Daya Ungkap Analisis Unsur Intralingual dan Ekstralingual Daya Bahasa

pemberian ingatan oleh Karni Ilyas kepada Muzakir. Daya mengingatkan dapat dilihat melalui unsur intralingual frasa, “Waktu kita tinggal 5 menit” Sedangkan unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan juga menyertai tuturan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo 103:2012 yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks in, tuturan Karni Ilyas mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk mengingatkan kepada Muzakir akan waktu dirinya yang tinggal 5 menit untuk memberikan pandangannya. Daya mengingatkan hanya ditemukan sebanyak satu, berdasarkan satu contoh di atas dapat disimpulkan bahwa daya mengingatkan merupakan tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo 103:2012 yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan memberikan keuntungan. Pada DB.62ILC4-11- 14 “Waktu kita tinggal 5 menit” tuturan memberikan keuntungan kepada mitra tutur agar tidak lupa akan hal yang dianggap penting. Daya mengingatkan dapat dimunculkan melalui unsur intralingual frasa dan diikuti oleh unsur ekstralingual fenomena konteks.

4.2.1.6 Daya Ungkap

Daya ungkap adalah kekuatan bahasa digunakan oleh penutur untuk mengungkapkan pikiranpandangannya mengenai hal yang dianggap penting kepada mitra tutur. Cara mengungkapkan dapat dilakukan melalui daya berpendapat. 4.2.1.6.1 Daya Berpendapat Daya berpendapat adalah kekuatan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk mengungkapkan pandanganpikirannya mengenai suatu hal untuk di bagikan kepada mitra tutur. Berikut contoh tuturan yang mengandung daya berpendapat, “Nah, saya ingin menambahi sebenarnya dari hasil diskusi ini semua, salah satu poin penting dari kasus ini yang menurut saya harus diungkap adalah motif.” DB.155ILC18-11-2014Tuturan ini dikatakan oleh Muhammd Nur karena mengetahui bahwa motif pembunuhan adalah hal penting yang harus diungkap. Cara mengungkapan dapat dilakukan melalui pendapat dari Nurkholis mengenai hal penting yang harus diungkap pada kasus Sisca. Daya berpendapat dapat dilihat melalui unsur intralingual berupa kalimat, “Nah, saya ingin menambahi sebenarnya dari hasil diskusi ini semua, salah satu poin penting dari kasus ini yang menurut saya harus diungkap adalah motif.” Selain itu, berpendapat diperkuat dengan adanya frasa “menurut saya”, yang dipersepsi sebagai bentuk ungkapan awal ketika sesorang akan mengemukakan pendapat. Unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dari Muhammad Nur juga menyertai tuturan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang santun karena karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo 103:2012 yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks in, tuturan Muhammad Nur mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk pemberian pendapat kepada pihak-pihak yang terkait dalam penyelidikan kasus pembunuhan Sisca Yofie. “Pertama, bahwa Jaksa Agung harus orang yang bersih, harus orang yang tidak tersandra baik masa lalu atau tersandra kekuasaan atau kekuasaan sebelumnya karna berhutang budi baik dengan satu kekuasaan maupun dengan konglomerat dan sebagainya.” DB.188ILC25-11-2014Tuturan ini dikatakan oleh Henri Yosodiningrat yang mempunyai kriteria sendiri yang bisa dijadikan patokan yang menjadi Jaksa Agung. Cara mengungkapkan itu dilakukan melalui pendapat dari Henri Yosodiningrat mengenai kriteria yang bisa dijadikan patokan pemilihan Jaksa Agung. Daya berpendapat dapat dilihat melalui unsur intralingual kalimat, “Pertama, bahwa Jaksa Agung harus orang yang bersih, harus orang yang tidak tersandra baik masa lalu atau tersandra kekuasaan atau kekuasaan sebelumnya karna berhutang budi baik dengan satu kekuasaan maupun dengan konglomerat dan sebagainya.” Unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dari Henri Yosodiningrat juga menyertai tuturan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang santun karena karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo 103:2012 yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks in, tuturan Henri Yosodiningrat mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk pemberian pendapat kepada pihak-pihak yang terkait dalam