58
f. Acceptance
Menerima stressor,
dalam arti meng-
akomodasi- nya, karena
mungkin keadaan per-
masalahan tersebut sulit
diubah. Berusaha
berdamai dengan
kesulitan- kesulitan,
tekanan, dan
kurangnya dukungan
yang dirasa olehnya.
Subjek bersyukur
dengan keberadaan
suami meskipun
dukungan suami bukan
seperti yang diharapkann
ya,
WS2 B82 g. Turning
to Religion Kembali
pada ajaran agama untuk
mendapatkan kekuatan dan
pikiran positif.
Tertekan dan
tidak tahu harus
berbagi kepada
siapa. Subjek
merasa tidak memiliki
tempat berbagi
perasaan yang tepat.
Sehingga selalu
membawa dalam doa
tiap tekanan selama
proses menyusui
sambil bekerja.
WS2 B85
Subjek berpikir
bahwa mengurus
anak dan suami
merupakan ibadah.
WS3 B 69
h. Seeking Social
Support for Emotional
Reason Mencari
dukungan sosial untuk
membantu emosi kita.
Misalnya mencari rasa
simpati, pengertian,
dan dukungan
moral. Situasi
menekan yang
membuat subjek
harus menghibur
dirinya sendiri dan
menaikkan lagi
semangat- nya
agar dapat
kembali fokus.
Berbagi dengan ibu-
ibu lainnya dalam geng
mama perah dan saling
me- nyemangati
untuk mengatasi
tekanan saat harus
memerah ASI.
WS3 B42
C. PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, dihasilkan tema-tema yang menggambarkan bentuk coping stres ibu menyusui eksklusif yang bekerja di Jakarta. Keempat subjek
melakukan bentuk coping stres yang berbeda-beda meskipun ada juga beberapa
59
bentuk coping yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh banyak hal seperti
lingkungan, dukungan, tekanan, serta sumber daya yang dimiliki oleh masing- masing subjek. Seperti yang dikatakan Lazarus dalam Nairne, 2003 Individu
merasa stres tergantung bagaimana ia menginterpretasi suatu situasi yang dihadapinya. Stres merupakan hal yang bersifat subjektif atau tergantung pada
cara individu memahami dan memandangnya serta sumber daya yang dimiliki individu, sehingga tekanan yang dapat mempengaruhi para subjek hingga
merasa stres pun berbeda-beda. Hubungan stres dengan terganggunya praktek pemberian ASI eksklusif
dirasakan oleh keempat subjek. Keempat subjek mengaku harus menjaga dirinya tetap dalam kondisi tenang dan nyaman agar produksi ASI nya tidak
terhambat. Hal ini dapat terjadi karena stres dapat menghambat refleks hormon oksitosin. Hormon oksitosin berperan pada refleks pengeluaran ASI let down
reflex. Pelepasan oksitosin dihambat oleh katekolamin yang diproduksi jika ibu stres. Jika hormon oksitosin terhambat maka ASI yang keluar pun ikut
terhambat. Kondisi seperti ini jika terus berlangsung, dapat menghambat pengosongan payudara, sehingga lama kelamaan produksi ASI pun akan
berkurang dan semakin lama, bisa menghentikan ASI. Pengosongan payudara merupakan perangsangan diproduksinya ASI kembali. Maka, jika ASI semakin
sering dikeluarkan atau payudara semakin sering dikosongkan, ASI akan terus diproduksi dan begitu pula sebaliknya Lawrence, 2005. Coping stres yang
tepat, dapat membantu ibu untuk tetap dapat memberikan ASI dengan lancar dan baik kepada bayinya.