1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Di era modern ini, manusia berusaha untuk belajar dan bekerja demi memenuhi kebutuhannya. Persaingan yang ketat terjadi di bidang pekerjaan
dimana seseorang dituntut untuk menampilkan performanya secara maksimal. Performa maksimal harus disertai dengan fisik yang mendukung agar aktivitas
yang dilakukan sehari-hari dapat berjalan secara lancar. Oleh karena itu, fisik yang prima sangat dibutuhkan untuk menyokong produktivitas kerjanya
Karpovich dalam Sarafino Smith, 2011. Fisik yang prima dapat diperoleh dari asupan gizi yang memadai serta
olahraga yang rutin. Namun, kesibukan membuat manusia lupa akan pentingnya olahraga bagi kesehatan dan kebugaran fisik. Presiden Dewan Olahraga dan
Fitness USA mengatakan “jika olahraga dapat dikemas dalam sebuah pil, itu akan menjadi sebuah obat yang paling banyak diresepkan dan paling bermanfaat di
dunia Staff dalam Cox, 2002. Hal ini mengungkapkan bahwa olahraga sangat dibutuhkan bagi kesehatan dan kebugaran tubuh manusia.
Sebuah trend baru dalam lifestyle masyarakat perkotaan belakangan ini adalah sadar akan pentingnya kesehatan dan perilaku hidup sehat. Hasil riset yang
dilakukan pada 401 orang Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia telah mengerti dan sadar akan pentingnya gizi serta olahraga untuk gaya hidup
sehat, namun hal tersebut tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
2
Sebanyak 69 persen wanita dan 47 persen pria merasa kesulitan dalam berolahraga secara teratur sehingga hanya 18 persen responden saja yang
melakukan olahraga secara rutin Kusmiyati, 2013. Seiring dengan berkembangnya dunia pekerjaan yang mewajibkan kepada setiap pekerjanya agar
selalu bisa bersaing dan produktif, seakan-akan membuat waktu luang menjadi lebih singkat sehingga tidak bisa lagi digunakan untuk berolah raga. Tetapi
dengan perkembangan teknologi dan tingkat ilmu pengetahuan yang semakin maju dalam bidang kesehatan, nutrisi, pola latihan, dan makanan, akhirnya
menjadikan fitness center sebagai ladang bisnis baru yang potensial Dillah, 2014.
Fitness center merupakan suatu fasilitas indoor yang menyediakan sarana program fitness yang meliputi olahraga pembentukan otot-otot tubuhfisik yang
dilakukan secara rutin dan berkala guna menjaga vitalitas tubuh dan berlatih disiplin Department of Commerce Australia, 2000. Adapun manfaat
menggunakan jasa fitness adalah untuk memperbaiki kesehatan secara
keseluruhan, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan kapasitas intelektual, menangani stress, menghilangi depresi, dan
memperbaiki pola tidur pada malam hari Iskandar dalam Agustin, 2013. Sarana yang ditawarkan juga beragam mulai dari fitness center yang hanya menyediakan
sarana basic seperti latihan kebugaran baik untuk individu maupun berkelompok dengan alat-alat yang mendukung, hingga sarana yang lebih lengkap dan spesifik
seperti aerobic class, spinning class, TRX, Body Combat, Muaythai, Zumba,
Universitas Sumatera Utara
3
Pilates, Yoga, Body Language, Body Building, Sauna, Spa, Streching Class, Kids Class, Teenagers Class, dan lain-lain.
Selain menyediakan fasilitas yang lengkap, Fitness center juga memberikan penawaran berupa “member service” sehingga masyarakat dapat
menggunakan jasa ini secara rutin dan dipandu oleh instruktur fitness. Dengan adanya fasilitas yang lengkap serta penawaran yang menarik, fitness center
menjadi suatu jasa yang sangat digemari masyarakat dan akhirnya mengalami perkembangan yang sangat cepat untuk memenuhi minat masyarakat dalam
berolahraga Dillah, 2014. Hal ini didukung oleh penelitian Wijayanti 2009 yang mengungkapkan bahwa tingginya tingkat kebutuhan manusia dan gaya
hidup masyarakat membuat perkembangan jasa fitness semakin marak khususnya di kota-kota besar Indonesia.