pemilihan Jaksa Agung. “Nah alat ukur yang paling menarik menurut saya adalah pertama pembersihan internal kejaksaan karna ini adalah pekerjaan rumah yang sudah sekian lama.” DB.207ILC25-11-2014Tuturan ini dikatakan oleh Zaenal karena Zaenal mengetahui mengenai tolok ukur yang menurutnya bisa digunakan untuk membuktikan bahwa Prasetyo mempunyai preferensii hukum lebih tinggi daripada politiknya. Cara mengungkapkan dilakukan melalui pendapat dari Zaenal mengenai tolok ukur yang bisa digunakan untuk menguji kinerja Prasetyo. Daya berpendapat dapat dilihat melalui unsur intralingual berupa kalimat, “Nah alat ukur yang paling menarik menurut saya adalah pertama pembersihan internal kejaksaan karna ini adalah pekerjaan rumah yang sudah sekian lama.” , yang diperkuat dengan adanya frasa “menurut saya” yang berarti Zaenal mengungkapkan pandanganpendapatnya. Sedangkan unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dari Zaenal juga menyertai tuturan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo 103:2012 yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks in, tuturan Zaenal mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk pemberian pendapat kepada HM.Prasetyo. Berdasarkan ketiga contoh di atasdapat disimpulkan bahwa daya berpendapat memiliki ciri khas kata yang digunakan, yakni “...menurut saya.., bagi saya…” yang dipersepsi sebagai ungkapan awal seseorang ingin mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, daya berpendapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur karena tuturannya dapat dijadikan pedomanmasukan mitra tutur. Daya berpendapat merupakan tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo 103:2012 yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Daya berpendapat dapat dimunculkan melalui unsur intralingual kalimat yang diikuti oleh unsur ekstralingual berupa fenomena konteks. Namun, unsur ekstralingual berupa tanda-tanda ketubuhan jarang terihat, hal itu dikarenakan tergantung pada keekspresifan penutur dan fokus kamera. Misalnya pada contoh DB.155ILC18-11-2014 “…..menurut saya harus diungkap adalah motif.” tuturan Muhammad Nur mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk pemberian pendapat kepada pihak-pihak yang terkait dalam penyelidikan kasus pembunuhan Sisca Yofie. Kemudian pada contoh DB.188ILC25-11-2014 “Pertama, bahwa Jaksa Agung harus orang yang bersih, harus orang yang tidak tersandra …...” tuturan Henri Yosodiningrat mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk pemberian pendapat kepada pihak-pihak yang terkait dalam pemilihan Jaksa Agung. Terakhir pada contoh DB.207ILC25-11- 2014 “menurut saya adalah pertama pembersihan internal kejaksaan…...” tuturan Zaenal mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk pemberian pendapat kepada HM.Prasetyo.

4.2.1.7 Daya Ancam

Dokumen yang terkait

FENOMENA KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE.

3 13 27

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada ``Catatan Pinggir`` Majalah Tempo Edisi Januari - September 2013 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 2 2

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi pada top news di Metro TV bulan November-Desember 2014.

3 49 352

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada acara Sentilan Sentilun Metro TV periode Agustus dan September 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 391

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada prosa lirik Pengakuan Pariyem sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 0 315

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik koran Kompas edisi September - Oktober 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 7 307

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada karikatur koran tempo edisi September - Desember 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 4 298

Nilai rasa bahasa pada diksi dalam dialog interaktif di Mata Najwa, Metro TV bulan Oktober dan November 2012.

0 9 313

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DISKUSI “INDONESIA LAWYERS CLUB” DI STASIUN TELEVISI TV ONE

0 0 15

B 02 Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa Sebagai Penanda Kesantunan Dalam Berkomunikasi

0 0 20