Kerangka Konsepsional Kerangka Teoretis dan Kerangka Konsepsional 1. Kerangka Teoretis

dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. 68 Kepentingan atau kebutuhan masyarakat yang terkena dampak tsunami di Provinsi Aceh adalah perlindungan terhadap kepemilikan tanahnya yang diwujudkan dengan pemberian sertipikat hak atas tanah oleh Pemerintah untuk melindungi pemilik atau ahli waris yang sebenarnya dari pihak-pihak yang tidak berhak.

2. Kerangka Konsepsional

69 Kerangka konsepsional 70 penting dirumuskan agar tidak tersesat ke pemahaman lain, di luar maksud penulis. Konsepsional ini merupakan “alat yang dipakai oleh hukum di samping yang lain-lain, seperti asas dan standar”. Oleh karena itu, kebutuhan untuk membentuk konsepsional merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan penting dalam hukum. Konsepsional adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analisis. 71 68 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 53. Dalam konsepsional diungkapkan beberapa 69 Konsepsional berarti berdasarkan konsepsi, pikiran dan cita-cita. Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Cetakan Ketujuh, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, hal. 520. 70 Kerangka konsepsional biasanya sekaligus merumuskan definisi-definisi tertentu yang dapat dijadikan pedoman operasional di dalam pengumpulan, pengolahan, analisa, dan konstruksi data. Lihat Soerjono Soekanto, 1986, Op.Cit, hal. 137. 71 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 1996 dan Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 48-49. Dalam bahasa Latin, kata conceptus di dalam bahasa Belanda: begrip atau pengertian merupakan hal yang dimengerti. Pengertian bukanlah merupakan “definisi” yang di dalam bahasa Latin adalah definition. Definisi tersebut berarti perumusan di dalam bahasa Belanda: onschrijving yang pada hakikatnya merupakan suatu bentuk ungkapan pengertian di samping aneka bentuk lain yang dikenal di dalam epistemologi atau teori ilmu pengetahuan. Konsep berbeda dengan teori, di mana teori biasanya terdiri dari pernyataan yang menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau Universitas Sumatera Utara konsepsional atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum. 72 Selanjutnya konsepsional atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Kalau masalah dan kerangka teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan suatu konsepsional sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu. Maka konsepsional merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsepsional menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan empiris. 73 Menjawab permasalahan dalam penelitian disertasi ini perlu didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi atau pandangan agar secara operasional dapat dibatasi ruang lingkup dari variabel dan dapat diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Beberapa definisi secara konsepsional dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: a. Rekonstruksi pertanahan adalah penataan dan penentuan kembali fisikobyek dan subyek tanah terhadap tanah pertanian dan perumahan melalui penerbitan sertipikat hak atas tanah. lebih. Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III, Yogyakarta: Roke Sarasni, 1996, hal. 22-23, 58-59. 72 Soerjono Soekanto, 1986, Op.Cit, hal. 21. Pada hakikatnya, konsepsional merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis tinjauan pustaka yang sering kali masih bersifat abstrak. Namun demikian, suatu kerangka konsepsional belaka kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak, sehingga diperlukan definisi-definisi operasional yang akan menjadi pegangan konkrit di dalam proses penelitian, lihat Satjipto Rahardjo, 1996, Op.Cit, hal. 30 dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 48. 73 Koentjaraningrat, Op.Cit, hal. 21. Universitas Sumatera Utara b. Rekonstruksi fisikobyek pertanahan adalah penentuan kembali batas bidang- bidang tanah yang telah rusakhilang. c. Rekonstruksi yuridis pertanahan adalah sebagai upaya Pemerintah dalam rangka menemukan kembali pemilik-pemilik tanah, guna dihubungkan dengan pemilikan tanahnya secara fisik dan administrasi yang terputus sebagai akibat bencana tsunami. d. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep di mana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. e. Bencana adalah gangguan serius terhadap masyarakat yang menyebabkan kerugian, baik terhadap manusia, material maupun lingkungan yang melebihi kemampuan masyarakat untuk menanganinya dengan sumberdaya sendiri. f. Kondisi darurat adalah suatu situasi yang luar biasa di mana terjadi ancaman yang serius terhadap kehidudpanan manusia sebagai akibat dari bencana. g. Tsunami adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan manusiamasyarakat akibat gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-macam gangguan di dasar samudera. Universitas Sumatera Utara h. Ketersediaan hukum adalah kesiapan dari peraturan perundang-undangan terutama dibidang pertanahan untuk digunakan atau dioperasikan dalam rangka menyelesaikan rekonstruksi pertanahan pasca tsunami di Provinsi Aceh. i. Peran Badan Pertanahan Nasional adalah kesiapan Badan Pertanahan Nasional meliputi sumber daya manusia baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka rekonstruksi pertanahan. j. Partisipasi masyarakat adalah suatu proses yang melibatkan masyarakat, yaitu proses komunikasi dua arah yang terus menerus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat secara penuh dalam rangka mendukung kegiatan rekonstruksi pertanahan yang bertujuan mengembalikan hak atas tanah kepada pemiliknya pasca tsunami di Provinsi Aceh.

F. Metode