Maksim Cara Prinsip Kerjasama
Seperti halnya dengan Grice, Yule 2006: 64 mengungkapkan untuk membuat sesuatu informasi yang benar, 1 jangan mengatakan sesuatu yang anda
yakini salah dan 2 jangan mengatakan sesuatu jika anda tidak memiliki bukti yang memadai. Apabila peserta tutur sesuatu yang diyakini salah dan tanpa bukti-bukti
yang ada maka dapat dikatakan melanggar maksim kualitas. Berikut merupakan contoh pelanggaran maksim kualitas.
14 Guru : Coba kamu Andi, apa ibu kota Bali ? Andi : Surabaya, Pak guru.
Guru : Bagus, kalau begitu ibu kota Jawa Timur Denpasar, ya ? Wijana, 2009: 47
Dalam wacana 14 terjadi percakapan antara Guru dan Andi P dalam suatu ruangan kelas S, Tuturan tersebut bertujuan memberikan evaluasi mengenai ibu
kota E, da nisi dari tutura 14 tersebut adalah seorang guru yang menanyakan ibu kota Bali kepada Andi A, tuturan yang disampaikan secara lisan I ke dalam bentuk
dialog G tersebut menggunakan intonasi yang meninggi di akhir kalimat tanya K. Dalam tuturan tersebut tidak mematuhi norma bertutur, dengan mengatakan tidak
sesuai dengan fakta yang ada N. Dalam wacana 14 tampak guru memberikan kontribusi yang melanggar maksim kualitas, dengan mengatakan sesuatu yang tidak
diyakini benar dan tidak sesuai dengan bukti yang ada. Dalam tuturan di atas, Guru mengatakan ibu kota Jawa Timur adalah Denpasar bukannya Surabaya. Jawaban
tersebut tidak mengidahkan maksim kualitas. Berdasarkan hal tersebut, terdapat pelanggaran terhadap maksim kualitas dalam tuturan 14.
apa-apaan aku ? dengan gadis itu ? bagaimana kamu bisa mengatakan omong kosong seperti itu
UMÀP, 2011: 00:42:06-00:42:17
Dialog nomer 15 di atas, terjadi di « L’ouiseau Rare », tepatnya di sebuah meja di lantai atas, dari meja tersebut Raoul dan Émile dapat melihat ke arah
panggung secara jelas S. Émile merupakan penutur sedangkan Raoul berperan sebagai mitra tutur P. Tuturan Émile bertujuan menyatakan syarat kepada Raoul
agar mengembalikan surat miliknya yang dibuatnya khusus untuk Maud E. Tuturan ini berisi mengenai Émile yang menggertak Raoul agar segera mengembalikan surat
yang dibuatnya untuk Maud, apabila tidak, Émile akan memberitahukan kepada semua orang bahwa Raoul menyukai Lucille A. Namun dilihat dari respon Raoul,
dia mengatakan sesuatu tidak berdasarkan bukti yang ada karena Émile mengetahui bahwa Raoul benar-benar menyukai Lucille.
Tuturan 15 ini disampaikan dengan intonasi meninggi dan dengan nada yang menunjukkan rasa marah, hal tersebut ditandai dengan penggunaan tanda seru K.
Tuturan ini diungkapkan secara lisan I dan dialog merupakan bentuk penyampaian tuturan tersebut G. Dalam tuturan tersebut terdapat pelanggaran terhadap norma
15 Émile : Raoul, rends-la-moi ou je dis a tout le monde que tu es amoureux de Lucille
Raoul, kembalikan itu padaku atau aku akan mengatakan pada semua orang bahwa kamu menyukai Lucille
Raoul : N’importe quoi Moi? Avec cette fille ? comment tu peux dire une ânerie pareille
bertutur, dikarenakan penggunaan nada bicara penutur yang menggungkapkan rasa marah serta kesal kepada mitra tutur N. Berdasarkan hal tersebut Raoul melanggar
maksim kualitas karena tidak mengutarakan hal dengan sebenar-benarnya.
3. Pelanggaran Maksim Hubungan
Grice mengharapkan kontribusi teman kerja saya sesuai dengan apa yang saya butuhkan pada setiap tahapan transaksi; jika saya mencampurkan bahan-bahan
adonan kue, saya tidak mengharapkan diberikan buku yang bagus, atau kain oven walaupun benda yang terakhir ini saya butuhkan pada tahapan berikutnya.
“I expect a partner’s contribution to be appropriate to immediate needs at each stage of the transaction; if I am mizing ingredients for a cake, I do not
expect to be handed a good book, or even an oven cloth though this might be an appropriate contribution at a later stage”
www.ucl.ac.uklsstudypacksGrice-Logic.pdf. Para penutur dan lawan tutur harus memiliki kesamaan persepsi dalam
komunikasi Rohmadi, 2004: 8. Selanjutnya Rahardi 2005: 56 mengungkapkan bahwa bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang relevan dianggap tidak
mematuhi dan melanggar prisnip kerjasama. Hal tersebut dimaksudkan agar peserta tutur mempunyai satu penafsiran yang sama atau relevan dengan konteks
pembicaraan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut. 16 Ibu
: Ani, ada telepon untuk kamu. Ani
: Saya lagi di belakang, Bu. Wijana, 2009: 48
Tuturan 16 tersebut terjadi antara Ibu dan Ani P di suatu ruangan di dalam rumah S, tuturan tersebut bertujuan memberitahukan bahwa Ani mendapatkan