48
a. Problem Focused Coping
a.1. Active Coping
Bentuk coping stres yang sering subjek gunakan adalah active coping atau pengambilan langkah aktif untuk menghilangkan
tekanan, menghindari tekanan dan memperbaiki dampaknya Carver, dkk, 1989. Bentuk coping stres ini sering kali digunakan dalam
situasi harus segera mengambil langkah untuk mengusahakan pemenuhan kebutuhan ASI anaknya. Sebagai contoh, ketika sedang
berada di kantor. Demi memenuhi kebutuhan ASI anaknya, subjek harus mengatur waktu istirahat makan siangnya agar dapat
digunakan untuk memerah ASI. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan wawancara berikut:
“Pernah juga itu dulu sebelum hamil kan saya suka makan di luar. Makan di luar kan gak Cuma sekedar makan tapi juga makan waktu kan.
hehehe. Akhirnya saya gak udah gak makan di luar. Karena saya sadar diri. Saya kan juga pumping ambil waktu jam kerja. Dah akhirnya gak. Terus…
udah itu. Jadi… Tapi pekerjaan saya juga load-nya tinggi. Kalau misalnya lagi program banyak buat pelanggan, review nya kan ada di saya.
Seminggu kan bisa ada 3 program jalan. Otomatis kan saya bikin 3 program review. Pernah waktu itu saya sampai 2 hari gak mompa sama
sekali.
.”
WS3 B 43
Active coping juga dilakukan oleh subjek saat berusaha mengkomunikasikan waktu memerah ASI-nya kepada atasan agar
mendapat dukungan dan lebih leluasa untuk memompa ASI. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara berikut:
“
Kemudian bos saya juga bilang waktu saya masuk “ee mas, saya mau… eee ini saya kan ASI, saya butuh waktu buat mompa. 2 kali. Tapi
saya mau coba 3 kali. Tapi kalau bisa saya coba 2 kali.” Terus dia nanya “emang sekali pompa butuh waktu berapa lama?” jadi dia nanya… dia
sudah beristri, tapi dia belum punya anak. Jadi dia nanya “emang sekali pompa butuh waktu berapa lama.” “gak tau sih mas, saya belum pernah
49
coba di kantor. Saya pernah coba di rumah…” “ya udah gak pa-pa. ini aja. Take your time
.”
WS3 B 51
a.2. Seeking Social Support for Instrumental Action
Bentuk coping lain yang juga sering digunakan oleh subjek adalah seeking social support for instrumental action atau upaya
mencari dukungan sosial dari orang lain, berupa bimbingan, nasehat, dan informasi Carver, dkk, 1989. Bentuk coping stres ini digunakan
subjek ketika berada dalam situasi ketidaktahuan terhadap suatu masalah yang dihadapinya dan informasi yang dimilikinya dirasa tidak
cukup, sehingga subjek merasa membutuhkan dukungan dan bantuan dari orang lain. Sebagai contoh ketika subjek yang merasa tidak tahu
apa-apa mengenai ASI eksklusif membutuhkan banyak informasi mengenai pemberian ASI eksklusif sambil bekerja, subjek bertanya
kepada senior dan kakak-kakak sepupunya yang sudah lebih berpengalaman, seperti dalam kutipan wawancara berikut:
“Trus abis itu akhirnya saya cari-cari tahu dari internet lah, googling segala macem, segala website saya buka, blog-blog saya buka. Tanya-tanya
senior-senior, kakak-kakak sepupu yang pernah ASI eksklusif. Udah akhirnya mulai persiapan. Nyari botol-botol, trus ini, persiapan mental, apa
segala macem. Kebetulan temen-temen juga ini “kamu mau ASI ken?” “iya…” yaudah akhirnya dikadoin juga pompa itu. Yaudah. Ya trus, waktu
itu….
”
WS3 B 23
Subjek cukup sering melakukan bentuk coping ini. Bahkan ketika produksi ASI nya menurun, subjek berkonsultasi dengan
teman-teman yang disebutnya geng mama perah. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan wawancara berikut: