Unsur-Unsur dalam Disiplin dan Penerapannya

18 untuk membentuk perilaku anak agar lebih bisa mengendalikan dirinya dan selalu berperilaku baik sesuai dengan norma dan nilai yang ada di kelompok atau masyarakat. Hal ini pastinya dilaksanakan secara bertahap dan berjangka yang mana akhirnya dapat membantu anak dalam mengembangkan nilai-nilai moral di dalam dirinya khususnya nilai disiplin. Disiplin pada anak sebenarnya dapat pula diajarkan melalui cara membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh anak. Peraturan tersebut dilaksanakan oleh anak secara terus menerus sehingga pada nantinya muncul pembiasaan pada diri anak untuk selalu menaati peraturan. Selain itu, Bandura William Crain, 2007: 302 mengemukakan bahwa pada situasi-situasi sosial, manusia sering kali belajar jauh lebih cepat hanya dengan mengamati tingkah laku orang lain. Melalui pengamatan, dapat diperoleh suatu pelajaran mengenai konsekuensi yang memungkinkan dari sebuah tingkah laku dengan memperhatikan apa yang kan terjadi ketika orang lain mencoba melakukan tingkah laku tersebut. Proses ini disebut vicarious reinforcement penguatan lewat pengamatan empatik, merasa seolah-olah kita yang melakukan.

5. Unsur-Unsur dalam Disiplin dan Penerapannya

Kurtinez dan Greif dalam Hurlock, 2000: 84 terdapat empat unsur pokok disiplin yang penting untuk selalu disertakan, yaitu: 1 peraturan sebagai pedoman perilaku, 2 hukuman untuk pelanggaran peraturan, 3 penghargaan untuk perilaku baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku, dan 4 konsistensi terhadap peraturan. 19 Keempat unsur pokok tersebut dalam prakteknya sangat penting untuk selalu dilengkapi. Rincian keempat unsure tersebut adalah sebagai berikut Hurlock, 2000: 85- 92: a. Peraturan Istilah peraturan menurut Kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti tatanan petunjuk, kaidah, ketentuan yang dibuat untuk mengatur. Sedangkan menurut Hurlock 1999: 85 peraturan merupakan pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut kemungkinan ditetapkan oleh orang tua, guru, atau teman bermain. Tujuannya adalah untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Misalnya peraturan yang ada di lingkungan sekolah. Peraturan-peraturan tersebut memberikan pengertian atau batasan pada anak mengenai apa saja yang harus dilakukan serta apa saja yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan ketika berada di kelas, di koridor sekolah, ruang makan, di kamar kecil, dan sebagainya. Maria J.Wantah 2005: 151 menambahkan bahwa peraturan juga dapat dibuat untuk kegiatan-kegiatan anak dalam situasi dan kondisi tertentu, misalnya dalam bermain. Ketika anak bermain jeg- jegan di rumah, maka kelompok yang ingin menangkap lawan tidak boleh memukul atau menjatuhkan anak lain yang berperan sebagi lawan cukup memegang atau menyentuh saja. Demikian pula, ketika kegiatan bermain di sekolah. Jika seorang anak bermain curang, maka dia mendapatkan hukuman, misalnya tidak mendapatkan kesempatan bermain dalam satu putaran kegiatan bermain. 20 Anonimous dalam Maria J.Wantah, 2005: 152 menerangkan bahwa penggunaan aturan adalah untuk meningkatkan disiplin pada anak agar dapat belajar hidup bersama dengan orang lain. Hal ini seakan menjelaskan bahwa lambat laun peraturan dalam disiplin akan mampu menggiring anak mempunyai moral yang baik dalam sebuah kelompok sosial. b. Hukuman Hukuman berasal dari kata kerja punier, yang memiliki arti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena berbuat suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai suatu bentuk pembalasan atau ganjaran. Hal ini menyiratkan bahwa kesalahan, perlawanan atau pelanggaran tersebut dilakukan secara sengaja. Jadi, dapat diketahui bahwa sebenarnya orang tersebut sudah mengetahui bahwa perbuatan tersebut salah akan tetapi tetap dilakukannya. Schaefer Maria J.Wantah, 2005: 160 menyebutkan bahwa terdapat dua tujuan dalam memberikan hukuman. Pertama, tujuan dalam jangka pendek yaitu menjatuhkan hukuman untuk menghentikan tingkah laku yang salah. Kedua, tujuan dalam jangka panjang, yaitu mengejar atau mendorong anak- anak agar menghentikan tingkah laku mereka yang salah supaya dapat mengarahkan dirinya sendiri. Selain itu, Hurlock 1999: 87 juga menjelaskan bahwa hukuman mempunyai fungsi penting untuk perkembangan moral anak. 1 Hukuman dapat menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. 