E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti mempunyai peranan pokok dengan berkecimpung secara langsung
dalam pencarian data, pencatatan data pada sebuah kertas, pengklasifikasian data ke dalam setiap kategori pelanggaran maksim, serta penganalisisan data. Seperti halnya
yang dikatakan Moleong 2010: 9, bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan orang lain menjadi alat pengumpul data utama dan dapat berhubungan
dengan responden atau objek yang lain. Hanya peneliti sendirilah yang dapat memahami kenyataan yang ada di lapangan. Sehingga kedudukan peneliti dalam
penelitian ini yaitu sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Hal tersebut dilakukan
dengan dibekali pengetahuan mengenai prinsip kerjasama dalam suatu tuturan atau dialog.
F. Validitas
Hasil penelitian dikatakan valid jika didukung oleh fakta dalam arti: secara empiris benar, dapat memprediksi secara akurat, dan konsisten dengan teori yang
mapan Zuchdi, 1993: 73. Berdasarkan hal tersebut, dalam upaya memperoleh keabsahan data peneliti menggunakan validitas semantis. Menurut Zuchdi 1993: 75
validitas semantis adalah validitas yang mengukur tingkat kesensitifan suatu teknik terhadap makna-makna simbolik yang gayut relevan dengan konteks tertentu.
Dalam analisis konten. Validitas semantis yang tinggi dicapai jika makna-makna
semantik berhubungan dengan sumber pesan, penerima pesan, atau konteks lain dari data yang diselidiki.
G. Realibilitas
Dalam penelitian ini, realibilitas stabilitas merupakan realibilitas yang digunakan. Menurut Krippendorff via Zuchdi, 1993: 79 realibilitas stabilitas
menunjuk pada tingkat tidak berubahnya hasil pengukuran yang dilakukan pada waktu yang berbeda. Dalam upaya memperoleh realibilitas data, peneliti
meningkatkan ketekunan dan ketelitian dalam menemukan data sebanyak-banyaknya, dan membaca secara berulang-ulang data yang telah diklasifikasikan dalam waktu
yang berbeda atau yang sering disebut dengan intra-rater. Kemudian peneliti juga melakukan pengecekan data dengan cara berdiskusi bersama teman sejawat, hal
tersebut dapat membantu peneliti dalam memperoleh keakuratan data, apakah data yang ditemukan terdapat suatu pelanggaran prinsip kerjasama atau tidak. Lebih
lanjut, peneliti menggunakan expert judgment, dalam hal ini adalah dosen
pembimbing yang memiliki konsentrasi dalam bidang linguistik.
53
BAB IV PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM FILM ANIMASI
UN MONSTRÉ À PARIS KARYA BIBO BERGERON
Hasil penelitian ini berupa deskripsi pelanggaran prinsip kerjasama dalam film animasi Un Monstre À Paris karya Bibo Bergeron yang selanjutnya film ini
disingkat menjadi UMÀP. Dalam film animasi UMÀP terdapat empat jenis pelanggaran terhadap prinsip kerjasama, yaitu 1 pelanggaran maksim kuantitas, 2
pelanggaran maksim kualitas, 3 pelanggaran maksim hubungan dan 4 pelanggaran maksim cara. Dalam penelitian ini, pelanggaran terhadap maksim kualitas merupakan
suatu pelanggaran yang jarang ditemukan dalam film animasi UMÀP ini. Hal tersebut menandakan bahwa para tokoh dalam film animasi UMÀP menghindari mengatakan
sesuatu yang belum jelas akan kebenarannya. Sebaliknya, pelanggaran terhadap maksim kuantitas merupakan pelanggaran
yang sering muncul dalam film animasi UMÀP. Hal tersebut dikarenakan para peserta tutur memberikan kontribusi yang lebih informatif dari yang diperlukan.
Namun, para tokoh tersebut mempunyai maksud yang implisit dalam mengutarakan tuturannya. Hal ini juga menandakan bahwa dalam berinteraksi, sebagian besar para
tokoh dalam film animasi UMÀP tidak selalu berusaha agar tuturannya relevan dengan konteks, jelas, singkat dan mudah dipahami. Pemahaman terhadap maksud
implisit yang terdapat dalam setiap pelanggaran prinsip kerjasama yang dilakukan oleh para tokoh film animasi UMÀP dilakukan menggunakan implikatur percakapan
non-konvensional, yaitu dengan memahami tuturan yang disampaikan berdasarkan konteksnya.
Adapun maksud dari pelanggaran prinsip kerjasama dalam film animasi UMÀP karya Bibo Bergeron ini yaitu : 1 menyatakan rasa takut, 2 memperjelas
informasi, 3 membanggakan sesuatu, 4 mengalihkan pembicaraan, 5 menutupi suatu hal, 6 menyatakan rasa marah, 7 mencari tahu suatu informasi, 8 memuji, 9
mengejek, 10, menyatakan keraguan 11 menyatakan kepercayaan diri, 12 menolak permintaan, 13 menyatakan perintah dan 14 menciptakan implikatur lain.
Berdasarkan maksud dari pelanggaran prinsip kerjasama dalam film animasi UMÀP karya Bibo Bergeron, memperjelas informasi merupakan implikatur yang
banyak dilakukan oleh para tokoh dalam film tersebut, hal ini menandakan bahwa baik penutur maupun mitra tutur dalam film animasi UMÀP berusaha menuturkan
sesuatu secara jelas berdasarkan bukti yang ada dan diyakini akan kebenarannya, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran. Namun tidak dipungkiri apabila
dalam suatu tuturan, para tokoh dalam film animasi UMÀP karya Bibo Bergeron ini memberikan informasi secara berlebihan dan berbicara tidak secara langsung atau
terkesan berbelit-belit serta ambigu, karena hal tersebut merupakan suatu penguat dari tuturan sebelumnya. Selanjutnya untuk mempermudah dalam memahami data
tersebut di atas, berikut merupakan pemaparannya.