Di Kota Medan, fitness center berkembang sangat pesat mulai dari tahun 2000an. Celebrity Fitness, Our Gym, Thamrin Fitness center, dan My Life Gym,
merupakan fitness center yang berada di lokasi perbelanjaan. Sementara Clark Hatch Fitness center, Novotel Fitness Club, Emerald Garden Fitness, Fitness
Club, Fitness center, merupakan fitness center yang berada di perhotelan. Selain fitness center diatas, masih banyak tempat pelayanan jasa fitness lainnya yang
tersebar di tengah pemukiman warga serta di kawasan kampus. Berbagai motivasi yang mendorong manusia menggunakan jasa fitness yaitu untuk menurunkan
berat badan, membentuk lekuk tubuh yang ideal, menetralkan tensi tubuh, menguatkan fungsi jantung serta mempertahankan tubuh agar selalu terlihat fit
Sarafino Smith, 2011. Namun, bukan berarti dengan berkembangnya jasa
Universitas Sumatera Utara
4
fitness membuat semua orang tergila-gila ingin menggunakannya sebagai alternatif untuk menjaga kesehatan. Dalam acara peluncuran Global Rebranding
Fitness, CEO First Fitness Asia mengemukakan bahwa alasan seseorang tidak memilih ke gym dari 3000 responden di Asia adalah sebanyak 35 persen
mengatakan bahwa mereka tidak memiliki cukup waktu setiap hari, sementara 23 persen mengatakan kalau mereka selalu berpindah tempat kalau olahraga atau
tidak bisa konsisten di satu tempat olahraga. Lalu, 18 persen mengatakan bahwa mereka tidak mengenal siapapun di gym. Dan 14 persen mengatakan tidak suka
merasa repot membawa alat-alat olahraganya kemana-mana Triananda, 2014 .
Perilaku seseorang untuk menggunakan jasa fitness center dapat dilihat dari intensi mereka. Intensi merupakan keputusan yang dibuat manusia untuk
berperilaku secara tertentu Craighead Nemerof, 2002. Jadi dapat dikatakan bahwa ketika seseorang hendak melakukan sesuatu, ada niat ataupun suatu hal
yang mendasarinya untuk berperilaku demikian. Hal inilah yang dinamakan intensi. Intensi dijelaskan dalam theory of planned behavior yang mengemukakan
bahwa seseorang akan memunculkan perilaku apabila ia menilai bahwa perilaku itu baik atau bernilai positif, ketika orang-orang sekitar individu mengharapkan
perilaku itu terjadi, dan ketika ia memiliki kontrol diri berupa kesempatan dan kepercayaan diri untuk menampilkan perilaku tersebut Ajzen, 2005. Dalam
theory of planned behavior di atas dapat disimpulkan bahwa intensi dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control.
Universitas Sumatera Utara
5
Sikap merupakan penilaian individu baik itu positif maupun negatif terhadap benda, orang, institusi, peristiwa, perilaku, dan minat tertentu. Sikap
memiliki dua komponen dalam mempengaruhi intensi yaitu behavioral belief yang merupakan keyakinan individu akan konsekuensi perilaku yang akan
dimunculkan serta evaluation of outcome yang merupakan penilaian individu akan konsekuensi yang dihasilkan perilaku tersebut Ajzen, 2005. Sikap
masyarakat terhadap jasa fitness umumnya bersifat positif. Hal ini dapat dilihat dari komunikasi personal dibawah ini.
“Menurut saya kalau gunakan jasa fitness itu bagus, toh didalamnya orang yang awalnya gendut bisa jadi langsing, yang udah langsing
mau punya otot juga bisa. Bagus sih untuk kesehatan sama lifestyle.” Komunikasi Personal, 07 April 2014
Disamping sikap, norma subjektif juga mempengaruhi intensi seseorang untuk menampilkan perilaku. Norma subjektif merupakan kepercayaan seseorang
terhadap harapan orang lain untuk ia lakukan dan keinginannya untuk mengikuti harapan tersebut Ajzen, 2005. Berdasarkan definisi di atas, norma subjektif
memiliki dua komponen yakni keyakinan normatif normative belief dan keinginan untuk mengikuti motivation to comply. Seorang individu akan
cenderung melakukan suatu perilaku apabila ia yakin bahwa orang-orang sekitarnya menganggap positif akan suatu perilaku dan mendorongnya untuk
menampilkan perilaku tersebut Ajzen, 2005. Pengaruh norma subjektif terhadap intensi menggunakan jasa fitness dapat dilihat dalam wawancara berikut ini.