2 Hukuman berfungsi untuk mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa sebuah tindakan yang baik itu adalah yang 21 benar dan tidak akan mendapatkan hukuman. Sedangkan untuk tindakan yang buruk itu salah dan akan mendapatkan hukuman sebagai balasannya. 3 Hukuman sebagai langkah memberikan motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima oleh masyarakat. Cara pemberian hukuman pun mempunyai beberapa jenis. Pertama, Hukuman fisik atau biasa juga disebut dengan hukuman badan, yaitu sebuah tindakan yang diberikan dengan menimbulkan rasa sakit, bisa dengan menempeleng, memukul, mencubit atau memecut. Kedua, hukuman dengan kata-kata, misal dengan mempermalukan, meremehkan, dan menggunakan kata- kata yang kasar. Ketiga, hukuman dengan bentuk sebuah larangan, misal dengan melarang anak menontom TV sebelum mereka selesai mengerjakan tugas. Keempat, hukuman dengan penalti misalnya mengurangi uang saku anak apabila anak merusak sesuatu Hurlock 1999: 87, Maria J,Wantah 2005:157. Berdasarkan keempat jenis hukuman tersebut, menurut Maria J.Wantah 2005: 157-158 jenis hukuman yang tepat untuk dipakai sebagai metode disiplin yang efektif adalah jenis hukuman dalam bentuk larangan serta hukuman dengan penalti daripada hukuman fisik dan hukuman dengan kata-kata. Karena lebih menjaga perasaan dan badan mereka terhadap rasa sakit yang bisa saja menimbulkan trauma. Berdasarkan hal yang telah dijelaskan, dapat ditarik kesimpulan bahwa hukuman sebenarnya dapat memberikan hal-hal yang dapat membantu dalam perkembangan moral anak. Akan tetapi, ketika akan memberi hukuman kepada anak perlu memperhatikan kondisi dan psikologis anak agar dapat memberikan 22 efek jera tetapi bukan efek samping yang dapat memberikan rasa trauma kepada anak. c. Penghargaan Maslow Maria J.Wantah, 2005: 164 mengungkapkan bahwa penghargaan adalah salah satu dari kebutuhan pokok yang mendorong seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Hurlock 1999: 90 menambahkan bahwa istilah penghargaan merupakan setiap bentuk penghormatan untuk suatu hal yang baik. Maria J.Wantah 2005: 164 juga memberikan pendapatnya bahwa penguatan positif adalah teknik terbaik untuk mendorong tingkah laku yang diinginkan. Jadi penghargaan merupakan salah satu bentuk tindakan yang dapat memotivasi seseorang atau anak untuk berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh kelompok sosial. Bentuk dari penghargaan bukan hanya berupa materi, tetapi bisa dengan kata-kata pujian, senyuman, atau tepukan pada punggung. Penghargaan merupakan suatu hal yang berbeda dengan suapan atau imbalan. Penghargaan dilakukan setelah seseorang melakukan sebuah tindakan yang baik, sedangkan suapan atau imbalan merupakan janji atau sesuatu benda yang diberikan dilakukan sebelum seseorang melakukan tindakan baik. Penghargaan mempunyai tiga fungsi yang berperan penting dalam mengembangkan perilaku anak agar sesuai dengan hal-hal yang disepakati oleh masyarakat. Pertama, penghargaan mempunyai nilai mendidik. Penghargaan memberikan pengertian bahwa perbuatan tersebut merupakan hal yang baik dan disetujui oleh masyarakat. Kedua, penghargaan berperan sebagai motivasi bagi 23 anak untuk malanjutkan perilaku yang disetujui secar sosial. Ketiga, penghargaan berperan untuk menguatkan anak agar mengulangi perbuatan baik tersebut, dan tidak adanya penghargaan sebenarnya dapat melemahkan keinginan anak untuk mengulangi perbuatan baik yang disetujui secara sosial tersebut. Pemberian penghargaan kepada anak haruslah mempertimbangkan perkembangan dalam diri anak. Cara memberikan penghargaan kepada anak pun memiliki beberapa jenis. 