Melakukan Rekonstruksi Dokumen Pertanahan

dilakukan. Sejumlah wilayah telah menjadi areal genangan air dan laut pantai ditambah lagi dengan hilangnya dokumen bukti kepemilikan. Semuanya itu mengakibatkan timbulnya kecemasan kalangan masyarakat akan status kepemilikan tanahnya. Peranan BPN dalam melakukan rekonstruksi pertanahan pasca tsunami di Provinsi Aceh dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Melakukan Rekonstruksi Dokumen Pertanahan

275 Peristiwa tsunami telah mengakibatkan hilangrusaknya aset negara seperti arsipdokumen vital milik negara. Arsipdokumen vital negara adalah arsipdokumen yang diperlukan untuk kelangsungan operasional organisasi pemerintah dalam kegiatan berbangsa dan bernegara, seperti sertipikat tanah, bukti-bukti kepemilikan, bukti-bukti alas hak dan warkah-warkah lainnya. BPN sejak hari pertama pasca gempa dan tsunami telah menempuh upaya antisipasi terhadap permasalahan yang timbul di bidang pertanahan pasca bencana. Bahkan di tengah-tengah kesibukan upaya evakuasi jenazah, aparatur BPN dari Kantor Pusat dan Provinsi sekitar Aceh telah diterjunkan untuk memberikan bantuan kemanusiaan sekaligus melakukan penyelamatan kantor dan upaya pemulihan 275 Dokumen-dokumen pertanahan menurut PP No. 24 Tahun 1997, yaitu: a. Daftar tanah, adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang tanah dengan suatu sistem penomoran. b. Surat ukur, adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian. c. Daftar nama, adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat keterangan mengenai penguasaan fisik dengan suatu hak atas tanah, atau hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak milik atas satuan rumah susun oleh orang perseorangan atau badan hukum tertentu. d. Buku tanah, adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya. Universitas Sumatera Utara kegiatan pengelolaan dan pelayanan pertanahan. Upaya penyelamatan terutama dilakukan terhadap dokumen-dokumen bukti kepemilikan tanah yang ada pada Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh dan Kanwil BPN Provinsi Aceh. Dokumen pertanahan merupakan benteng terakhir terhadap perlindungan dan penjaminan hak- hak keperdataan masyarakat atas tanah. Upaya ini telah berhasil menyelamatkan sekitar 95 buku tanah dan 90 warkah di Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh dan 85 Dokumen Surat Keputusan Hak Tanah di Kanwil BPN Provinsi Aceh. 276 Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Kanwil BPN Provinsi Aceh, mengatakan bahwa: 277 “Penanganan dokumen pertanahan yang berasal dari Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh dan Kanwil BPN Provinsi Aceh yang terkena tsunami telah dilaksanakan dengan memobilisasi dari Aceh ke Jakarta untuk dilakukan stabilisasipenyimpanan dengan cold storage, pengeringan vacuum freeze dry chamber, lalu setelah itu didemobilisasi dari Jakarta ke Aceh kembali dengan bantuan ANRI dan JICA”. 276 Anonimus, Gambaran Umum Administrasi Pertanahan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Pasca Tsunami, hal. 1-2. Hasanudin Z. Abidin, “Rekonstruksi Batas Persil Tanah di Aceh Pasca Tsunami: Beberapa Aspek dan Permasalahannya”, Insfrastruktur dan Lingkungan Binaan Vol. 1, No. 2 Desember 2005, hal. 1. Ada beberapa dampak bencana yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. bencana gempa bumi dan tsunami ini telah menghancurkan dan menghilangkan batas-batas persil tanah maupun objek-objek lain yang dapat digunakan sebagai acuan keberadaan persil- persil tanah; 2. tenggelamnya sejumlah persil tanah di pinggiran pantai akibat melimpahnya air laut ke daratan dan adanya penurunan tanah akibat gempa; 3. terjadinya pergeseran pada permukaan bumi di wilayah Aceh baik arah horisontal maupun pertikal. Dari hasil survei GPS yang dilakukan oleh ITB dan Nagoya University terlihat bahwa gempa telah menyebabkan pergeseran posisi titik-titik di wilayah Aceh sekitar 1-3 m ke arah barat daya. Dalam arah vertikal juga terlihat penurunan tanah sebesar 2-3 dm yang terjadi di pantai sebelah Utara Banda Aceh dan pantai sebelah Barat Aceh dan kenaikan permukaan tanah sekitar 4-8 cm di pantai sebelah Timur Aceh; 4. hilangnya surat-surat bukti hak atas tanah baik yang disimpan di rumah, yang berada di kantor-kantor BPN setempat maupun yang disimpan di Bank sebagai agunan; 5. meninggalnya para pemilik persil tanah maupun ahli warisnya akibat bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh. Ibid, hal. 2. 277 Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Aceh, tanggal 4 November 2013, pukul 10.00 WIB. