104
C. Pembahasan
Pada awal penelitian diketahui bahwa berdasarkan peraturan sekolah siswa kelas V diwajibkan mengikuti program asrama, sehingga siswa banyak
menghabiskan waktunya di lingkungan sekolah. Pada jam istirahat, siswa banyak mengisi waktunya dengan bermain-main di sekitar sekolah dengan bermain
sepeda, berkejar-kejaran, atau mengobrol di halaman sekolah. Tak jarang siswa memanfaatkan fasilitas sekolah untuk bermain-main.
Pada aktivitas sehari-hari, siswa menunjukkan tanda-tanda akan kurangnya sikap disiplin siswa. Hal ini terbukti dari hasil angket menunjukkan
bahwa 12 dari jumlah siswa atau 3 siswa memiliki kedisiplinan kategori rendah 21 - 40 dan 28 jumlah siswa atau 7 siswa pada kategori cukup 41 -
60. Selain itu, berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa rata-rata sikap disiplin siswa masih dalam kategori Mulai terlihat. Mengingat sikap disiplin bagi
siswa sangat penting untuk dimiliki oleh siswa, maka peneliti melakukan tindakan berupa permainan tradisional untuk mengisi waktu-waktu senggang siswa di
lingkungan sekolah. Pada setiap hari dilakukannya tindakan penelitian, siswa melaksanakan
permainan tradisional yaitu gobag sodor dan jeg-jegan. Sebelum dilaksanakannya permainan biasanya siswa membantu menyiapkan alat atau arena permainan
karena antusiasme mereka untuk segera bermain. Selain itu, berkaitan dengan jalannya permainan siswa sebagai pemain atau peserta permainan diharuskan
memahami peraturan permainannya serta menyepakati secara bersama peraturan-
105
peraturan tersebut. Hal ini dapat membantu pembiasaan diri siswa berkenaan dengan sikap disiplin.
Pada Siklus I, tahapan tindakan penelitian adalah mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan masing-masing permainan tradisional, mengkondisikan
siswa untuk berkumpul di lokasi permainan akan dilaksanakan, menjelaskan peraturan permainan kepada siswa, membagi siswa menjadi beberapa kelompok
untuk memudahkan pelaksanaan permainan yang akan dilaksanakan, siswa bermain permainan tradisional yang sudah disiapkan dengan pendampingan, dan
terakhit siswa diminta mengisi lembar angket sesuai dengan persepsi siswa di akhir Siklus. Penekanan tindakan pada siklus ini adalah penjelasan peraturan,
kesepakatan peraturan antar pemain dan pendampingan oleh pengajar selama permainan berlangsung.
Setelah dilaksanakan tindakan, hasil penelitian menunjukkan 28 dari jumlah siswa atau 7 siswa pada kategori sangat tinggi, 40 dari jumlah siswa atau
10 siswa pada kategori tinggi, 28 dari jumlah siswa atau 7 siswa pada kategori cukup, dan 4 dari jumlah siswa atau 1 siswa pada kategori rendah. Jika
dibandingkan dengan hasil pratindakan maka pada siklus ini kedisiplinan siswa mengalami peningkatan yaitu dari 60 dari jumlah siswa atau 15 siswa masuk
dalam kedisiplinan kategori tinggi meningkat menjadi 68 dari jumlah siswa atau 17 siswa Sedangkan untuk hasil observasi sikap disiplin siswa menunjukkan
bahwa mayoritas siswa yaitu 64 dari jumlah siswa atau 16 siswa berada pada kategori sikap disiplin Mulai Terlihat. Berdasarkan hal tersebut, jika dibandingkan
dengan hasil awal penelitian yaitu 13 siswa berada pada kategori sikap disiplin
106
mulai terlihat, maka pada Siklus ini kategori sikap disiplin mulai terlihat mengalami peningkatan.
