Peran Norma Subjektif terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness

70 merupakan hal yang positif bagi kesehatan. Oleh karena itu, evaluasi subjek terhadap kepercayaan tersebut juga positif. Dalam penelitian ini, skala sikap lebih diarahkan kepada pengetahuan subjek mengenai manfaat menggunakan jasa fitness. Pengetahuan subjek tersebut didapatkan dari hasil elisitasi salient belief yang dilakukan sebelum merancang alat ukur dimana informasi mengenai fitness center didapatkan dari teman dan majalah lifestyle sehingga terbentuklah kesan-kesan tentang fitness center. Semakin banyak pengetahuan subjek terhadap manfaat menggunakan jasa fitness, maka semakin baik subjek mengevaluasi atau menilai keberadaan fitness center. Sehingga dengan adanya evaluasi yang baik akan menghasilkan sikap positif terhadap perilaku menggunakan jasa fitness yang akhirnya akan berimbas pada intensi subjek yang semakin kuat untuk menggunakan jasa fitness.

4.4.3. Peran Norma Subjektif terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness

Dalam penelitian ini, tekanan sosial kurang berperan dalam meningkatkan intensi menggunakan jasa fitness. Dengan kata lain, norma subjektif tidak berperan signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness yang dilihat dari nilai p = 0.089 0.05. Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis tambahan kedua yang berbunyi norma subjektif berpengaruh terhadap intensi menggunakan jasa fitness ditolak. Ajzen 2005 mengemukakan bahwa norma subjektif merupakan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku. Tekanan sosial tersebut didapatkan dari significant other berupa Universitas Sumatera Utara 71 orangtua, keluarga, pasangan, teman, rekan kerja, dokter, serta orang lain yang dianggap penting oleh individu. Norma subjektif merupakan dinamika dari persepsi individu akan harapan orang lain yang mendorongnya untuk berperilaku tertentu, serta motivasi individu untuk mengikuti harapan orang tersebut. Individu yang menganggap bahwa ia didorong oleh significant other untuk berperilaku tertentu dan ia memiliki motivasi yang tinggi untuk mematuhi apa yang diharapkan significant other tersebut, maka akan besarlah intensi individu untuk menampilkan perilaku. Dari hasil skala norma subjektif, skor subjek berada dalam rentang sedang menuju rendah. Dengan demikian dapat dilihat bahwa norma subjektif atau significant other kurang mendukung subjek untuk menggunakan jasa fitness. Namun, intensi subjek untuk menggunakan jasa fitness tetap tinggi dikarenakan faktor lain yang mendorong subjek untuk menggunakan jasa fitness seperti faktor sikap maupun perceived behavioral control yang dimilikinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa norma subjektif kurang berperan dalam membentuk intensi subjek untuk menggunakan jasa fitness. Dalam penelitian ini, skala norma subjektif diarahkan pada orang-orang terdekat yang mendorong subjek untuk menggunakan jasa fitness. Adapun dorongan tersebut berasal dari keluarga, pasangan, teman, tetangga, maupun rekan kerja. Untuk melihat bagaimana peranan norma subjektif tehadap intensi menggunakan jasa fitness, peneliti melakukan wawancara interpersonal kepada salah satu subjek. Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa orang- orang di sekitar kurang mendukung individu untuk menggunakan jasa fitness, Universitas Sumatera Utara 72 sebaliknya individu justru berniat menggunakan jasa fitness dikarenakan dorongan dari diri sendiri untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal serta lebih efektif untuk menjaga kesehatan. “Kalo orangtua itu cenderung cuek, gak pernah dukung atau bahkan ngelarang pake jasa fitness. Tetangga apalagi, soalnya saya kalau dirumah kurang banyak bersosialisasi. Nah, kalau teman banyak juga yang fitness dan ngajak saya, tapi kalau saya sendiri mau nge-gym itu karna memang saya pingin nge-gym. Untuk diri saya, kesehatan saya, dan supaya bentuk tubuh saya lebih ideal bukan karena mau ikut-ikutan.” Komunikasi interpersonal, 23 Juli 2014 Dari hasil wawancara diatas, dapat dilihat bahwa orang-orang di sekitar subjek kurang mendukung subjek untuk menggunakan jasa fitness. Selain itu subjek juga mengggunakan jasa fitness karena faktor personal yang ia miliki bukan karena dorongan orang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa norma subjektif kurang berperan dalam intensi menggunakan jasa fitness.

4.4.4 Peran Perceived Behavior Control terhadap Intensi Menggunakan Jasa