72
sebaliknya individu justru berniat menggunakan jasa fitness dikarenakan dorongan dari diri sendiri untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal serta lebih
efektif untuk menjaga kesehatan. “Kalo orangtua itu cenderung cuek, gak pernah dukung atau
bahkan ngelarang pake jasa fitness. Tetangga apalagi, soalnya saya kalau dirumah kurang banyak bersosialisasi. Nah, kalau
teman banyak juga yang fitness dan ngajak saya, tapi kalau saya sendiri mau nge-gym itu karna memang saya pingin nge-gym.
Untuk diri saya, kesehatan saya, dan supaya bentuk tubuh saya lebih ideal bukan karena mau ikut-ikutan.”
Komunikasi interpersonal, 23 Juli 2014
Dari hasil wawancara diatas, dapat dilihat bahwa orang-orang di sekitar subjek kurang mendukung subjek untuk menggunakan jasa fitness. Selain itu
subjek juga mengggunakan jasa fitness karena faktor personal yang ia miliki bukan karena dorongan orang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa norma
subjektif kurang berperan dalam intensi menggunakan jasa fitness.
4.4.4 Peran Perceived Behavior Control terhadap Intensi Menggunakan Jasa
Fitness
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, perceived behavior control berperan positif terhadap intensi menggunakan jasa fitness yang ditunjukkan oleh
nilai p = 0.000 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa alternatif diterima. Perceived behavior control memiliki nilai r sebesar 0.378 sehingga r
2
=
0.142 yang menunjukkan bahwa perceived behavior control berperan sebesar
14,2 terhadap intensi menggunakan jasa fitness. Hal ini berarti perceived behavior control yang dimiliki subjek memiliki nilai positif dalam mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
73
intensi subjek menggunakan jasa fitness atau subjek memiliki kontrol kendali yang baik untuk menggunakan jasa fitness sehingga intensinya juga semakin
tinggi.
Perceived behavior control merujuk pada suatu derajat dimana individu merasa bahwa perilaku akan muncul atau tidak muncul tergantung pada kendali
yang ada pada dirinya Ajzen, 2005. Ketika individu mulai membentuk intensi terhadap suatu perilaku, ia mulai memperkirakan seberapa besar kontrol yang
dimilikinya untuk mewujudkan perilaku tersebut Sarwono, 1997. Individu tidak akan memiliki intensi yang kuat untuk menampilkan perilaku jika ia percaya
bahwa ia tidak memiliki sumber dan kesempatan untuk menampilkannya, walaupun ia memiliki sikap yang positif dan dukungan dari significant other.
Dalam penelitian ini, skala perceived behavior control mengacu pada beberapa faktor yang bisa saja menjadi pendukung atau malah menjadi
penghambat subjek untuk menggunakan jasa fitness. Faktor tersebut didapatkan dari hasil elisitasi salient belief, yang berupa waktu, penghasilan, informasi, alat
transportasi, serta jangkauan fitness center pada subjek. Respon subjek juga berbeda terhadap faktor tersebut didasarkan pada background factor-nya gender,
usia, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Walaupun sumbangan yang diberikan perceived behavioral control tidak
terlalu besar untuk membentuk intensi subjek menggunakan jasa fitness, namun perceived behavioral control secara signifikan berperan terhadap intensi
menggunakan jasa fitness. Dengan demikian, semakin besar kendali yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
74
subjek untuk menggunakan jasa fitness maka semakin kuat intensi subjek untuk menggunakan jasa fitness.
Universitas Sumatera Utara
75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menguraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini.
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control secara bersama-sama berperan signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness. Semakin
positif sikap, semakin banyak dukungan dari orang sekitar, dan semakin besar kendali yang dimiliki subjek maka semakin kuat intensi subjek untuk
menggunakan jasa fitness. 2. Sikap berperan secara signifikan terhadap terhadap intensi menggunakan jasa
fitness. Dengan demikian semakin positif sikap yang dimiliki subjek terhadap perilaku menggunakan jasa fitness, maka semakin kuat intensi subjek untuk
menggunakan jasa fitness. 3. Norma subjektif memiliki peran namun tidak signifikan terhadap intensi
menggunakan jasa fitness. Norma subjektif memiliki peran terhadap intensi menggunakan jasa fitness, namun peran tersebut sangat kecil sehingga dapat
diabaikan atau dikatakan tidak berperan secara signifikan. 4. Perceived behavior control berperan secara signifikan terhadap intensi
menggunakan jasa fitness. Semakin banyak kendali yang dimiliki subjek
Universitas Sumatera Utara