Pemilihan suatu metode yang baik untuk suatu penelitian tergantung kepada sasaran penelitian, bahan yang tersedia, kondisi yang meliputi kegiatan penelitian,
dan terutama jenis informasi yang diperlukan. Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam pengumpulan
bahan materi penulisan disertasi. Dalam penulisan ini, metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat preskriptif yang memberikan pemecahan suatu masalah problem solving dan tidak sekedar deskriptif just to describe something as it is.
76
2. Jenis Penelitian
Dengan sifat penelitian preskriptif ini maka dapat dicari solusi aturan hukum pelaksanaan rekonstruksi pertanahan pasca tsunami di Provinsi Aceh, kesiapan BPN
dalam melakukan rekonstruksi pertanahan dan partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan rekonstruksi pertahanan pasca tsunami di Provinsi Aceh.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris
77
76
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Jakarta: PT. Sofmedia, 2012, hal. 107.
merupakan penelitian terhadap identifikasi hukum tidak tertulis dan penelitian terhadap efektivitas hukum.
77
Soerjono Soekanto, 1986, Op.Cit, hal. 51. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro bahwa penelitian hukum empiris adalah suatu penelitian dengan cara melihat faktor-faktor dari segi hukum
yang mempengaruhi kenyataan yang terjadi di masyarakat lapangan secara langsung untuk menjawab
Universitas Sumatera Utara
3. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Undang-Undang statute approach. Pendekatan Undang-Undang dilakukan dengan menelaah semua
undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Dalam penelitian ini, peneliti mencari ratio legis dan dasar ontologis
lahirnya undang-undang seperti Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2007.
4. Lokasi Penelitian
Mengingat luasnya Provinsi Aceh yang terkena tsunami, maka dipilih 2 dua kabupatenkota sebagai lokasi penelitian yaitu Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh
Besar. Pemilihan kedua lokasi tersebut berkaitan dengan kepadatan penduduk, sebagai ibukota provinsi atau berdekatan dengan ibukota Provinsi dan merupakan
lokasi prioritas pelaksanaan kegiatan RALAS terutama di awal kegiatan rekonstruksi pertanahan, juga berdasarkan pertimbangan hal-hal berikut:
a. Kota Banda Aceh: 1 Luas 6.136 Ha pada saat sebelum gempa dan tsunami terdiri dari
32,65 penggunaan tanah bangunan dan 67,35 penggunaan tanah non bangunan, sesudah bencana tanah bangunan berubah menjadi
12,58 tanah bangunan rusak sedangkan selebihnya 20,07 terdiri dari 2,87 rusak ringan, 0,39 rusak beratmusnah dan 16,81 bebas
tsunami. Penggunaan tanah non bangunan berubah menjadi 35,27 rusak sedangkan selebihnya 32,08 tidak rusak yang dirinci menjadi
7,06 rusak ringanaman tidak terkena tsunami dan 5,54 rusak beratmusnah.
2 Total kerusakan sebesar 47,85, terdiri dari:
pokok permasalahan, lihat Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990, hal. 24. Lihat juga pendapat Ronny Hanitijo Soemitro dalam
bukunya “Metodologi Penelitian Hukum”, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, yang mengatakan bahwa hukum empiris adalah penelitian hukum yang memperoleh datanya dari data primer atau data yang
diperoleh langsung dari masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
i. 12,58 penggunaan tanah bangunan dengan kualifikasi 4,19 rusak berat, 4,69 rusak sedang, dan 3,70 rusak ringan.
ii. 35,27 penggunaan tanah non bangunan dengan kualifikasi hampir seluruhnya rusak berat dan sedang.
b. Kabupaten Aceh Besar: 1 Luas kabupaten 296.690 Ha yang terkena tsunami seluas 11.566 Ha
atau 3,89 dari total luas wilayah, meliputi Baitussalam, Darul Imarah, Leupung, Lhoknga, Lhoong, Mesjid Raya, Pekanbada dan
Pulo Aceh.
2 3,89 luas wilayah yang terkena tsunami hampir seluruhnya dalam kondisi rusak sedang sampai berat.
78
5. Teknik Pengumpulan Data