informasional, bahasa digunakan untuk mengungkapkan informasi berupa makna konseptual. Fungsi ekspresif, yaitu dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan
dan sikap penuturnya. Fungsi phatik, yaitu fungsi untuk menjaga agar garis komunikasi tetap terbuka dan untuk menjaga hubungan garis sosial secara baik.
Fungsi estetik, bahasa digunakan untuk mengungkapkan keindahan seperti apa yang terdapat didalam karya sastra. Fungsi direktif, bahasa digunakan untuk
mempengaruhi perilaku penutur. Untuk memperjelas ke lima fungsi tersebut.
2.2.9 Dialog Interaktif
Sebutan lain dari dialog interaktif adalah talk show. Talk show menurut Darmanto 1998:100 adalah perbincangan dengan tukar menukar pendapat,
dimana pemimpin acara dapat mengatur dan bertindak mengambil peranan aktif tanpa menarik kesimpulan, terkadang acaranya diselingi hiburan oleh peserta atau
pemimpin acara itu sendiri. Hal tersebut sejalan dengan Masduki 2004:80 talk show merupakan kategori program spesial atau program wawancara sebagai
acara, karena mengacu pada arti katanya sendiri yaitu talk obrolan dan show gelaran.
Nilai rasa dan daya bahasa dapat ditemui diberbagai tulisan karya sastra, surat kabar, majalah, dll, begitu juga dapat ditemui di berbagai percakapan
dialog interaktif, siaran radio, ruang diskusi, dll. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi hanya meneliti dialog interaktif Indonesian Lawyer Club TV One sebagai
objek kajian penelitan. Dialog interaktif sejatinya adalah sebuah diskusi yang
dilakukan oleh lebih dari satu orang. Tema-tema yang dibahas dalam dialog interaktif khususnya ILC TV One mengenai politik hukum di Indonesia, dll.
2.2.10 KesopananKesantunan
Kesantunan berkomunikasi merupakan cara penyampaian informasi dengan cara menjaga perasaan penutur.Kesopanan atau kesantunan dalam
interaksi komunikasi adalah hal penting yang harus diperhatikan oleh penutur. Agar apa yang dituturkannya berkenan di hati mitra tutur. Setidaknya terdapat
faktor penentu kesantunan yang sebaiknya diketahui oleh komunikator , yakni faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan Pranowo, 2012. Faktor
kebahasaan meliputi pemakaian diksi dan pemakaian gaya bahasa. a
Pemakaian diksi Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan oleh penutur untuk
mengungkapkan maksud kepada mitra tutur. Pemakaian diksi secara tepat dapat mengakibatkan pemakaian bahasa menjadi santun.
Contoh: 1
“ Saya mohon, bapak berkenan untuk memberikan sambutan di
malam pentas seni yang akan diselenggarakan pada hari Sabtu, 17 Januari 2015”.
2
“Kecelakaan itu mengakibatkan 3 orang meninggal seketikan
ditempat kejadian”.
Pemakaian diksi mohon dan meninggal terasa lebih santundidengarkan dibandingkan kata minta dan mati. Selain itu, pemakaian bahasa yang santun
dapat ditandai dengan pemakaian bahasa verbal seperti kata tolong yang digunakan sebelum menyuruh orang lain, kata terima kasih setelah orang lain
melakukan tindakan seperti apa yang menjadi kehendak penutur, dan lain sebagainya.
b Pemakaian Gaya Bahasa
Pemakaian gaya bahasa merupakan salah satu cara untuk membuat tuturan dirasa lebih santun. Gaya bahasa adalah optimalisasi pemakaian bahasa dengan
cara-cara tertentu untuk mengefektifkan komunikasi Pranowo, 2012:92. Adapun jenis-jenis gaya bahasa yang telah kita kenal dan sering kita dengar
penggunaannya seperti majas metafora, personifikasi, peribahasa, perumpamaan dan lain-lain.
Contoh: 1.
Majas Metafora Majas ini digunakan untuk menghaluskan pemakaian bahasa agar
lebih santun.
“Demonstran itu menjadi korban hantaman peluru saat
memprotes kenaikan bahan pangan” Majas metafora ‗menjadi korban hantaman peluru‘, mempunyai
nilai yang lebih santun dan dapat mengefektifkan komunikasi. 2.
Majas Personifikasi Sama halnya dengan majas metafora, majas personifikasi
digunakan agar tuturan dirasa lebih santun. Tuturan yag terkadang mengandung sindiran ataupun kritik terasa sangat menyakitkan,
namun dengan adanya majas ini penyapaian sindiran ataupun kritik menjadi tidak langusng dan akan menjadi lebih santun.
Wajah hukum Indonesia ditampar keras oleh perilaku aparat
hukumnya sendiri”, Iwan Satriawan SHMCL dalam Pranowo, 2012.
3. Majas peribahasa
Majas peribahasa dapat memperhalus tuturan yang sebenarnya sangat keras sehinga tuturan itu menjadi terasa santun
Pranowo, 2012.
“Saya tidak menyangka air susu dibalas air tuba, padahal da
sahabat saya”. 4.
Majas Perumpamaan Majas yang khas dengan kata seperti, bagaikan, bak, laksana dan
lain-lain, dapat mengahaluskan tuturan yang sebenarnya keras tetapi tetap terasa santun karena dinyatakan secara tidak langsung.
“ Istrinya seperti tawanan saja, tidak diperbolehkan pergi
kemana- mana”.
Selain faktor penanda kesantunan yang meliputi faktor kebahasaan dan non kebahasaan. Terdapat indikator kesantunan berbahasa menurut Pranowo,2005
dalam Pranowo, 2012, yaitu:
1 Angon Rasa
Suasana mitra tutur menjadi hal utama dalam angon rasa ini. ketika bertutur kata, harus memperhatikan suasana mitra tutur agar tuturanya membuat hati mitra
tutur berkenan. 2
Adu Rasa Perasaan mitra tutur harus bertemu dengan perasaan kita sebagai penutur.
Hal itu bertujuan agar isi komunikasi sama-sama dikehendaki karena sama- sama diinginkan.
3 Empan Papan
Tuturan harus dijaga agar dapat diterima oleh mitra tutur karena mitra tutur sedang berkenan dihati.
4 Sifat Rendah Hati
Tuturan harus memperlihatkan ketidakmampuan atau tidak sombong dihadapan mitra tutur.
5 Sikap Hormat
Tuturan harus memperlihatkan bahwa mitra tutur diposisikan pada tempat yang lebih tinggi.
6 Sikap Tepa Selira
Tuturan harus selalu memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur.
Leech dalam Pranowo 2012 juga menyebutkan beberapa indikator kesantunan berbahasa. Leech mengatakan bahwa tanpa adanya implikatur tuturan akan santun
jika ditandai dengan hal-hal sebagai berikut.
1 Tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur maksim
kebijaksanaan ―tact maxim‖. 2
Tuturan lebih baik menimbulkan kerugian pada penutur maksim kedermawanan ―generosity maxim‖.
3 Tuturan memberikan pujian kepada mitra tutur maksim pujian ―praise
maxim‖. 4
Tuturan tidak memuji diri sendiri maksim kerendahan hati. 5
Tuturan dapat memberikan persetujuan kepada mitra tutur maksim kesetujuan ―agreement maxim‖.
6 Tuturan dapat mengungkapkan rasa simpati terhadap yang dialami oleh
mitra tutur maksim simpati ―sympathy maxim‖. 7
Tuturan dapat mengungkapkan sebanyak-banyaknya rasa senang pada mitra tutur maksim pertimbangan ―consederation maxim‖.
2.3 Kerangka Berpikir