Daya Keinginan Analisis Unsur Intralingual dan Ekstralingual Daya Bahasa

4.2.1.8 Daya Keinginan

Daya keinginan adalah kekuatan bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan harapannya kepada mitra tutur. Daya keinginan ini dapat dilakukan melalui permintaan dan daya harap itu sendiri. 4.2.1.8.1 Daya Harap Daya harap adalah kekuatan bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan harapannya kepada mitra tutur. Berikut contoh tuturan yang mengandung daya harap, “Tapi mudah-mudahan pada kesempatan ini pak, bang Henri juga mudah-mudahan ya saya gak memandang beliau sebagai lawyer tetapi sebagai anggota dewan yatolonglahdiingatkan pak presiden sebagai wakil rakyat agar jangan lagi ada penjara hanya gara- gara perkataan tersebut.” DB.48ILC4-11-14 Tuturan ini dikatakan oleh Farhat Abbas yang mengetahui bahwa selain menjadi pengacara tim hukum Jokowi, Henri Yosodiningrat juga sebagai anggota dewan yang mempunyai hubungan baik dengan Jokow. Keinginan itu dilakukan melalui harapan dari Farhat Abbas terhadap Henri Yosodiningrat agar mau mengingatkan presiden yang kapasitasnya sebagai wakil rakyat agar tidak membesarkan masalah kecil seperti kasus Arsyad. Daya harap dapat dilihat melalui unsur intralingual berupa kalimat, “Tapi mudah-mudahan pada kesempatan ini pak, bang Henri juga mudah-mudahan ya saya gak memandang beliau sebagai lawyer tetapi sebagai anggota dewan yatolonglahdiingatkan pak presiden sebagai wakil rakyat agar jangan lagi ada penjara hanya gara-gara perkataan tersebut.‖, yang diperkuat lagi dengan kata ulang “mudah-mudahan”, yang dipersespi sebagai kata yang mengandung harapan. Unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dari Farhat Abbas juga menyertai tuturan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip Pranowo 104:2012 yakni pengguanan diksi santun. Dalam konteks ini, tuturan Farhat Abbas dalam mengungkapkan harapannya menggunakan diksi santun seperti “mudah-mudahan”, yang terkesan tidak memaksakan harapannya. “Bang Karni kan pengusaha punya banyak karyawan mudah-mudahan sudah terdaftar BPJS ya pak.” DB.68ILC11-11-14 Tuturan ini dikatakan oleh Fahmi Idris mengetahui bahwa Karni Ilyas adalah seorang pengusaha sukses. Cara berharap itu dilakukan melalui harapan dari Fahmi Idris kepada Karni Ilyas sudah terdaftar dalam BPJS. Daya harap dapat dilihat melalui unsur intralingual kalimat, “Bang Karni kan pengusaha punya banyak karyawan mudah-mudahan sudah terdaftar BPJS ya pak.” Unsur ekstralingual berupa fenomena konteks dari Fahmi Idris juga menyertai tuturan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip Pranowo 104:2012 yakni pengguanan diksi santun. Dalam konteks ini, tuturan Idris Fahmi dalam mengungkapkan harapannya menggunakan diksi santun seperti “mudah-mudahan”, yang terkesan tidak memaksakan harapannya. “Kami berpikir hukuman yang terberat itu mungkin dapat mengungkapkan apa yang terjadi sebetulnya, supaya Wawan bisa berkata jujur dan untuk terdakwa yang hukumannya diperingan tetap kami juga mengharapkan untuk bisa bertobat kembali jalan yang benar yang Tuhan sudah tentukan.” DB.152ILC18-11-2014Tuturan ini dikatakan oleh Elfi bahwa adanya hukuman yang berat yang dijatuhkan MA kepada Wawan adalah hukuman mati, hukuman yang dianggap sebagai puncaknya sebuah hukuman dapat membuat Wawan berkata jujur. Keinginan itu dilakukan melalui harapan Elfi agar dengan adanya hukuman yang berat akan membuat kedua pelaku kejahatan bertobat dan berkata jujur. Daya harap dapat dilihat melalui unsur intralingual berupa kalimat, “Kami berpikir hukuman yang terberat itu mungkin dapat mengungkapkan apa yang terjadi sebetulnya, supaya Wawan bisa berkata jujur dan untuk terdakwa yang hukumannya diperingan tetap kami juga mengharapkan untuk bisa bertobat kembali jalan yang benar yang Tuhan sudah tentukan.” Unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dari Elfi juga menyertai tuturan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip Pranowo 104:2012 yakni pengguanan diksi santun. Dalam konteks ini, tuturan Elfi dalam mengungkapkan harapannya menggunakan diksi santun seperti ―kami mengharapkan‖, yang terkesan tidak memaksakan harapannya. “Pak Pras, kita harus istirahat sejenak, tapi saya berharap habis ini masih banyak yang ingin saya tanyakan tentang Bapak Pras.” DB.164ILC25- 11-2014Tuturan ini dikatakan oleh