kata yang dipilihnya, penutur menyampaikan informasi atau makna yand
dimaksudkan kepada mitra tutur. Oleh karena itu, daya bahasa dan nilai rasa bahasa dapat digali salah
satunya melalui kata atau diksi. Selain diksi masih banyak lagi cara untuk memunculkan daya bahasa dan nilai rasa bahasa. Antara lain melalui konteks,
bahasa nonverbal gerak-gerik tubuh, kerlingan mata, isyarat, dll. Jika dibuat bagan, kerangka berpikir penelitian ini, sebagai berikut.
Tuturan yang Diduga Mengandung Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa Pada Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club TV One Sebagai
Penanda Kesantunan Berkomunikasi
Teori Pragmatik dan Semantik
Unsur Intralingual dan Ekstralingual Daya Bahasa
Unsur Intralingual dan Ekstralingual Nilai Rasa Bahasa
Indikator Kesantunan Leech 1983 dan Pranowo 2012
Santun Tidak Santun
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor 1975:5 dalam Moleong 2010:4 mendeksripsikan penelitian deskriptif
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari orang atau pelaku yang dapat diamati. Penelitian ini merupakan analisis wacana lisan
dengan menggunakan pendekatan pragmatik dan semantik pragmasemantik dengan tujuan mendeskripsikan unsur intralingual dan ekstralingual daya bahasa
dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi dalam dialog interaktif Indonesia lawyers Club TV One.
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data penelitian merupakan video dialog interaktif Indonesia lawyers Club TV One yang diunduh dari youtube selama bulan November. Data penelitian
ini adalah data yang dituturkan langsung oleh tokoh dalam dialog interaktif verbal. Dialog yang dimaksud adalah seluruh percakapan para tokoh yang di
transkrip kedalam tulisan beserta gesture tubuh yang mengikuti seluruh ucapan tokoh. . Gesture menjadi konteks percakapan sehingga peneliti dapat memahami
makna yang diucapkan oleh tokoh.