Maksim Hubungan Prinsip Kerjasama
Kalimat nomor 12 tersebut terjadi dalam suatu wawancara pekerjaan S antara A pewawancara dan B pelamar P, dalam contoh 12 tersebut tuturan A
bertujuan mengetahui nama B E, dan dalam tuturan tersebut berisi mengenai A sebagai pewawancara penutur dan B sebagai pelamar mitra tutur hanya
menanyakan nama saja melalui “siapa namamu?” A, tuturan yang disampaikan secara lisan tersebut I berbentuk dialog G, dengan intonasi yang meninggi di akhir
kalimat tanya K, dalam tuturan 12 tidak mematuhi norma bertutur, dengan menjawab tidak sesuai dengan porsi yang dibutuhkan penutur N. Dengan demikian
respon B melalui “Ani, rumah saya di Klaten, tepatnya di Pedan. Saya belum bekerja. Sekarang saya masaih mencari pekerjaan. Saya anak bungu dari lima bersaudara.
Saya pernah kuliah di UGM, tetapi karena tidak ada biaya, saya berhenti kuliah”, tidak kooperatif karena jawaban yang diberikan tidak memadai dari apa yang
dibutuhkan oleh A. Berdasarkan hal tersebut B melanggar maksim kuantitas. Perhatikan contoh lainnya.
13 Le garçon : Le café, c’est pour qui ?
Kopi ini untuk siapa ? Patrick
: Pour lui. Le Coca pour elle, le Perrier pour mademoiselle et la glace pour moi.
Untuk dia, Coca untuknya, Perrier untuk nona dan es untukku.
Girardet, 2002 : 40
Patrick dan teman-temannya pada dialog nomer 13 sedang berkumpul di sebuah kafe S, tuturan tersebut terjadi antara Le garçon dan Patrick P, tuturan
tersebut bertujuan untuk mencari tahu suatu informasi E, dan isi dari tuturan 13
tersebut yaitu menanyakan pesanan kopi untuk siapa A. Terdapat intonasi yang meninggi pada akhir kalimat tanya digunakan dalam tuturan tersebut K, dalam
contoh 13 di sampaikan secara lisan I dalam bentuk dialog G. Dalam tuturan 13 tidak mematuhi norma bertutur, karena pada saat Le garçon datang dengan
membawakan pesanan Patrick, dia tidak meminta maaf terlebih dahulu karena telah menyela pembicaraan mereka N. Dalam percakapan 13 terdapat suatu pelanggaran
terhadap maksim kuantitas, hal tersebut dapat dilihat melalui respon Patrick dalam
« Pour lui. Le Coca pour elle, le Perrier pour mademoiselle et la glace pour moi »
Patrick tidak kooperatif dengan memberikan respon berlebih-lebihan dan tidak sesuai dengan porsi yang diinginkan oleh pelayan, melalui tuturan tersebut Patrick dapat
memberikan respon sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pelayan melalui « Pour Lui » sambil menunjuk temannya yang memesan kopi, akan tetapi hal tersebut tidak
dilakukan oleh Patrick, melalui respon Patrick dalam. Berdasarkan hal tersebut, Patrick melakukan pelanggaran terhadap maksim kuantitas.
2.
Pelanggaran Maksim Kualitas
Dalam suatu tuturan apabila peserta tutur tidak mengatakan hal yang sebenarnya, dapat dikatakan bahwa peserta tutur tersebut melakukan pelanggaran
terhadap maksim kualitas. Menurut Grice www.ucl.ac.uklsstudypacksGrice- Logic.pdf “1 Do not say what you believe to be false, 2 do not say that for which
you lack adequate evidence” 1 tidak mengungkapkan sesuatu yang dirasa salah, 2 tidak mengungkapkan sesuatu apabila tidak ada bukti yang memadai.
Seperti halnya dengan Grice, Yule 2006: 64 mengungkapkan untuk membuat sesuatu informasi yang benar, 1 jangan mengatakan sesuatu yang anda
yakini salah dan 2 jangan mengatakan sesuatu jika anda tidak memiliki bukti yang memadai. Apabila peserta tutur sesuatu yang diyakini salah dan tanpa bukti-bukti
yang ada maka dapat dikatakan melanggar maksim kualitas. Berikut merupakan contoh pelanggaran maksim kualitas.
14 Guru : Coba kamu Andi, apa ibu kota Bali ? Andi : Surabaya, Pak guru.
Guru : Bagus, kalau begitu ibu kota Jawa Timur Denpasar, ya ? Wijana, 2009: 47
Dalam wacana 14 terjadi percakapan antara Guru dan Andi P dalam suatu ruangan kelas S, Tuturan tersebut bertujuan memberikan evaluasi mengenai ibu
kota E, da nisi dari tutura 14 tersebut adalah seorang guru yang menanyakan ibu kota Bali kepada Andi A, tuturan yang disampaikan secara lisan I ke dalam bentuk
dialog G tersebut menggunakan intonasi yang meninggi di akhir kalimat tanya K. Dalam tuturan tersebut tidak mematuhi norma bertutur, dengan mengatakan tidak
sesuai dengan fakta yang ada N. Dalam wacana 14 tampak guru memberikan kontribusi yang melanggar maksim kualitas, dengan mengatakan sesuatu yang tidak
diyakini benar dan tidak sesuai dengan bukti yang ada. Dalam tuturan di atas, Guru mengatakan ibu kota Jawa Timur adalah Denpasar bukannya Surabaya. Jawaban
tersebut tidak mengidahkan maksim kualitas. Berdasarkan hal tersebut, terdapat pelanggaran terhadap maksim kualitas dalam tuturan 14.