51
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan akan meliputi analisis deskriptif, hasil uji asumsi, dan pengujian
hipotesis penelitian.
4.1 ANALISA DESKRIPTIF
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah orang-orang yang tinggal di Kota Medan. Peneliti mengambil subjek sebanyak 100 orang
masyarakat Kota Medan yang belum pernah menggunakan jasa fitness. Dari Tabel 4.1 dibawah, dapat dilihat bahwa variabel intensi memiliki rata-rata skor
sebesar 26.79, skor terendah sebesar 12, dan skor tertinggi sebesar 40. Kemudian variabel sikap memiliki skor rata-rata sebesar 76.72, skor terendah sebesar 36,
dan skor tertinggi sebesar 125. Kemudian, variabel norma subjektif memiliki skor rata-rata sebesar 39.29, skor paling rendah sebesar 9, dan skor paling tinggi
sebesar 100. Terakhir, variabel perceived behavior control memiliki skor rata- rata sebesar 52.13, skor terendah sebesar 6, dan skor paling tinggi sebesar 106.
TABEL 5. Deskripsi Data Penelitian
N Mean
Standar Deviasi
Nilai Minimum
Nilai Maksimum
Sikap 100
76.72 19.120
36 125
Norma Subjektif 100
39.29 17.131
9 100
Universitas Sumatera Utara
52
Pbc 100
52.13 20.442
6 106
Intensi 100
26.79 5.940
12 40
4.2. HASIL UJI ASUMSI
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Sebelum melakukan analisis tersebut maka terlebih dahulu dilakukan
uji asumsi penelitian yang bertujuan untuk melihat bagaimana distribusi data penelitian. Uji asumsi meliputi uji normalitas, uji linieritas, uji multikolinear, uji
autokorelasi, dan uji heteroskedastitas.
4.2.1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data tersebar secara normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan kurtosis dan skewness. Hasil
uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 6. Hasil Uji Normalitas
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel sikap memiliki rasio skewness = 0.937 dan kurtosis = 0.644 ; variabel norma subjektif memiliki rasio skewness =
1.926 dan kurtosis = 1.761 ; variabel perceived behavioral control memiliki rasio
Rasio Skewness Rasio Kurtosis
Sikap .937
.644 Norma subjektif
1.929 1.761
PBS 1.11
.117 Intensi
-.904 .050
Universitas Sumatera Utara
53
skewness = 1.11 dan kurtosis = 0.117 ; dan variabel intensi memiliki rasio skewness = -0.904 dan kurtosis = 0.050. dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data terdistribusi secara normal dilihat dari rasio skewness dan kurtosis yang masih berada dalam rentang -2 sampai 2. Hal ini sejalan dengan hasil yang
ditunjukkan oleh Grafik 4.1, dimana pola penyebaran data menyebar mengikuti garis lurus diagonal.
GAMBAR 2. HASIL UJI NORMALITAS
4.2.2. Hasil Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah variabel bebas, dimana dalam penelitian ini adalah variabel sikap, norma subjektif, dan perceived
behavioral control memiliki hubungan dengan variabel tergantung, yaitu variabel intensi. Uji linieritas dapat dilihat dengan menggunakan metode statistik uji F.
Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel
Universitas Sumatera Utara
54
bebas dengan variabel tergantung adalah jika p 0,05 maka hubungannya antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier dan jika linearity dan
jika p 0.05 untuk deviation for linearity maka dikatakan kedua variabel memiliki hubungan yang linear. Sebaliknya jika p 0,05 berarti hubungan dan
jila p 0.05 untuk deviation for linearity maka antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier Hadi, 2000. Uji linearitas dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 7. Uji Linearitas Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral
Control Signifikansi
Linearity Deviation from Linearity
Sikap .000
.364 Norma Subjektif
.000 .360
Perceived Behavior Control .000
.267
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control memiliki nilai linearitas p=0.000.
Kemudian, nilai deviation for linearity pada sikap p=0.364, norma subjektif p=0.360, dan perceived behavior control p=0.267. Hasil ini menunjukkan nilai
p0.000 0.05 untuk linearity dan p0.364, 0.360, 0.267 0.05 untuk deviation for linearity, artinya terdapat hubungan yang linear antara sikap,
Universitas Sumatera Utara
55
norma subjektif, dan perceived behavior control terhadap intensi menggunakan jasa fitness.