1 Penerimaan sosial Hal yang dimaksudkan disini adalah penghargaan secara verbal misalnya, tepuk tangan, pelukan atau senyuman atau sebuah pujian. Bagi anak yang sudah lebih besar dengan memberikan pujian saja itu sudah cukup, karena mereka sudah mampu berpikir untuk memahami atau mengetahui maksud dari pendidik. Berbeda dengan anak yang lebih kecil, harus dengan disertai tindakan konkret seperti penghargaan verbal. 2 Hadiah Hadiah dapat sebagai sebuah tanda kasih sayang, penghargaan atas prestasi atau kemampuan seorang anak, atau sebagai bentuk dorongan atau tanda kepercayaan untuk anak. Schaefer dalam Maria J.Wantah, 2005: 166 mengungkapkan bahwa penghargaan dalam bentuk hadiah selain dapat memberikan motivasi juga akan meningkatkan percaya diri anak. Jadi, dapat dikatakan bahwa hadiah yang diterima dapat memberikan rasa aman, 24 keyakinan dan kepercayaan diri pada anak terhadap semua perbuatan yang dilakukannya. 3 Perlakuan istimewa Hal ini bisa diwujudkan berupa sebuah tindakan yang diberikan yang sebelum-sebelumnya tidak pernah dilakukan kepada anak. Misalnya, memberikan ijin kepada anak untuk bermain lebih lama atau memberikan waktu spesial untuk menonton film yang biasanya waktu tersebut digunakan untuk beristirahat. Namun, menurut Maria J.Wantah 2005: 166-167 hadiah merupakan jenis penghargaan yang tepat untuk anak kecil daripada memakai perlakuan istimewa. Sedangkan untuk anak yang lebih besar, perlakuan istimewa merupakan cara yang tepat. d. Konsistensi Konsistensi adalah stabilitas atau tingkat keseragaman. Konsistensi disini berbeda dengan ketetapan, karena makna konsistensi disini lebih cenderung menunjukkan kesamaan daripada makna yang menunjukkan tidak adanya perubahan. Konsistensi haruslah ada dalam ciri-ciri semua aspek disiplin. Karena, konsistensi memegang peranan penting dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku. Pada prakteknya konsisten dalam peraturan itu diajarkan serta dipaksakan, yaitu dengan adanya hukuman diberikan untuk mereka yang menyalahi standar, dan penghargaan diberikan untuk mereka yang 25 mampu menyesuaikan dengan standar perilaku yang telah ditetapkan kelompok sosial. Hurlock 1999: 91 menjelaskan bahwa konsistensi dalam disiplin memiliki tiga peran penting. Pertama, konsistensi memiliki nilai mendidik yang besar. Jika peraturan yang digunakan dapat konsisten, maka itu dapat memacu atau mendorong anak untuk proses belajarnya. Kedua, konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat. Ketika anak menyadari bahwa adanya hukuman itu selalu menyertai tindakan yang salah dan adanya penghargaan selalu menyertai tindakan yang benar, maka anak akan memiliki keinginan yang kuat untuk menghindari perilaku yang salah tidak disetujui oleh kelompok sosial dan melakukan tindakan yang benar. Ketiga, adanya konsistensi dalam menjalankan peraturan, memberikan hukuman serta penghargaan dapat mempertinggi penghargaan anak terhadap peraturan serta orang yang memberikan menjalankan peraturan tersebut. Berdasarkan keterangan dari keempat unsur disiplin tersebut dapat disimpulkan bahwa sebenarnya keempat unsur tersebut saling berhubungan dan mendukung antara unsur yang satu dengan yang lainnya. Keempat unsur tersebut juga sama-sama memiliki dua peran penting dalam disiplin yaitu memberikan pendidikan kepada perkembangan anak serta mampu memotivasi dengan kuat bagi anak untuk selalu berperilaku baik. Pada penelitian ini, unsur disiplin yang digunakan adalah unsur disiplin berdasarkan pendapat dari Hurlock, yaitu peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi. 26

B. Kajian Permainan Tradisional 1. Hakekat Bermain Dan Permainan