Penyelesaian Pendaftaran Tanah Pasca Kegiatan RALAS

2 pembanguna n data base ajudikasi 2005 sejumlah 31.692 bidang tanah; 3 penataan batas; 4 pelayanan sosialisasi dan informasi RALAS Tahun 2005. c. memaksimal kan penyuluhansosialisasi baik langsung maupun media massa, termasuk koordinasi dengan aparat terkait seperti aparat desa, Mahkamah Syariah, Baitul Mal, dan sebagainya; d. melakukan graphical index mapping GIM agar dapat dicegah terjadinya penerbitan sertipikat ganda; e. penyediaan dana yang memadai. iii. Kegiatan Ajudikasi Tahun 2006 - 2008 a. untuk mengatasi masalah ketidakberadaan warga di lokasi ajudikasi, Tim Ajudikasi bersama dengan Keuchik dan pemilik tanah yang ada menetapkan tanda batas sementara bagi pemilik tanah yang tidak berada di tempat; b. meningkatkan sosialisasi dengan pihak gampong dan pihak-pihak lainnya dalam rangka memaksimalkan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat; c. melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah, agar Pemda lebih intensif dalam memantau kinerja LSMNGO yang ada, khususnya LSMNGO yang melakukan pengukuran yang menjadi objek kegiatan RALAS; d. penambahan form seperti Daftar isian 201 D.I.201 yang ada pada peraturan pendaftaran tanah sebelumnya, yakni dalam PP No. 24 Tahun 1997, untuk menjamin kepastian hak dari pemilik tanah yang sebenarnya; 318 e. pembenahan aplikasi komputer bagi Tim Ajudikasi, sehingga tidak perlu menginstal aplikasi secara berulang-ulang.

