11
a. Menerima receiving Menerima diartikan bahwa subjek seseorang memperhatikan dan mau
menerima stimulus yang diberikan objek b. Menanggapi responding
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan. Karena dengan adanya usaha dalam menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari benar atau salah pekerjaan
tersebut menandakan bahwa orang subjek menerima ide tersebut. c. Menghargai valuing
Menghargai diartikan subjek seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Maksudnya ialah seperti membahasnya dengan
orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab responsible
Tingkatan yang paling tinggi ialah bertanggung jawab, yaitu bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan menerima segala
resiko.
2. Pengertian Disiplin
Disiplin merupakan salah satu nilai karakter budaya yang dikembangkan untuk pendidikan karakter berbasis budaya di Indonesia. The Liang Gie Ali
Imron, 2011: 172 mengungkapkan bahwa disiplin merupakan suatu keadaan
12
tertib dimana orang-orang yang tergabung dalan suatu organisasi akan tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Hoffman Maria J.Wantah, 2005: 139-140 bahwa disiplin merupakan cara masyarakat termasuk guru dan orang tua mengajar anak
berperilaku moral yang disetujui dan diterima oleh kelompok. Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwa disiplin sangat erat hubungannya dengan
peraturan dan tata tertib dalam suatu kelompok atau organisasi. Hurlock 2000: 82 menambahkan tujuan adanya disiplin adalah agar
anak dapat menampilkan perilaku sesuai dengan standar kehidupan dalam suatu kelompok masyarakat. Hal ini selaras dengan pendapat dari Maman Rachman
1999: 168 bahwa pada hakikatnya disiplin adalah pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan yang
didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas, dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan. Jadi bisa disimpulkan bahwa disiplin merupakan sikap patuh
dan taat terhadap peraturan, yang dipakai sebagai pedoman hidup agar dapat bersesuaian dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat.
Namun, dalam prakteknya disiplin sering kali dihubungkan bahkan ditafsirkan sama dengan hukuman dan upaya pengendalian perilaku seseorang
Hurlock, 2000: 98-99. Pada tafsiran pengertian seperi ini, disiplin identik dengan sikap tegas dan keras yang dihubungkan dengan hukuman punishment
yang diberikan sebagai alat yang efektif dalam menegakkan disiplin anak. Seiring perkembangan waktu, masyarakat dalam menanggapi disiplin anak pun mulai
mengalani perubahan.
13
Pada zaman dahulu disiplin yang digunakan lebih bersifat keras dan otoriter yang berlandaskan pada kebiasaan sosial dan prinsip keagamaan.
Sedangkan, pada zaman sekarang ini disiplin digunakan secara lebih toleran, permisif, dan bahkan bersikap laissez-faire tidak ikut campur. Spock Maria
J.Wantah, 2005: 142 mengungkapkan bahwa perkembangan sikap masyarakat dalam disiplin dipengaruhi oleh dua pendekatan yang berbeda dalam pendidikan
dan bimbingan anak. Pertama, cara yang dilakukan adalah dengan terlalu memberikan kebebasan, terlalu mengijinkan atau membiarkan anak over
permissiveness. Cara yang kedua adalah otoriter atau terlalu keras dalam memberikan sanksi-sanksi yang tegas. Kedua pendekatan tersebut sebenarnya
sama-sama memberikan kerugian terhadap perkembangan anak. Berdasarkan kedua pendekatan tersebut, memunculkan pemahaman
positif dan negatif terhadap konsep disiplin. Paham positif memandang disiplin sama dengan pendidikan atau bimbingan karena lebih menekankan pada
pertumbuhan dari dalam diri, disiplin diri, dan pengendalian diri. Hal yang diutamakan adalah penyesuaian tumbuh secara bertahap dalam diri anak terhadap
aturan-aturan, sambil anak memperoleh pengertian tentang makna disiplin bagi dirinya sendiri sehingga mereka bisa lebih mawas diri serta dapat mengatur
pemikiran, penuturan dan tingkah sesuai dengan kaidah-kaidah yang dianut. Sedangkan, paham negatif melihat disiplin sebagai pengawasan,
pengekangan, dan pengendalian oleh satu kekuasaan diluar diri. Sering kali pengawasan dan pengekangan disini lebih mengarah ke cara-cara yang keras dan
bahkan menyakitkan bagi anak. Umumnya sanksi yang diberikan tersebut berupa
14
siksa yang menghasilkan efek jera bagi anak agar tidak mengulangi perbuatan yang melanggar peraturan. Walaupun, pemberian siksa tersebut sebenarnya tidak
memberikan kepastian bahwa anak tidak akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Memandang dari perspektif bimbingan dan pendidikan anak maka
paham positiflah yang perlu untuk dikembangkan dalam konsep disiplin. Fungsi pokok disiplin disini ialah mengajarkan anak untuk menerima pengawasan dan
pengekangan yang diperlukan dalam membantu mengarahkan energi anak ke dalam jalur yang berguna dan diterima secara sosial.
3. Jenis – Jenis Disiplin Untuk Anak.