WIB. ANRI mempunyai fungsi sebagai berikut:

b. Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI 266 ANRI merupakan lembaga kearsipan berbentuk lembaga pemerintah non kementerian yang melaksanakan tugas negara di bidang kearsipan yang berkedudukan di ibukota negara. 267 c. Pemerintah Aceh dan KabupatenKota. Berdasarkan kewenangannya ANRI berperan dalam rekonstruksi pertanahan di Provinsi Aceh antara lain: melakukan penyelamatan buku tanah dan surat keputusan hak, melalui teknologi tinggi yang penanganannya dilakukan di Jakarta, bekerjasama dengan BPN dan JICA. Pemerintah Aceh dan KabupatenKota memberikan bantuan antara lain: bantuan dana finansial, sarana dan prasarana kerjakantor seperti komputer, printer, plotter, alat ukur, meja, kursi dan kerja sama lainnya. 266 http:anri.go.idprofiltugas-pokok--fungsi.html diakses pada tanggal 25 Juni 2014, pukul

8.37 WIB. ANRI mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kearsipan; 2. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas lembaga; 3. fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kearsipan; 4. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, kehumasan, hukum, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga, persandian, dan kearsipan. Sedangkan kewenangan yang dimiliki ANRI adalah: 1. penyusunan rencana nasional secara makro di kearsipan; 2. penetapan dan penyelenggaraan kearsipan nasional untuk mendukung pembangunan secara makro; 3. penetapan sistem informasi di bidang kearsipan; 4. kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu: a. perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kearsipan; b. penyelamatan dan pelestarian arsip serta pemanfaatan naskah sumber arsip. 267 Lihat Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071. Universitas Sumatera Utara d. Majelis Permusyawaratan Ulama MPU Provinsi Aceh Peran MPU adalah dalam hal memberikan pandangannya berkaitan dengan perlindungan hak atas tanah, hak nasab bagi anak yatim, hak istri dan waris akibat gempa dan peristiwa tsunami di Provinsi Aceh. Pandangan MPU Provinsi Aceh tersebut tertuang dalam Surat Keputusan MPU NAD Nomor 3 Tahun 2005 yang kemudian dikuatkan dengan Qanun Provinsi Aceh dan UU No. 48 Tahun 2007. e. Mahkamah Syariah Peran Mahkamah Syariah Provinsi Aceh dan Mahkamah Syariah KabupatenKota termasuk Mahkamah Syariah Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar adalah dalam penetapan ahli waris korban tsunami. Penetapan ahli waris korban tsunami tersebut sangat penting bagi rekonstruksi pertanahan yaitu dalam rangka memastikan subyek hak atas tanah. 2. LembagaNegara Donor Lembaganegara donor yang terlibat membantu BPN dalam pelaksanaan rekonstruksi pertanahan di Provinsi Aceh, antara lain: World Bank, United States Agency for International Development Keterlibatan dan bantuan yang diberikan oleh lembagaNegara donor tersebut antara lain berupa bantuan dana financial, peralatan kantor, penyelamatan buku tanah dan surat keputusan hak, pemetaan desa untuk proses rekonstruksi tanah, USAID, Japan International Cooperation Agency JICA, United Nations Organization Rehabilitation Coordination UNORC, United Nations Development Programme UNDP. Universitas Sumatera Utara melakukan disemeninasi, penyuluhan dan workshop, mengikuti sidang Panitia Ajudikasi, sidang perwalian, dan menyaksikan penyerahan sertipikat. 3. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM atau Non Government Organization NGO LSM atau NGO yang terlibat membantu BPN dalam pelaksanaan rekonstruksi pertanahan di Provinsi Aceh, antara lain: German Technical Cooperation GTZ, Canadian Red Cross CRC, World Vision, McElhanney, CORDEX, Australia- Indonesia Partnership for Reconstruction and Development AIPRD - Local Governance and Infrastructure for Communities in Aceh LOGICA, Oxford Committe for Famine Relatief OXFAM, Yayasan CARITAS, SULOH Jaringan Informasi dan Pemberdayaan Rakyat, International Rescue Committee IRC, Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP, Radio Prima FM, Radio Baiturrahman, International Development Law Organization Keterlibatan dan bantuan yang diberikan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat LSM atau Non Government Organization NGO tersebut di atas antara lain: pemetaan bidang tanah bersama BPN dan masyarakat, pendataan kepemilikan dan penguasaan bidang tanah, melakukan disemeninasi, penyuluhan dan workshop, identifikasi dan pemasangan tanda batas, mengikuti sidang Panitia Ajudikasi, mengikuti sidang perwalian, menyaksikan penyerahan sertipikat, memantau IDLO, American Red Cross ARC, Islamic Relief, Cooperative Housing Foundation CHF, Radio Republik Indonesia RRI, CORDIG, dan Yayasan Beungong Jeumpa. Universitas Sumatera Utara perkembangankemajuan