b. Penyelesaian Pendaftaran Tanah Pasca Kegiatan RALAS

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bidang-bidang tanah di lokasi tsunami yang belum diterbitkan sertipikatnya oleh Tim Ajudikasi. Sesuai dengan target kegiatan RALAS sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Kepala BPN No. 318 Sesuai dengan pendapat dari Konsultan World Bank. Universitas Sumatera Utara 114-II2005, sebanyak 600.000 enam ratus ribu bidang tanah ternyata realisasinya hanya mencapai 231.316 dua ratus tiga puluh satu ribu tiga ratus enam belas bidang tanah. 319 Berdasarkan wawancana dengan Kepala Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh Mantan Project Manager RALAS tahun 2008, mengatakan: Dengan demikian, jumlah bidang tanah yang belum mencapai target sejumlah 368.684 tiga ratus enam puluh delapan ribu enam ratus delapan puluh empat bidang tanah. 320 “Bidang-bidang tanah di lokasi tsunami yang belum diselesaikan melalui kegiatan RALAS berdasarkan petunjuk dari BPN Pusat akan dilaksanakan melalui pensertipikatan tanah kegiatan PRONA Proyek Nasional Agraria”. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Salamuddin, Keuchik Gampong Pulot Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar, mengatakan: 321 “Di Gampong Pulot, masih terdapat tanah-tanah warga masyarakat korban tsunami yang belum dibuat sertipikat oleh BPN melalui kegiatan ajudikasi RALAS. Terhadap tanah-tanah warga tersebut sedang dibuat sertipikat oleh BPN, tanpa memungut biaya. Disayangkan tidak semua bidang-bidang tanah tersebut disertipikatkan. Menurut informasi dari petugas BPN pada saat pengukuran, yang belum disertipikatkan saat ini akan diselesaikan secara bertahap”. Berdasarkan hasil penelitian di Gampong Pulot, juga ditemukan bidang- bidang tanah lokasi yang terkena tsunami belum disertipikatkan. Beberapa responden mengharapkan Pemerintah dalam hal ini BPN untuk mensertipikatkan tanah-tanah mereka. Berdasarkan wawancara dengan Keuchik Gampong Pulot lebih kurang 20 319 Lihat Data Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Permasalahan Pertanahan di Provinsi Aceh, Banda Aceh, 10 Mei 2013. 320 Hasil Wawancara dengan Kepala Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh Mantan Project Manager RALAS tahun 2008 di Banda Aceh, hari Selasa, 19 November 2013, pukul 14.00 WIB. 321 Hasil Wawancara dengan Bapak Salamuddin, Keuchik Gampong Pulot Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar, di Pulot, hari Minggu, tanggal 8 Juni 2014, pukul 15.00 WIB. Universitas Sumatera Utara dua puluh bidang tanah belum disertipikatkan oleh Tim Ajudikasi pada saat pelaksanaan kegiatan RALAS. 322 Salah satu tujuan pendaftaran tanah sebagaimana disebutkan dalam PP No. 24 Tahun 1997 adalah untuk mengumpulkan dan menyajikan informasi mengenai bidang tanah. Dengan demikian, informasi yang terdapat dalam sertipikat hak atas tanah harus menjamin kebenaran data fisik dan data yuridisnya. Kebenaran data fisik meliputi kebenaran letak, batas dan luas bidang tanah, termasuk mengenai bangunan yang ada di atas tanahnya. Kebenaran data yuridis adalah kebenaran dan kejelasan status hukum bidang tanah antara lain meliputi jenis hak dan kebenaran pemegang hak atas tanah yang tercantum dalam sertipikat. Berdasarkan hasil penelitian sertipikat hak atas tanah yang diterbitkan oleh Tim Ajudikasi RALAS terdapat beberapa permasalahan yang sampaikan oleh pemegang hak atas tanah berkaitan dengan keterangan data fisikobyek hak yang tercantum dalam sertipikat hak atas tanah, sedangkan permasalahan terhadap kesalahan subyek hak hingga saat penelitian dilakukan tidak ada yang dilaporkan oleh masyarakat baik kepada Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh maupun Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh mantan Project Manager RALAS tahun 2008, mengatakan: 323 “Terdapat permasalahan yang disampaikan oleh masyarakat pemilik tanah terhadap kebenaran data yang tercantum dalam sertipikat hak atas tanah hasil kegiatan pendaftaran tanah di lokasi tsunami yang diterbitkan oleh Tim 322 Ibid. 323 Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh Mantan Project Manager RALAS tahun 2008 di Banda Aceh, hari Selasa, 19 November 2013, pukul 14.00 WIB. Universitas Sumatera Utara Ajudikasi RALAS. Permasalahan tersebut antara lain meliputi pengaduan dan keberatan terhadap perbedaan luas, perbedaan letak tanah yang tidak sesuai dengan keadaan fisik di lapangan dan perbedaan bentuk tanah”. Permasalahan sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh tersebut di atas juga terdapat di wilayah kerja Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Besar, di mana pemegang sertipikat hak atas tanah korban tsunami dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar yang diterbitkan oleh Tim Ajudikasi RALAS terdapat pengaduan dan keberatan dari masyarakat yang disampaikan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Besar yaitu berkaitan dengan permasalahan beda luas yang tercantum dalam sertipikat dengan kenyataan fisik di lapangan dan juga permasalahan perbedaan bentuk dan letak tanahnya. 324 Berdasarkan data dari Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh dan Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Besar, permasalahan data fisik yang tidak sesuai antara sertipikat hak atas tanah dengan kondisi di lapangan diajukan oleh pemegang hak atas tanah pada saat kegiatan RALAS telah berakhir. Permasalahan perbedaan luas, perbedaan letak tanah yang tidak sesuai dengan keadaan fisik di lapangan dan perbedaan bentuk tanah diselesaikan oleh Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota yang bersangkutan. Berdasarkan hasil penelitian, baik Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh maupun Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Besar menyelesaikan permasalahan yang diajukan oleh masyarakat tersebut dengan cara memperbaiki pada buku tanah, 324 Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Besar di Jantho, hari Rabu, 20 November 2013, pukul 11.00 WIB. Universitas Sumatera Utara Surat ukur dan sertipikat hak atas tanah. Perbaikan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan dilaksanakan melalui proses pengembalian batas oleh petugas Kantor Pertanahan yang hadiri oleh pemilik tanah, Keuchik, Kepala Lorong dan para pihak yang berbatasan. Para pihak yang berbatasan sangat diperlukan kehadirannya dan persetujuannya dituangkan dalam berita acara pengembalian batas yang ikut ditandatangani oleh petugas ukur, Keuchik dan Kepala Lorong. Keputusan Kepala BPN Nomor 114II2005 sebagai petunjuk teknis dan operasional dalam pendaftaran tanah melalui kegiatan RALAS di lokasi Tsunami di Provinsi Aceh tidak menyebutkan secara rinci tentang penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan perbedaan luas, perbedaan letak tanah yang tidak sesuai dengan keadaan fisik di lapangan dan perbedaan bentuk tanah terutama apabila permasalahan tersebut diajukan setelah kegiatan RALAS berakhir. Keputusan Kepala BPN Nomor 114II2005, hanya memberikan petunjuk terhadap penyelesaian permasalahan yang terjadi pada saat tahapan kesepakatan warga, pengukuran dan pengumuman data fisik dan yuridis. Berdasarkan analisis, penyelesaian perbedaan luas, perbedaan letak tanah yang tidak sesuai dengan keadaan fisik di lapangan dan perbedaan bentuk tanah yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar telah sesuai dengan PP No. 24 Tahun 1997 dan Peraturan MNAKepala BPN Nomor 3 Tahun 1997. Pasal 41 ayat 3 Peraturan MNAKepala BPN No. 3 Tahun 1997 menyebutkan; apabila dalam pengukuran untuk pembuatan peta dasar pendaftaran, peta pendaftaran dan gambar ukur terdapat kesalahan teknis data ukuran, maka Universitas Sumatera Utara Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota yang bersangkutan dapat memperbaiki kesalahan tersebut. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN

REKONSTRUKSI PERTANAHAN PASCA TSUNAMI DI PROVINSI ACEH E. Ruang Lingkup Partisipasi Partisipasi adalah suatu kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang ikut serta dalam suatu kegiatan secara bersama, mengembangkan langkah-langkah kegiatan dan membentuk atau menguatkan kelembagaan lokal. Paul berpendapat bahwa dalam partisipasi harus mencakup kemampuan rakyat untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. 325 Arti partisipasi sering disangkutpautkan dengan banyak kepentingan dan agenda yang berbeda yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat dan pembuatan keputusan secara politis. 326 Dalam lain hal, partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban warga negara untuk memberikan konstribusinya kepada pencapaian tujuan kelompok. Sehingga mereka diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan dengan menyumbangkan inisiatif dan kreativitasnya. 327 Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, 325 Jim Ife, Community Development, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2006, hal. 294. 326 Ibid, hal. 295. 327 Finna Rizqinna, 2010, Partisipasi Masyarakat. www.lontar.ui.id, hal. 14. Universitas Sumatera Utara