4.2.3. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinear digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antar variabel independen dalam model regresi. Multikolinieritas dapat diuji dengan
melihat nilai tolerence dan nilai VIF Varience Inflation Factor pada aplikasi SPSS. Multikolinearitas terjadi jika mempunyai nilai tolerence 0.1 dan VIF
10, dan tidak terjadinya multikolinearitas jika mempunyai nilai tolerence 0.1 dan VIF 10. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
TABEL 10. Hasil Uji Multikolinearitas Nilai Kolinearitas
Tolerance VIF
Sikap .759
1.318 Norma
.662 1.510
Pbc .808
1.237
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai tolerance dan VIF dari variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control menunjukkan nilai tolerence 0.1 dan
VIF 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadinya multikolinearitas atau tidak ada korelasi antar variabel independen.
4.2.4. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan asumsi autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilihat dengan mengggunakan Uji
Durbin-Watson Uji DW, dimana kaidah yang digunakan yaitu jika nilai DW -2
Universitas Sumatera Utara
56
sampai +2 menunjukkan tidak terjadinya autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dalam tabel berikut.
TABEL 11. Hasil Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson
1 1.480
Dari tabel menunjukkan bahwa nilai DW = 1.480, dimana nilai tersebut berada diantara -2 sampai +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
bebas dari autokorelasi.
4.2.5. Hasil Uji Heteroskedastitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
dalam model regresi. Penelitian ini menggunakan uji heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan
residualnya SPRED. Hasil uji heteroskedastitas dapat dilihat dalam grafik berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
57
GAMBAR 3. Hasil Uji Heteroskedastitas
Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPREAD dimana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah
residual Y prediksi-Y sesungguhnya. Dari grafik scatterplots diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar dan tidak membuat pola tertentu. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.
Berdasarkan hasil dari kelima uji diatas, diperoleh bahwa penelitian ini memenuhi uji asumsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini dapat
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan uji parametrik.
Universitas Sumatera Utara
58
4.3 HASIL UTAMA PENELITIAN
Berikut ini akan dijabarkan tentang hasil pengolahan data mengenai peran sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi
menggunakan jasa fitness yang diperoleh dengan teknik analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 for windows. Hasil
pengolahan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
TABEL 12. Hasil Perhitungan Analisis Regresi
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai F = 25.574 dan nilai p = 0.000 dimana nilai p 0.05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa variabel
sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control berpengaruh terhadap intensi menggunakan jasa fitness. Dengan demikian, hipotesis utama dalam
penelitian ini dapat diterima yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control secara bersama-sama mempengaruhi intensi seseorang dalam
menggunakan jasa fitness. Kemudian didapatkan perhitungan koefisien korelasi seperti pada tabel berikut.
TABEL 13. Hasil Analisis Korelasi
Model Nilai F
Signifikansi 1
25.574 .000
Model Koefisien Korelasi Koefisien Determinasi
1 .666
a
.427
Universitas Sumatera Utara
59
Tabel diatas menunjukkan bahwa variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control berkorelasi dalam taraf sedang sebesar 0.666 terhadap
intensi penggunaan jasa fitness. Hasil analisis regresi pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan R
2
sebesar 0.427 atau 42,7. Hal ini berarti variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control
memberikan sumbangan efektif sebesar 42,7 terhadap intensi menggunakan jasa fitness. Sedangkan sisanya 58,3 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. Selanjutnya, koefisien regresi akan digambarkan dalam tabel berikut.
Tabel 14. Hasil Koefisien Regresi
Adapun persamaan garis regresi pada penelitian ini adalah Y`= β + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
. Intensi menggunakan jasa fitness dilambangkan dengan Y`, sikap X
1
, norma subjektif X
2
, dan perceived behavior control X
3
. Hasil analisa data pada Tabel 4.13 yang didasari oleh rumus tersebut, maka persamaan garis
regresinya adalah Y`= 10.756 + 0.114X
1
+ 0.056X
2
+ 0.098X
3
. Persamaan garis regresi ini menunjukkan jika tidak ada sikap, norma subjektif, dan perceived
Model Koefisien
Korelasi
sikap .114
.000 norma
.056 .089
Pbc .098
.000
Universitas Sumatera Utara
60
behavior control maka skor intensi menggunakan jasa fitness menguat sebesar 10.756. Koefisien regresi 0.114 pada sikap menggambarkan setiap penambahan
1 satuan sikap akan meningkatkan intensi sebesar 0.114, koefisien regresi 0.056 pada norma subjektif menggambarkan setiap penambahan 1 satuan norma
subjektif akan meningkatkan intensi sebesar 0.056 namun norma subjektif ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness,
dan koefisien regresi 0.098 pada perceived behavior control menggambarkan setiap penambahan 1 satuan perceived behavior control akan meningkatkan
intensi sebesar 0.098. Peran masing-masing variabel independen akan digambarkan pada tabel
berikut.