Karni Ilyas yang mengetahui bahwa Prasetyo adalah orang sibuk dan akan ada acara lain yang harus dia datangi. Keinginan dilakukan melalui harapan dari Karni dari karni Ilyas agar Prasetyo masih bisa diwawancari setelah iklan, mengingat Prasetyo adalah orang yang sibuk. Daya harap dapat dilihat melalui unsur intralingual berupa kalimat, “Pak Pras, kita harus istirahat sejenak, tapi saya berharap habis ini masih banyak yang ingin saya tanyakan tentang bapak Pras.” Unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dari Karni Ilyas juga menyertai tuturan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip Pranowo 104:2012 yakni pengguanan diksi santun. Dalam konteks ini, tuturan Karni Ilyas dalam mengungkapkan harapannya menggunakan diksi santun seperti “saya berharap” yang terkesan tidak memaksakan harapannya. Berdasarkan contoh di atasdapat disimpulkan bahwa daya harap memiliki ciri khas kata yang digunakan yaitu “mudah-mudahan”. Daya harap memiliki tuturan yang santun karena penutur tidak pernah memaksakan harapannya. Misalnya pada contoh DB.48ILC4-11- 14 “Tapi mudah-mudahan pada kesempatan ini pak….” tuturan Farhat Abbas dalam mengungkapkan harapannya menggunakan diksi santun seperti “mudah-mudahan”, yang terkesan tidak memaksakan harapannya. Berikutnya pada contoh DB.68ILC11-11-14 “….mudah-mudahan sudah terdaftar BPJS ya pak”, tuturan Idris Fahmi dalam mengungkapkan harapannya menggunakan diksi santun seperti “mudah- mudahan”, yang terkesan tidak memaksakan harapannya. Begitu juga pada contoh DB.152ILC18-11-2014 “….kami juga mengharapkan untuk bisa bertobat kembali jalan yang benar yang Tuhan sudah tentukan.” tuturan Elfi dalam mengungkapkan harapannya menggunakan diksi santun seperti “kami mengharapkan”, yang terkesan tidak memaksakan harapannya. Contoh terakhir DB.164ILC25-11- 2014 “… saya berharap habis ini masih ba nyak yang ingin saya tanyakan tentang bapak Pras.” tuturan Karni Ilyas dalam mengungkapkan harapannya menggunakan diksi santun seperti “saya berharap”, yang terkesan tidak memaksakan harapannya. Selain itu, daya harap dapat dimunculkan melalui unsur intralingual kalimat yang diikuti oleh unsur ekstralingual fenomena konteks. Sedangkan unsur ekstralingual berupa tanda- tanda ketubuhan jarang ditemukan. 4.2.1.8.2 Daya Permintaan Daya permintaan adalah kekuatan bahasa yang digunakan penutur untuk meminta sesuatu kepada mitra tutur. Berikut contoh tuturan yang mengandung daya permintaan, “Saya minta Kominfo dalam hal ini rajin-rajinlah mengedukasi masyarakat Indonesia tentang hal-hal seperti ini tentu undang-undang ITE yang kita bahas, saya kira itu bang Karn i terimakasih.” DB.56ILC4-11-14 Tuturan ini dikatakan Jumadi karena mengetahui tugas dari Kominfo yang mempunyai kapasitas memberikan edukasipembelajaran mengenai penggunaan internet yang tidak melanggar undang-undang ITE. Cara berharap dilakukan melalui permintaan dari Jumadi meminta kepada Kominfo untuk memberikan pendidikan tentang penggunaan media sosial agar masyarakat tidak salah menggunakannya dan berakibat pada pidana. Daya permintaan dapat dilihat melalui unsur intralingual berupa kalimat, “Saya minta Kominfo dalam hal ini rajin-rajinlah mengedukasi masyarakat Indonesia tentang hal-hal seperti ini tentu undang-undang ITE yang kita bahas, saya kira itu bang Karni terimakasih.” Unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dari Jumadi juga menyertai tuturan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang tidak santun karena tidak sesuai dengan prinsip Pranowo 104:2012 yakni pengguanan diksi santun. Dalam konteks ini, tuturan Jumadi dalam mengungkapkan permintaannya tidak menggunakan diksi santun seperti “tolong” yang dipersepsi sebagai diksi untuk meminta tolong. “Bang Karni jangan biarkan saya berjalan sendirian.” DB.172ILC25- 11-2014 Tuturan ini dikatakan HM.Paretyo karena mengetahui bahwa dirinya membutuhkan banyak dukungan dari semua pihak dalam menjalankan tugasnya sebagai Jaksa Agung termasuk Karni Ilyas yang notabene adalah sahabatnya sendiri. Cara berharap dilakukan melalui permintaan dari Prasetyo kepada Karni Ilyas agar mendukungnya dalam mengemban tugasnya sebagai Jaksa Agung . Daya permintaan dapat dilihat melalui unsur intralingual berupa kalimat, “Bang Karni jangan biarkan saya berjalan sendirian.” Sedangkan unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dari