Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastitas

49 adanya hubungan atau korelasi antar satu atau semua variabel independen. Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi antar variabel sehingga hal inilah yang disebut tidak multikolinear. Multikolinearitas dapat dilihat dengan mengindikasi nilai tolerance dan varians inflation factor VIF. Multikolinearitas terjadi jika mempunyai nilai tolerence 0.1 dan VIF 10, dan tidak terjadinya multikolinearitas jika mempunyai nilai tolerence 0.1 dan VIF 10 Gudono, 2014.

3.8.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi autokorelasi Gudono, 2011. Uji autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson uji DW dengan kriteria jika nilai DW -2 sampai +2 menunjukkan tidak terjadinya autokorelasi.

3.8.5 Uji Heteroskedastitas

Heteroskedastitas merupakan keadaan dimana adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji heteroskedastitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi heteroskedastitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastitas atau dengan kata lain harus homoskedastitas. Penelitian ini menggunakan uji heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan residualnya SPRED. Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPREAD Universitas Sumatera Utara 50 dimana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual Y prediksi-Y sesungguhnya Gudono, 2011. Universitas Sumatera Utara 51

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan akan meliputi analisis deskriptif, hasil uji asumsi, dan pengujian hipotesis penelitian.

4.1 ANALISA DESKRIPTIF

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah orang-orang yang tinggal di Kota Medan. Peneliti mengambil subjek sebanyak 100 orang masyarakat Kota Medan yang belum pernah menggunakan jasa fitness. Dari Tabel 4.1 dibawah, dapat dilihat bahwa variabel intensi memiliki rata-rata skor sebesar 26.79, skor terendah sebesar 12, dan skor tertinggi sebesar 40. Kemudian variabel sikap memiliki skor rata-rata sebesar 76.72, skor terendah sebesar 36, dan skor tertinggi sebesar 125. Kemudian, variabel norma subjektif memiliki skor rata-rata sebesar 39.29, skor paling rendah sebesar 9, dan skor paling tinggi sebesar 100. Terakhir, variabel perceived behavior control memiliki skor rata- rata sebesar 52.13, skor terendah sebesar 6, dan skor paling tinggi sebesar 106. TABEL 5. Deskripsi Data Penelitian N Mean Standar Deviasi Nilai Minimum Nilai Maksimum Sikap 100 76.72 19.120 36 125 Norma Subjektif 100 39.29 17.131 9 100 Universitas Sumatera Utara