Pembahasan Hasil Penelitian PELAKSANAAN PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
4. Guru mengetahui , siswa
terbantu -sehingga lebih mudah mengikuti materi-
jika diberikan ilustrasi gambar.
Pengenalan guru terhadap siswanya.
W.IV.7b,13b,33b W.IV.104d-105d
5. Siswa sudah mengenali
bagaimana fungsi naik, fungsi turun
Pengetahuan guru akan konsep yang dimengerti
dengan baik oleh siswa. W.IV.49a-51a
K.I.59-95 W.IV.104d-111d
6. Siswa kurang lancar pada
langkah menentukan interval dimana fungsi naik , fungsi
turun karena ketidakpahaman ketika kelas
X. Pengetahuan guru akan
konsep yang tidak dimengerti dengan baik
oleh siswa. W.IV.61a-63a
WIII.S14a.1-10 WIII.S14b.1-6
W.V_18.53-56
7. Semua siswa tahu syarat
fungsi turun, fungsi naik, stasioner f ’x 0, f ’x
Pengetahuan guru akan konsep yang dimengerti
dengan baik oleh siswa. W.IV.59a
W.IV118d-121d
8. Semua siswa sudah mengerti
bahwa titik stasioner merupakan titik dimana
f ’x=0 dan sudah mampu
menentukan koordinat titik stasioner.
Pengetahuan guru akan konsep yang dimengerti
dengan baik oleh siswa. K.II.33-36
K.III.16-17 K.IV.433-436
WS.II.1-13_TS
9. Ada siswa yang sempat
mengalami miskonsepsi dalam menentukan titik
stasioner. Pengetahuan guru akan
konsep yang tidak dimengerti dengan baik
oleh siswa. Pengenalan guru
terhadap siswa. K.II.67-81
K.I.99 W.I.51-56
W.IV.351d-359d K.I.183-192
10. Kebanyakan siswa tidak terlalu paham tentang jenis
titik stasioner. Pengetahuan guru akan
konsep yang tidak dimengerti dengan baik
oleh siswa. K.III.82-84
K.III.465-487
11. Semua siswa sudah mengetahui tentang ‘uji
turunan pertama dan kedua untuk menentukan titik
ekstrim maksimum, minimum fungsi dan titik
belok’ meskipun terkendala pada hal prosedural.
Pengetahuan guru akan konsep yang dimengerti
dengan baik dan tidak baik oleh siswa.
K.I.105-165, K.I.196- 197, K.IV.97-115,
K.IV.186d-190d, K.IV.467-476,
K.IV.477-484,
12. Identifikasi guru terhadap siswa yang tidak mengalami
kendala dan mengalami kendala pada menguji titik
stasioner. Pengenalan guru
terhadap siswanya. W.IV.209d-223d
13. Semua siswa sudah mengerti Pengetahuan guru akan W.IV.212a-216a
dengan baik bahwa titik stasioner merupakan bakal
calon ekstrim. konsep yang dimengerti
dengan baik oleh siswa. W.IV.186d
W.V.12-13_12 K.I.77-78, K.II.37,
K.IV.342
14. Hanya ada satu, dua Q dan M siswa yang bisa
memahami dengan baik definisi formal pengertian
titik maksimum dan minimum.
Pengetahuan guru akan konsep yang tidak
dimengerti dengan baik oleh siswa.
Pengenalan guru terhadap siswanya.
W.IV.235d-237d W.IV.244d-268d
Siswa mengetahui bahwa titik belok dapat diketahui
melalui perhitungan f”x=0. Pengetahuan guru akan
konsep yang dimengerti dengan baik oleh siswa.
W.IV.200a-W.IV.210a K.III.24-29
Siswa sudah mengetahui secara prosedural cara
menentukan titik belok berdasarkan uji turunan
pertama maupun kedua meskipun terkendala pada
hitungan. Pengetahuan guru akan
konsep yang dimengerti dengan baik dan tidak
baik oleh siswa. K.I.110-134
15. Tentang pengetahuan bahwa titik belok merupakan titik
stasioner, guru mengungkapkan para
siswanya tidak memahami hal ini. Guru menyadari hal
ini terjadi berkaitan dengan penjelasan guru semenjak
awal. Guru hanya menekankan bahwa
‘stasioner merupakan bakal calon ekstrim’.
Selain itu guru menyadari bahwa dalam penjelasannya
guru hanya menyebutkan kemungkinan titik stasioner
adalah ‘ekstrim dan bukan ekstrim’.
Pengetahuan guru akan konsep yang tidak
dimengerti dengan baik oleh siswa.