Pada Siklus II perbedaan tindakan yang dilaksanakan antara Siklus ini dengan Siklus sebelumnya adalah pelaksanaan penjelasan peraturan dibantu oleh
siswa yang sudah memahami peraturan dengan baik, keberadaan pendamping yang tidak hanya mendampingi siswa saat bermain tetapi juga ikut serta adanya
pembagian waktu tindakan antara siswa yang tinggal di asrama dan yang tidak. Berdasarkan hasil angket kedisiplinan siswa menunjukkan bahwa 40 dari
jumlah siswa atau 10 siswa pada kategori sangat tinggi, 36 dari jumlah siswa atau 9 siswa pada kategori tinggi, dan 24 dari jumlah siswa atau 7 siswa berada
pada kategori cukup. Pada Siklus I kedisiplinan siswa pada kategori tinggi sebanyak 68 dari jumlah siswa atau 17 siswa dan pada siklus ini meningkat
menjadi 76 dari jumlah siswa atau 19 siswa Sedangkan berdasarkan hasil observasi sikap disiplin siswa menunjukkan mayoritas siswa masih dalam
kategori sikap disiplin mulai terlihat. Walaupun mengalami penurunan pada kategori sikap disiplin mulai terlihat yaitu 2 siswa dibandingkan dengan Siklus I
dan jumlah siswa pada kategori mulai berkembang masih sama yaitu 8 siswa. Namun, sebenarnya terjadi peningkatan pada kategori sikap disiplin membudaya
yaitu terdapat 1 siswa yang mana awalnya tidak ada. Pada Siklus III, perbedaan tindakan yang dilakukan dengan Siklus
sebelumnya, adalah adanya tahap diskusi setelah siswa selessai bermain mengenai jalannya permainan nilai kedisiplinan di dalam permainan. Berdasarkan hasil
angket kedisiplinan siswa, 60 dari jumlah siswa atau 15 siswa pada kategori
107
sangat tinggi, 32 dari jumlah siswa atau 8 siswa pada kategori tinggi, dan 12 dari jumlah siswa atau 3 siswa pada kategori cukup
.
Sedangkan untuk hasil observasi menunjukkan 12 siswa berada pada kategori mulai berkembang dan 1
siswa berada pada kategori membudaya. Peningkatan sikap disiplin siswa tak lepas dari penggunaan permainan
tradisional sebagai tindakan dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Lev Vigotsky Tedjasaputra, 2001: 9 yang meyakini bahwa kegiatan
bermain memiliki peran langsung terhadap perkembangan kognisi seorang anak. Bandura William Crain, 2007: 302 mengungkapkan bahwa faktor kunci dalam
perkembangan seorang individu adalah perilaku, lingkungan dan faktor kognisi. Berdasarkan pendapat Hurlock 2000: 93 disiplin demokratis
merupakan jenis disiplin yang tepat penggunaannya dalam mengajari siswa untuk bersikap disiplin Pada permainan tradisional, siswa diajarkan bermain bersama-
sama atau berkelompok dan dituntut untuk bersikap sesuai dengan yang diinginkan oleh kelompoknya. Pada awal permainan semua pemain harus
menyepakati peraturan permainan dan ini membantu pemain untuk memahami sebab akibat yang akan diterima pemain ketika melanggar peraturan. Selain itu
pendapat dari Heddy Shri A.P. Sukirman D,dkk, 2004: 25 tentang perspektif adaptasi dalam bermain menjelaskan bahwa aktivitas bermain dapat sebagai
langkah anak untuk meningkatkan kemampuan adaptasi. Terkait hal ini, adaptasi merupakan salah satu cara membentuk atau mengubah sikap individu Sarlito
Wirawan.S. 1976: 104. Jadi aktivitas bermain dalam permainan tradisional
108
menjadi suatu langkah bagi siswa dalam membentuk atau merubah sikap siswa termasuk sikap disiplin siswa.
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dede Shinta Mustika dengan judul “Pengaruh Permainan
Tradisional Terhadap Perilaku Sosial Di Sekolah Dasar Negeri Sindanglaya I”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa permainan tradisional
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sosial siswa dengan nilai penelitian rata-rata kelompok eksperimen 269,97 dan kelompok kontrol 232,16.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terlihat peningkatan perilaku sosial yang mulai tertanam pada siswa, antara lain sikap toleransi terhadap teman, tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan, serta nilai disiplin dalam suasana pembelajaran maupun diluar pelajaran.
Bentuk dan wujud permainan tradisional yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah pada umumnya mencerminkan kebudayaan setempat
Sukirman,dkk, 1992 1993: 1. Sebagai salah satu bentuk kebudayaan bangsa, permainan tradisional juga mengandung nilai-nilai budaya didalamnya. Sehingga
siswa dapat bermain bersenang-senang sekaligus belajar mengenai nilai-nilai kebudayaan yang berada disekitarnya. Jenis permainan tradisional sendiri
sangatlah beragam, sehingga siswa mempunyai banyak pilihan untuk memainkan permainan sesuai dengan yang diinginkannya.
Berdasarkan pembahasan penelitian ini, dapat dikatakan bahwa penggunaan permainan tradisional dapat meningkatkan sikap disiplin siswa kelas
V SD Nahdlatul Ulama’ Sleman, Yogyakarta.
109
D. Keterbatasan penelitian