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh BPN dalam rangka rekonstruksi dokumen pertanahan, antara lain: 1. evakuasi dokumen pertanahan; 2. pemilahan, pencatatan dan pembersihan kotoranlumpur; 3. perendaman dokumen dengan menggunakan Ethanol; 4. packing, labelling dan segel dokumen; 5. pengangkutan dokumen dari Kanwil BPN Provinsi Aceh ke Bandara; 6. penerbangan dokumen dari Banda Aceh ke Jakarta; 7. pengangkutan dokumen dari Bandara ke Tanjung Priok; 8. freezer; 9. pengangkutan dokumen dari Tanjung Priok ke ANRI; 10. dry chamber; 11. pengangkutan dokumen dari ANRI ke Bandara; 12. penerbangan dokumen dari Jakarta ke Banda Aceh; 13. pengangkutan dokumen dari Bandara ke Kanwil BPN Provinsi Aceh; 14. pembukaan packing; 15. scanning pemindaian; 16. database; 17. rekontruksi phisik dan yuridis; 18. penataan Arsip. Proses penyelamatan dokumen pertanahan, dapat dilihat pada skema di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar III.1. Skema Proses Penyelamatan Dokumen Pertanahan Sumber: Badan Pertanahan Nasional, Proposal Penanganan Pasca Gempa Bumi dan Tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara Bidang Pertanahan, Banda Aceh: Badan Pertanahan Nasional, 2005. Universitas Sumatera Utara Skema di atas, dapat diuraikan sebagai berikut: Evakuasi dokumen pertanahan dilakukan dengan cara mencari, mengumpulkan dokumen pertanahan yang masih tersisa di sisa-sisa bangunan Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh. Selanjutnya dibawa ke posko sementara Kanwil BPN Provinsi Aceh. Dokumen-dokumen tersebut, kemudian dipilah-pilah, dilakukan pencatatan sesuai klasifikasi jenis dokumen dan dibersihkan dari kotoran lumpur serta dilakukan perendaman menggunakan Ethanol. Setelah dokumen-dokumen tersebut dilakukan pemakingan, labelling dan penyegelan kemudian dibawa ke Bandara Sultan Iskandar Muda dalam rangka pengiriman ke Jakarta melalui pesawat Hercules milik TNI AU. Selanjutnya dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta, dokumen-dokumen tersebut dibawa ke Tanjung Priok dalam rangka pelaksanaan freezer. Setelah dilakukan freezer, dokumen selanjutnya dibawa ke ANRI untuk dilakukan dry chamber. Pelaksanaan dry chamber dilaksanakan oleh ANRI secara bertahap sesuai dengan ketersediaan peralatannya dan prosesnya membutuhkan waktu beberapa bulan. Dokumen yang telah dry chamber secara bertahap dikembalikan ke Kanwil BPN Provinsi Aceh. Dokumen yang telah dikembalikan ke Kanwil BPN Provinsi Aceh dan Kantah Kota Banda Aceh selanjutnya discanning dan dimasukkan dalam data base. Dokumen yang telah diselamatkan tersebut selanjutnya disimpan dalam arsip untuk dipergunakan dalam rangka rekonstruksi pertanahan baik fisik dan yuridis. Kegiatan-kegiatan penyelamatan dokumen pertanahan mulai dari evakuasi sampai dengan pengarsipan dilaksanakan oleh internal BPN bekerjasama dengan JICA, ANRI dan TNI AU. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan ketentuan UU Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan bahwa Lembaga-lembaga Negara dan Badan-badan Pemerintah Pusat maupun daerah wajib mengatur, menyimpan, memelihara dan menyelamatkan arsipnya. Kegiatan penyelamatan dan pelestarian arsip atau dokumen dimaksud adalah untuk menjamin kelancaran kegiatan operasional pemerintah, pembangunan, dan sebagai upaya pelestarian bagi arsip yang bernilai pertanggungjawaban nasional, yang akan menjadi memori kolektif bangsa, yang pada gilirannya akan diakses oleh masyarakat demi kemaslahatannya. Bencana gempa dan tsunami di Provinsi Aceh, perlu diambil hikmahnya dan dijadikan pembelajaran bagi instansi-instansi Pemerintah dalam melakukan penanggulangan bencana alam secara menyeluruh. Bencana alam tersebut juga perlu dijadikan momentum untuk memperbaiki kinerja instansi, khususnya dalam menghadapi keadaan darurat. Oleh karena itu, diperlukan sinergi dari berbagai instansi Pemerintah, untuk melakukan penyelamatan arsipdokumen negara bagi kelangsungan kehidupan pemerintahan dan pembangunan khususnya di Provinsi Aceh, masa kini dan yang akan datang. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil BPN Provinsi Aceh Mantan Project Manager RALAS Tahun 2006, yang mengatakan: 278 “Dokumen pertanahan yang telah diselamatkan tersebut sangat bermanfaat dalam rangka rekonstruksi fisik dan yuridis pasca tsunami di Provinsi Aceh, terutama Kantor Pertnahan Kota Banda Aceh beserta dengan Tim Ajudikasi di wilayah kerja Kota Banda Aceh . Namun disayangkan, pada awal pelaksanaan rekonstruksi dokumen-dokumen tersebut belum dapat dipergunakan secara keseluruhan karena penyelesaian di Jakarta dilakukan secara bertahap”. 278 Hasil Wawancara dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil BPN Provinsi Aceh Mantan Project Manager RALAS tahun 2006, hari Senin, 25 Nopember 2013, pukul 11.00 WIB. Universitas Sumatera Utara

2. Pelaksanaan