W.IV.10d-17d W.V.20-25
W.IV.41d-49d K.IV.338-353
16. Siswa semestinya sudah bisa membuat sketsa grafik
fungsi kuadrat. Pengetahuan guru akan
konsep yang dimengerti dengan baik oleh siswa.
W.IV.84e-125e K.IV.495-515
17. Guru mengetahui salah satu siswanya mengalami
miskonsepsi dalam pembahasan sketsa grafik
Pengenalan guru terhadap siswa.
K.I.26-31
18. Siswi Q pintar tetapi sembrono
Pengenalan guru terhadap siswa.
K.III.75-83 W.I.12
W.I.24-30 19. Siswa T meski tidak seaktif
Q, merupakan siswa yang bisa menangkap baik materi
Pengenalan guru tehadap siswa.
Diperoleh hasil bahwa guru memiliki pengetahuan tentang bagaimana siswa menangkap materi pembelajaran. Dalam kasus penelitian ini, guru
memang tidak tampak sangat detail mengenali satu demi datu siswanya. Guru cenderung memiliki pandangan yang global terhadap kelas yang diampunya.
Siswa yang teridentifikasi oleh guru pun hanya siswa-siswa tertentu yang sering aktif dalam pembelajaran. Meskipun demikian, guru mampu
menentukan langkah-langkah baik untuk mengantisipasi maupun menangani kesulitan yang dialami oleh sebagian besar, beberapa, maupun semua siswa di
kelasnya yang berhasil guru deteksi. Sumber-sumber PCK guru adalah pekerjaan siswa yang dikoreksi oleh guru, peristiwa-peristiwa yang terjadi
selama proses pembelajaran. Misalnya ketika guru berkeliling mengawasi siswa maupun ketika proses tanya jawab baik klasikal maupun kelompok
berlangsung dan ketika siswa menampilkan jawabannya di papan tulis.
pembelajaran W.IIIa-19-20
20. Siswi M mampu berfikir logis
Pengenalan guru terhadap siswa.
W.IV 00:50:18- 00.53:14
K.III.296a,296b K.III.297-304
21. S4 aktif bertanya karena memang dia sering merasa
belum paham Pengenalan guru
terhadap siswa K.III.69-70
K.IV.70-75 K.IV.206-213
22. Ada seorang siswa yang duduk di depan S14 sering
tidak teliti, padahal dia secara konsep tahu.
Pengenalan guru terhadap siswa.
W.IV.43a-45a W.IV.219d-223d
Video CIMG1883
23. Guru mengetahui tentang siswanya melalui koreksi
ulangan dan pengalaman- pengalaman.
Sumber pengetahuan guru berasal
W.I.56-58 W.V_18.79-82
W.IIIb.3 W.IIIb.12-15
Pada tahun-tahun sebelumya di program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma, penelitian tentang PCK sudah dilaksanakan oleh
beberapa mahasiswa angkatan 2005. Berikut penjabaran beberapa penelitian yang berhasil ditelusur oleh peneliti. Dalam penelitian mereka diperoleh
sejumlah identifikasi tentang PCK beberapa guru di beberapa sekolah di Yogyakarta seperti, SMA Kolese De Britto, SMA Stella Duce 1, SMA Pangudi
Luhur, SMA N 1 Depok dan SMA Bopkri 1. Identifikasi yang sudah berhasil dilakukan adalah terkait dengan bentuk-bentuk representasi, PCK guru terkait
dengan cara berpikir dan miskonsepsi siswa dan PCK guru terkait bahan ajar. Penelitian mereka berdasarkan kerangka kerja framework yang diusulkan
oleh Baker, Chick, Pham, dan Cheng 2006 , yaitu seperti terlihat pada gambar 2.1 yang sudah dijabarkan dalam bab II. Melalui beberapa penelitian tersebut
terungkap beberapa identifikasi PCK. Berikut beberapa yang berhasil dihimpun oleh peneliti:
1. SMA Kolese De Britto
Bentuk-bentuk representasi yang dipergunakan guru H di SMA Kolese De Britto pada pembelajaran materi Ukuran Pemusatan adalah
tentang penggunaan metode diskusi kelompok dengan variasi jumlah anggota kelompok tiap pertemuan. Guru juga menyusun LKS yang
disertai visualisasi grafikgambar yang bersesuaian dengan materi yaitu penyajian data, baik dalam diagram, grafik, maupun tabel.