“Teman-teman yang lain udah nyuruh aku ikut pake jasa fitness supaya bisa nurunin berat badan sama ngecilin perut. Aku mau aja
sih, tapi ya nantilah tunggu tenang dulu urusan kuliah ini biar ada waktuku.
Universitas Sumatera Utara
6
Komunikasi Personal, 08 April 2014
Selain kedua komponen di atas, perceived behavior control juga memiliki peran penting dalam membentuk intensi. Perceived Behavior Control mengacu
pada bagaimana persepsi seseorang tentang seberapa mudah atau seberapa sulit ia memunculkan suatu perilaku. Semakin individu merasa mampu atau mudah
dalam menampilkan perilaku maka semakin besar juga intensinya memunculkan perilaku. Namun apabila individu merasa tidak mampu atau kesulitan
memunculkan perilaku tersebut, maka akan semakin kecil ia akan memunculkan perilaku tersebut. Perceived behavior control memiliki dua aspek penting yaitu
control belief yang merupakan persepsi seseorang akan kapasitas yang dimilikinya untuk memunculkan perilaku serta power of factor yakni seberapa
besar derajat faktor-faktor control tersebut mempengaruhi keputusan untuk memunculkan perilaku Ajzen, 2005.
“Kalau aku sih mikirnya lebih berat di biaya. Anak kuliah biaya aja masih minta dari orangtua kalau ikutan fitness rasanya sayang macem
terbuang uang itu. Jadi aku mikirnya toh juga masih ada alternatif lain yang gratis, aku bisa jogging atau senam-senam ringan sebagai
pengganti pake jasa fitness. Kalau nanti udah kerja, punya penghasilan sendiri, aku pasti ikutan fitness karena kalau dibilang
pingin, ya aku pingin. Tapi itulah masalahnya Cuma di biaya” Komunikasi Personal, 25 Maret 2014
Theory of Planned Behavior yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen ini telah banyak digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh sikap, norma
subjektif dan perceived behavioral control terhadap intensi seseorang untuk memunculkan perilaku tertentu. Mashithoh 2009 telah melakukan penelitian
Universitas Sumatera Utara
7
untuk menguji theory of planned behavior terhadap intensi pengunjung untuk memilih TMII Taman Mini Indonesia Indah sebagai destinasi wisata. Hasil dari
penelitian ini adalah sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control bersama-sama memiliki peran positif yang signifikan terhadap intensi
pengunjung untuk memilih TMII sebagai destinasi wisata. Sikap berperan secara positif dan signifikan terhadap intensi pengunjung untuk memilih TMII sebagai
destinasi wisata. Norma subjektif berperan positif dan signifikan terhadap intensi pengunjung untuk memilih TMII sebagai destinasi wisata. Serta perceived
behavioral control juga berperan positif dan signifikan terhadap intensi pengunjung untuk memilih TMII sebagai destinasi wisata. Ajzen 2005
mengungkapkan bahwa intensi sudah dapat dijelaskan bila hanya satu atau dua faktor yang berpengaruh pada intensi pembentukan perilaku tersebut.
Individu yang memiliki sikap positif terhadap penggunaan jasa fitness cenderung memiliki intensi yang besar untuk menggunakan jasa fitness
. Orang-
orang disekitar individu significant others seperti orang tua, saudara, dan sahabat juga berperan untuk menentukan munculnya perilaku individu. Apabila
significant other memandang jasa fitness sebagai sesuatu yang positif dan ada tekanan sosial untuk melakukan fitness, maka intensi individu juga semakin besar
menggunakannya. Selain itu, faktor mampu tidaknya individu untuk menggunakan jasa fitness seperti adanya waktu atau kesempatan serta ada atau
tidaknya biaya untuk menggunakan jasa fitness berpengaruh terhadap intensi individu tersebut.
Universitas Sumatera Utara
8
Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti ingin melihat apakah theory of planned behavior dapat diterapkan pada penggunaan jasa fitness sebagai dasar
untuk meneliti fenomena kecendrungan penggunaan jasa fitness pada jaman sekarang. Bagaimana peran sikap, norma subjektif dan perceived behavior
control terhadap intensi seseorang dalam menggunakan jasa fitness.
1.2. RUMUSAN MASALAH