Tabel 15. Koefisien Variabel
Variabel sikap memiliki r sebesar 0.393, sehingga r
2
=0.154 yang menunjukkan bahwa sikap memiliki pengaruh terhadap intensi sebesar 15,4.
Kemudian, variabel norma subjektif memiliki r sebesar 0.173, sehingga r
2
=0.029 yang menunjukkan bahwa norma subjektif memiliki pengaruh terhadap intensi
sebesar 2,9 namun hasil tersebut tidak berpengaruh secara signifikan karena p
Model Nilai R
Signifikansi
Sikap .393
0.000 Norma
.173 0.089
Pbc .378
0.000
Universitas Sumatera Utara
61
0.05. Kemudian, variabel perceived behavior control memiliki r sebesar 0.378 sehingga r
2
=0.142 yang menunjukkan bahwa perceived behavior control memiliki pengaruh terhadap intensi sebesar 14,2.
Setelah dilakukan uji reliabilitas terhadap skala sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control, terdapat 36 aitem skala yang memenuhi
persyaratan untuk kemudian dianalisa menjadi data penelitian dengan rentang skor 1-5. Berdasarkan data penelitian, maka hasil perhitungan mean empirik dan
mean hipotetik sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 16. Deskripsi Data Penelitian Intensi, Sikap, Norma Subjektif, dan
Perceived Behavioral Control
Variabel N
Data Hipotetik Data Empirik
Skor Mean
SD Skor
Mean SD
Min Max
Min Max
Sikap 100
5 125
65 20
36 125
76.72 19.120
Norma Subjektif 100
4 100
52 16
9 100
39.29 17.131
Perceived Behavioral Control
100 5
125 65
20 6
106 52.13
20.442 Intensi
100 8
40 24
5,3 12
40 26.79
5.940
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa mean empirik sikap sebesar 76.72 dengan standar deviasi sebesar 19.120 dan mean hipotetik sebesar 65
dengan standar deviasi sebesar 20. Jika dilihat perbandingan antara mean empirik dengan mean hipotetik pada variabel sikap, maka diperoleh mean empirik lebih
besar daripada mean hipotetik dengan selisih 11.72. Hasil ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
62
bahwa sikap yang dimiliki subjek penelitian untuk menggunakan jasa fitness lebih positif daripada rata-rata sikap pada populasi umumnya.
Untuk variabel norma subjektif, mean empirik sebesar 39.29 dengan standar deviasi sebesar 17.131. Perbandingan antara mean empirik dan mean
hipotetik menunjukkan mean empirik lebih kecil daripada mean hipotetik dengan selisih 12.71. Sehingga dapat dikatakan bahwa orang-orang disekitar subjek
penelitian kurang mendukung subjek untuk menggunakan jasa fitness dibandingkan dengan orang-orang disekitar populasi pada umumnya.
Untuk variabel perceived behavior control, mean empirik sebesar 52.13 dengan standar deviasi sebesar 20.442. Perbandingan antara mean empirik dan
mean hipotetik menunjukkan mean empirik lebih kecil daripada mean hipotetik dengan selisih 12.87. Hasil ini berarti kontrol kendali yang dimiliki subjek untuk
menggunakan jasa fitness lebih rendah dibandingkan kontrol kendali populasi pada umumnya.
Sementara untuk variabel intensi, mean empirik sebesar 26,79 dengan standar deviasi sebesar 5.94 menunjukkan bahwa mean empirik memiliki nilai
lebih besar daripada mean hipotetik dengan selisih 2.79. Sehingga dapat dikatakan bahwa intensi yang dimiliki subjek untuk menggunakan jasa fitness
lebih kuat dibandingkan intensi populasi pada umumnya. Kategorisasi variabel sikap, norma subjektif, perceived behavioral
control, dan intensi akan dibagi dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah berdasaran distribusi kurva normal dengan menggunakan rumus deviasi
Universitas Sumatera Utara
63
standar Azwar, 2003. Skor akan digolongkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus sebagai berikut :
X ≥ M + 1. SD
= Tinggi M – 1. SD
≤ X M + 1. SD
= Sedang
X M – 1. SD = Rendah
Kategorisasi masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Kategorisasi Skor Sikap Kategori skor sikap dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 17. Kategorisasi Skor Sikap No.