Prasetyo juga menyertai tuturan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang santun sesuai dengan prinsip Leech dalam Pranowo 103:2012 yakni maksim kerendahan hati. Dalam konteks ini tuturan HM.Prasetyo menganduk maksim kerendahan hati, karena dia meminta tolong Karni Ilyas untuk selalu mendampinginya dalam melaksanakan tugas. Hal itu dipersepsi sebagai bentuk ketidakmampuan HM.Prasetyo dihadapan mitra tutur. Walaupun sebenarnya tanpa Karni Ilyas pun dia mampu. “Saya memohon dukungan dan doa restunya supaya saya mengemban amanah ini sebaik-baiknya. ”DB.173ILC25-11-2014Tuturan ini dikatakan Prasetyo yang mengetahui bahwasanya dia membutuhkan dukungan dan doa restu dari seluruh masyarakat Indonesia dalam menjalankan tugasnya sebagai Jaksa Agung agar tugasnya dapat diemban dengan sebaik-baiknya. Cara berharap dapat dilakukaan melalui permintaan dari Prasetyo kepada seluruh warga Indonesia untuk memberikan dukungan dan doa restu. Daya permintaan dapat dilihat melalui unsur intralingual kalimat, “Saya memohon dukungan dan doa restunya supaya saya mengemban amanah ini sebaik- baiknya.” Unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dari HM.Prasetyo juga menyertai tuturan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang santun sesuai dengan prinsip Leech dalam Pranowo 103:2012 yakni maksim kerendahan hati. Dalam konteks ini tuturan HM.Prasetyo mengandung maksim kerendahan hati, karena dia meminta tolong publik untuk mendokannya, hal itu dipersepsi sebagai bentuk ketidakmampuan HM.Prasetyo dihadapan mitra tutur. Berdasarkan contoh di atasdapat disimpulkan bahwa daya permintaan mempunyai ciri khas kata yang digunakan seperti “saya minta….., saya mohon….”. Daya permintaan dapat dimunculkan melalui unsur intralingual berupa kalimat yang diikuti oleh unsur ekstralingual berupa fenomena konteks. Sedangkan unsur ekstralingual berupa tanda ketubuhan tidak selalau terlihat. Daya permintaan merupakan tuturan yang santun, misalnya pada contoh DB.56ILC4- 11- 14 “Saya minta Kominfo dalam hal ini rajin-rajinlah mengedukasi masyarakat Indonesia …..” tuturan Jumadi dalam mengungkapkan permintaannya tidak menggunakan diksi santun seperti “tolong” yang dipersepsi sebagai diksi untuk meminta tolong. Kemudian pada contoh DB.172ILC25-11- 2014 “Bang Karni jangan biarkan saya berjalan sendirian”, tuturan HM.Prasetyo menganduk maksim kerendahan hati, karena dia meminta tolong Karni Ilyas untuk selalu mendampinginya dalam melaksanakan tugas. Hal itu dipersepsi sebagai bentuk ketidakmampuan HM.Prasetyo dihadapan mitra tutur. Walaupun sebenarnya tanpa Karni Ilyas pun dia mampu. Begitu juga pada contoh DB.173ILC25-11- 2014 “Saya memohon dukungan dan doa restunya ….” tuturan HM.Prasetyo mengandung maksim kerendahan hati, karena dia meminta tolong publik untuk mendokannya, hal itu dipersepsi sebagai bentuk ketidakmampuan HM.Prasetyo dihadapan mitra tutur.

4.2.1.9 Daya Selidik

Dokumen yang terkait

FENOMENA KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE.

3 13 27

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada ``Catatan Pinggir`` Majalah Tempo Edisi Januari - September 2013 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 2 2

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi pada top news di Metro TV bulan November-Desember 2014.

3 49 352

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada acara Sentilan Sentilun Metro TV periode Agustus dan September 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 391

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada prosa lirik Pengakuan Pariyem sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 0 315

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik koran Kompas edisi September - Oktober 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 7 307

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada karikatur koran tempo edisi September - Desember 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 4 298

Nilai rasa bahasa pada diksi dalam dialog interaktif di Mata Najwa, Metro TV bulan Oktober dan November 2012.

0 9 313

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DISKUSI “INDONESIA LAWYERS CLUB” DI STASIUN TELEVISI TV ONE

0 0 15

B 02 Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa Sebagai Penanda Kesantunan Dalam Berkomunikasi

0 0 20