Guru C memiliki PCK tentang cara berpikir siswa. Guru C menggali pemikiran siswa ketika siswa maju mengerjakan di papan
tulis. Guru C juga menguji siswa ketika maju dengan pertanyaan- pertanyaan. Guru C menjelaskan ketidaktahuan siswa yang terlihat
ketika guru menerangkan mengapa △x 0 pada bahasan integral.
Guru memilih soal dan cara mengajar yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman para siswa yang diampunya, dalam kasus ini guru
mengenali kemampuan para siswanya yang rata-rata memiliki intelegensi sama.
2. SMA Stella Duce 1
Dengan miskonsepsi yang dialami oleh para siswanya, guru B memberikan bimbingan dan memberikan koreksi ketika ditemukan
suatu kesalahan dalam pekerjaan milik siswanya sehingga siswa dapat mengetahui cara yang lebih tepat dari jawaban siswa semula.
Sedangkan untuk PCK guru B terkait cara berpikir siswa dalam pembelajaran materi Integral Tentu yaitu tentang karakteristik berpikir
siswa dalam menjelaskan jawaban di depan kelas. Guru mengadakan pengulangan-pengulangan terhadap materi yang belum dipahami
dengan baik oleh para siswa dan melakukan pendekatan-pendekatan personal terhadap siswa-siswi yang belum memahami.
3. SMA Pangudi Luhur
PCK guru N terkait bentuk-bentuk representasi yang dipergunakan
guru dalam pembelajaran materi Sudut Antara Bidang adalah dengan meminta siswa untuk melakukan metode demonstrasi eksplorasi.
Selain itu guru menggunakan metode penemuan terbimbing untuk
membantu siswa memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Guru menggunakan strategi eksplorasi dan menampilkan ilustrasi serta
mempergunakan PR siswa sebagai sumber belajar. Sedangkan PCK guru N mengenai pemahaman siswa, hasil yang
diperoleh adalah pengetahuan guru matematika akan karakteristik kemampuan siswa dalam menjelaskan jawaban di depan kelas. Hal
tersebut tampak melalui pemilihan siswa yang menjelaskan di depan kelas oleh guru. Kemudian pengetahuan guru N tentang tingkat
pemahaman siswa yang nampak melalui cara guru memilih metode mengajar yang sesuai untuk siswanya. Guru N juga mengetahui materi
mana saja yang penting bagi siswanya yang nampak dari penekanan dan pengulangan penjelasan materi tertentu.
4. SMA N 1 Depok
Bentuk-bentuk representasi yang dipergunakan oleh guru M dalam pembelajaran materi menentukan luas daerah ialah menggunakan
proses limit, menggunakan integral tentu dan tak tentu. Guru M menggunakan metode
diskusi dan presentasi
dengan mengujicobakannya di kelas dan dengan materi yang berbeda. Guru M
mempergunakan ilustrasi gambar untuk menjelaskan penentuan luas daerah menggunakan limit dan penjelasan awal tentang materi integral
tentu. Sedangkan untuk materi integral substitusi guru M mempergunakan contoh soal sebagai penjelasan.
Diperoleh juga identifikasi mengenai PCK guru M terkait bahan ajar yakni, guru M menyampaikan bahan ajar secara sistematis tidak
lompat-lompat, guru juga M mengetahui materi mana saja yang tercakup dalam kurikulum yang terungkap melalui wawancara.
5. SMA Bopkri 1
PCK terkait bentuk-bentuk representasi yang dipergunakan oleh
guru P dalam pembelajaran tentang materi median, kuartil, desil dan persentil adalah lembar kerja siswa LKS. Guru P mempergunakan
LKS yang berbeda-beda setiap kelas. Guru P menggunakan grafik untuk menjelaskan materi median dan kuartil dengan melibatkan
siswa dalam interaksi tanya-jawab. Selain itu guru P mempergunakan materi yang sudah diajarkan median dan kuartil sebagai pijakan
memahami materi baru desil. Sedangkan terkait dengan PCK guru P terkait bahan ajar tampak melalui pengetahuan guru yang ditunjukkan
dengan penyampaian bahan ajar materi secara sistematis, juga guru mengetahui hubungan antar konsep bahan ajar.
Dengan ini penelitian tentang PCK guru terkait konsepsi siswanya dalam pembelajaran matematika semakin melengkapi dan menambah khazanah
bahasan PCK, khususnya di Indonesia. Harapan lebih jauh lagi adalah penanganan lebih lanjut terhadap hasil penelitian untuk dipergunakan sebagai
bahan pengembangan PCK calon-calon guru di Indonesia sehingga mutu guru di Indonesia bisa meningkat khususnya terkait penanganan guru terhadap para
siswanya di kelas.
141