Skor Kategori
Frekuensi Persentase
1. X
≥ 85 Positif
29 29
2. 45
≤ X 85 Netral
65 65
3. X 45
Negatif 6
6 Total
100 100,0
Pada skala sikap, mean empirik � = 76.72 berada pada kisaran skor
sedang yang berarti hasil analisis menunjukkan bahwa kategori skor subjek lebih mengarah pada kategori sedang. Hal ini terlihat dari Tabel di atas yang
menunjukkan bahwa terdapat 29 subjek 29 yang memiliki sikap positif untuk menggunakan jasa fitness, 65 subjek 65 memiliki sikap netral terhadap
perilaku menggunakan jasa fitness, dan 4 subjek 4 yang memiliki sikap negatif untuk menggunakan jasa fitness.
Universitas Sumatera Utara
64
b. Kategorisasi Skor Norma Subjektif Kategori skor norma subjektif dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 18. Kategorisasi Skor Norma Subjektif No.
Skor Kategori
Frekuensi Persentase
1. X
≥ 88 Tinggi
2 2
2. 36
≤ X 88 Sedang
61 61
3. X 36
Rendah 37
37 Total
100 100
Pada skala norma subjektif, mean empirik � = 39.29 berada pada kisaran
skor sedang yang berarti hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan yang diberikan orang-orang disekitar subjek penelitian untuk menggunakan jasa fitness
kategori berada pada kategori sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa significant other tidak melarang namun tidak juga mendukung subjek
untuk menggunakan jasa fitness. Hal ini terlihat dari Tabel di atas yang menunjukkan bahwa terdapat 2 subjek 2 menyatakan bahwa dorongan yang
didapatkan subjek dari orang terdekat untuk menggunakan jasa fitness tergolong tinggi, 61 subjek 61 menyatakan dorongan yang didapatkan subjek dari orang
terdekat untuk menggunakan jasa fitness berada dalam kategori sedang, dan 37 subjek 37 menyatakan dorongan yang didapatkan subjek dari orang terdekat
untuk menggunakan jasa fitness berada dalam kategori rendah.
c. Kategorisasi Skor Perceived Behavioral Control PBC Kategori skor perceived behavioral control PBC dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 19. Kategorisasi Skor Perceived Behavioral Control PBC
Universitas Sumatera Utara
65
No. Skor
Kategori Frekuensi
Persentase
1. X
≥ 85 Kuat
5 5
2. 45
≤ X 85 Sedang
60 60
3. X 45
Lemah 35
35 Total
100 100
Pada skala perceived behavior control, mean empirik � = 52.13 berada
pada kisaran skor sedang yang berarti hasil analisis menunjukkan bahwa kategori kontrol perilaku yang sedang untuk menggunakan jasa fitness. Hal ini terlihat dari
Tabel di atas yang menunjukkan bahwa terdapat 5 subjek 5 menyatakan bahwa perceived behavior control yang dimiliki subjek untuk menggunakan jasa
fitness tergolong kuat, 60 subjek 60 menyatakan bahwa perceived behavior control yang dimiliki subjek untuk menggunakan fitness center dalam kategori
sedang, dan 35 subjek 35 menyatakan bahwa perceived behavior control yang dimiliki subjek untuk menggunakan fitness center dalam kategori lemah.
d. Kategorisasi Skor Intensi Kategori skor intensi dapat dilihat pada Tabel 4.19.
Tabel 20. Kategorisasi Skor Intensi No.
Skor Kategori
Frekuensi Persentase
1. X
≥ 29 Kuat
40 40
2. 19
≤ X 29 Sedang
51 51
3. X 19
Lemah 9
9 Total
100 100
Pada skala intensi, mean empirik � = 26,79 berada pada kisaran skor
sedang yang berarti hasil analisis menunjukkan bahwa kategori skor subjek lebih
Universitas Sumatera Utara
66
mengarah pada kategori sedang. Hal ini terlihat dari Tabel di atas yang menunjukkan bahwa terdapat 40 subjek 40 memiliki intensi yang kuat untuk
menggunakan jasa fitness, 51 subjek 51 memiliki intensi yang sedang untuk menggunakan jasa fitness, dan 9 subjek 9 memiliki intensi yang rendah untuk
menggunakan jasa fitness.
4.4 PEMBAHASAN 4.4.1. Peran Sikap, Norma Subjektif, dan