pelaksanaan kegiatan RALAS, permintaan pengukuranpendaftaran tanah untuk pembangunan perumahan, membentuk kemitraan untuk RALAS yang mencakup pelatihan, pemantauan dan sosialisasi informasi, memediasi masalah pertanahan, membantu penyelesaian masalah perwalian dan pewarisan, identifikasi dan pemasangan tanda batas. Berdasarkan hasil penelitian, keterlibatan dan bantuan yang diberikan oleh pihak-pihak lain dalam kegiatan RALAS sangat efektif dan memperlancar pelaksanaan kegiatan rekonstruksi pertanahan pasca tsunami di Provinsi Aceh. Namun demikian, kehadiran pihak-pihak tersebut juga dapat menimbulkan permasalahan bagi pelaksana kegiatan RALAS terutama bantuan dalam bentuk pemetaan dan pengukuran tanah-tanah warga korban bencana. LSMNGO yang melakukan pengukuran mendesak BPN untuk mengesahkan hasil pengukuran mereka dalam rangka penerbitan sertipkat hak atas tanah warga sedangkan menurut PP No. 24 Tahun 1997 dalam pembuatan sertipikat hak atas tanah pengukuran yang sah adalah pengukuran yang dilakukan oleh BPN atau Tim Ajudikasi atau survior yang ditunjuk oleh BPN. 4. Masyarakat Masyarakat merupakan salah satu pihak yang sangat berperan dalam proses kegiatan rekonstruksi pertanahan di Provinsi Aceh. Partisipasi masyarakat tersebut diuraikan lebih mendalam pada BAB IV. Universitas Sumatera Utara C. Peranan Badan Pertanahan Nasional dalam Melaksanakan Rekonstruksi Pertanahan Pasca Tsunami di Provinsi Aceh Pasal 19 ayat 1 UUPA menyatakan bahwa yang mengadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah Pemerintah. Namun dalam pasal ini tidak menyebutkan instansi Pemerintah mana yang mengadakan pendaftaran tanah tersebut. Begitu pula di dalam Pasal 1 PP No. 10 Tahun 1961 hanya menyebutkan bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Jawatan Pendaftaran Tanah. Pasal 19 ayat 3 UUPA menyebutkan bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial-ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut Pertimbangan Menteri Agraria. 268 A.P. Parlindungan menyatakan bahwa pendaftaran tanah itu mahal sekali anggarannya, sehingga tergantung dari anggaran yang tersedia, kepegawaian dan sarana maupun prasarana yang diperlukan sehingga diprioritaskan daerah-daerah tertentu terutama yang mempunyai lalu lintas perdagangan yang tinggi satu dan lainnya menurut pertimbangan dari Menteri yang bersangkutan dan urgensi yang ada, Dalam Penjelasan Umum Angka IV UUPA dinyatakan bahwa “Pendaftaran tanah akan diselenggarakan dengan mengingat pada kepentingan serta keadaan negara dan masyarakat, lalu lintas sosial-ekonomi dan kemungkinan-kemungkinannya dalam bidang personel dan peralatannya. Oleh karena itu, akan didahulukan penyelenggaraan di kota-kota dan lambat laun meningkat pada kadaster yang meliputi wilayah negara”. 268 Urip Santoso, Op.Cit, hal. 295. Universitas Sumatera Utara sungguhpun pada waktu itu di seluruh wilayah Indonesia di tiap kabupaten sudah ada Kantor-kantor Agraria dan Pertanahan. 269 Pasal 5 PP No. 24 Tahun 1997 secara tegas menyebutkan bahwa instansi Pemerintah yang menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah BPN, selanjutnya Pasal 6 ayat 1 ditegaskan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut, tugas pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota. Berdasarkan sejarah, pendaftaran tanah di Indonesia pernah dilakukan oleh Menteri Agraria, Menteri Pertanian dan Agraria, Direktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam Negeri. Selanjutnya oleh BPN yang dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1988 tentang BPN dan BPN Republik Indonesia sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2013. Terakhir dalam Kabinet Kerja menjadi Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota dalam melaksanakan pendaftaran tanah, dibantu oleh PPAT dan pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Perundang-undangan yang bersangkutan. Pejabat- pejabat yang membantu Kepala Kantor Pertanahan KaupatenKota dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, antara lain; PPAT, Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW, Pejabat dari Kantor Lelang dan Panitia Ajudikasi. 270 269 A.P. Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung: Mandar Maju, 1991, hal. 115. 270 Urip Santoso, Op.Cit, hal. 298. Universitas Sumatera Utara Pendaftaran tanah baik yang dimiliki oleh masyarakat maupun oleh badan hukum di Kantor Pertanahan, pemilik tanah dapat mendapatkan tanda bukti berupa sertipikat tanah yang berlaku sebagai alat bukti yang kuat. Pendaftaran tanah dilaksanakan melalui dua cara, yaitu: 271 Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa. Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan secara individual atau massal. Pendaftaran tanah secara sistematik diselenggarakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan pada suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara AgrariaKepala BPN, sedangkan pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan yaitu pihak yang berhak atas objek pendaftaran tanah yang bersangkutan atas kuasanya. Pasca gempa bumi dan tsunami 26 Desember 2004 di Provinsi Aceh, Pemerintah melalui BPN menyelenggarakan pendaftaran tanah secara sistematik dengan metode ajudikasi yang dikenal dengan Program Ajudikasi Pertanahan Berbasis Masyarakat dalam Rekonstruksi Administrasi Pertanahan Pasca Gempa Bumi dan Tsunami di Aceh, program ini dimaksudkan untuk membuat sertipikat bidang-bidang tanah masyarakat karena rusak dan hilangnya batas-batas tanah, rusak 271 Pasal 1 angka 10 dan 11 PP No. 24 Tahun 1997. Universitas Sumatera Utara dan hilangnya sertipikat tanah dan hilangnya Kartu Identitas Diri Penduduk karena tsunami tahun 2004. 272 Ajudikasi menurut PP No. 24 Tahun 1997 Pasal 1 angka 8 menyebutkan bahwa: “Ajudikasi adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi pengumpulan data dan penetapan data fisik dan data yuridis mengenai suatu atau beberapa objek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftaran”. BPN adalah lembaga yang paling berwenang memberikan kepastian hukum akan hak atas tanah dan perlindungan atas pengakuan hak tersebut. BPN melalui Multi Donor Trust Fund MDTF telah mendapatkan bantuan dana hibah guna melakukan kegiatan yang dimulai dari rekonstruksi penataan letak dan atau penetapan tanda batas-batas persil bidang tanah, pengukuran persil bidang, penelitian data yuridis atau kebenaran dari bukti-bukti permohonan pendaftaran tanah. 273 Penunjukan wilayah yang terkena dampak gempa bumi dan gelombang tsunami di Provinsi Aceh sebagai lokasi pendaftaran tanah secara sistematik ditetapkan oleh Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 137-X-2005 tanggal 19 Juli 2005 dan Nomor 29-III-2008 tanggal 21 Pebruari 2008 dan petunjuk pelaksanaannya diterbitkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nomor 114-II-2005 yang mengatur manual pendaftaran tanah berbasis masyarakat pada lokasi terkena bencana tsunami di Provinsi Aceh yang menjadi objek kegiatan pemulihan hak atas 272 United Nations Development Programme, “Dampak dari Kebijakan Ajudikasi Pertanahan Berbasis Masyarakat dalam Rekonstruksi Administrasi Pertanahan Pasca Tsunami di Aceh”, http:www.unhabitat-indonesia.orgfilesrep-434.pdf, diunduh 1 Oktober 2013. 273 The Aceh Institut, Analisis Yuridis Hak Pemilikan Atas Tanah, cetakan pertama, Nanggroe Aceh Darussalam: The Aceh Institut, 2006, hal. 19. Universitas Sumatera Utara tanah dan rekonstruksi sistem administrasi pertanahan Aceh, yang semua peraturan ini merupakan persyaratan dan prosedur dalam rangka pelaksanaan pendaftaran pasca tsunami. Salah satu bentuk rekonstruksi pertanahan pasca tsunami di Aceh adalah pendaftaran tanah yang hasilnya menerbitkan sertipikat hak atas tanah, yang merupakan faktor paling penting dalam rekonstruksi perumahan dan prasarana umum lainnya. Tim Ajudikasi dalam rangka rekonstruksi ini dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BPN, 274 Masyarakat korban tsunami yang mengalami kehancuran fisik dan psikologis membutuhkan berbagai bantuan dan pelayanan dari berbagai pihak khususnya Pemerintah. Layanan pemerintahan dalam berbagai wujud sangat dibutuhkan oleh segenap kalangan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Layanan administrasi pertanahan adalah salah satu kebutuhan masyarakat yang mendesak untuk segera dapat disajikan dengan sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin. Kerusakan infrastruktur dan bangunan termasuk rumah tempat tinggal masyarakat akibat gempa dan gelombang tsunami di wilayah Provinsi Aceh sangat parah termasuk Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Bahkan untuk mengenali bekas lokasi tempat berdirinya bangunan pada beberapa tempat sangat sulit untuk telah sesuai dengan Pasal 8 ayat 1 PP No. 24 Tahun 1997 yang menyatakan bahwa Panitia Ajudikasi dalam melaksanakan pendaftaran tanah secara sistematik dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. 274 Lihat Sub bab tentang Dasar Pembentukan Pelaksana Kegiatan dan Tim Ajudikasi RALAS. Universitas Sumatera Utara dilakukan. Sejumlah wilayah telah menjadi areal genangan air dan laut pantai ditambah lagi dengan hilangnya dokumen bukti kepemilikan. Semuanya itu mengakibatkan timbulnya kecemasan kalangan masyarakat akan status kepemilikan tanahnya. Peranan BPN dalam melakukan rekonstruksi pertanahan pasca tsunami di Provinsi Aceh dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Melakukan Rekonstruksi Dokumen Pertanahan