22
d. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena
tugas-tugas sosial, maka susu formula adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan
dirumah. e.
Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah satu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yang lebih
tinggi, terdidik dan mengikuti perkembangan zaman. f.
Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang.
g. Belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup
informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang keliru dengan memberikan susu
formula botol kepada bayi yang baru lahir. h.
Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang
mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka- luka pada puting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri,
kelainan pada puting susu dan adanya penyakit tertentu. Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir sebelum
waktunya prematur atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah, serta bayi yang dalam keadaan sakit.
23
i. Kurangnya pengertian dan pengertahuan ibu tentang manfaat ASI
dan menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu formula.
C. STRES DAN TUBUH 1. Mekanisme Tubuh Saat Stres
Para peneliti modern mempelajari bagaimana mekanisme tubuh pada saat stres. Pada saat seseorang dalam kondisi stres, hipotalamus dalam otak
mengirimkan pesan ke kelenjar endokrin dalam dua jalur besar. Seperti yang telah diamati oleh Seyle dalam Wade Tavris, 2009 di jalur pertama,
hipotalamus mengaktifkan bagian simpatetik dari sistem saraf otonom yang menstimulasi adrenal medulla untuk memproduksi epinephrine dan
norepinephrine. Hasilnya adalah banyak perubahan tubuh yang berhubungan dengan “lawan atau lari”, di jalur yang lain, pesan berjalan menuju ke aksis
HPA hypothalamus pituitary adrenal cortex yang kemudian akan mengeluarkan kortisol dan hormon lain yang meningkatkan gula darah dan
melindungi jaringan tubuh dari peradangan.
2. Hubungan Stres dengan Terganggunya Praktek Pemberian ASI Eksklusif.
Pada payudara, terutama pada puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Perangsangan pada payudara akibat hisapan bayi saat menyusu
akan menimbulkan impuls yang menuju hipotalamus, salah satu organ
24
dalam otak kita. Impuls dari hipotalamus selanjutnya akan diteruskan ke hipofisis bagian depan yang mengeluarkan hormon prolaktin dan ke
hipofisis bagian belakang yang berfungsi mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon prolaktin dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara, maka terjadilah
refleks pembentukan ASI Roesli, 2009. Stres dapat menghambat refleks hormon oksitosin. Hormon oksitosin
berperan pada refleks pengeluaran ASI let down reflex. Pelepasan oksitosin dihambat oleh katekolamin yang diproduksi jika ibu stres. Jika
hormon oksitosin terhambat maka ASI yang keluar pun ikut terhambat. Kondisi seperti ini jika terus berlangsung, dapat menghambat pengosongan
payudara, sehingga lama kelamaan produksi ASI pun akan berkurang dan semakin lama, bisa menghentikan ASI. Pengosongan payudara merupakan
perangsangan diproduksinya ASI kembali. Maka, jika ASI semakin sering dikeluarkan atau payudara semakin sering dikosongkan, ASI akan terus
diproduksi dan begitu pula sebaliknya Lawrence, 2005. Menurut Lazarus, dkk dalam Ogden, 2007 tujuan dari coping adalah
meminimalisir stresor yang dirasakan oleh individu. Oleh karena itu, memahami coping stres menjadi penting agar seseorang belajar dari
pengalaman untuk mengatasi kesulitannya ataupun sekedar membantu mereka bertahan dalam kesulitan Wade Tavris, 2009. Coping stres yang
tepat, dapat membantu ibu untuk tetap dapat memberikan ASI dengan lancar dan baik kepada bayinya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
digambarkan dinamikanya melalui skema berikut ini: