dilakukan pendaftaran tanah. Pengajuan dilakukan secara tertulis, melalui teleponfaks atau meminta bantuan LSM atau fasilitator yang ada di gampong untuk
menyampaikannya kepada Kantor PertanahanPanitia Ajudikasi setempat. Pengajuan juga dapat disampaikan kepada Kantor Wilayah BPN Provinsi Aceh di Banda Aceh.
Senada dengan hal tersebut di atas, berdasarkan wawancara dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil BPN Provinsi Aceh Mantan Project Manager RALAS
tahun 2006, menyatakan:
207
“Setelah tercapainya kesepakatan warga, Keuchik mewakili gampongnya mengajukan kepada Kantor Pertanahan atau Tim Ajudikasi setempat bahwa
gampongnya telah siap untuk dilakukan pendaftaran tanah. Pengajuan tersebut dapat dilakukan secara tertulis, melalui teleponfaks atau meminta bantuan
LSM atau fasilitator yang ada di gampong-nya”.
b. Manual Teknis Pendaftaran Tanah
BPN memiliki tanggung jawab untuk memberikan perlindungan hak-hak masyarakat atas tanah dan merekonstruksi sistem administrasi pertanahan melalui
kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik berbasis masyarakat community driven adjudication. Oleh karena kondisi di daerah bencana tsunami berbeda dengan
kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik sebagaimana dilakukan dalam sistem pendaftaran tanah sebelumnya pendaftaran tanah dalam PP No. 24 Tahun 1997,
maka kegiatan pendaftaran tanah dimaksud memerlukan penyesuaian teknis tertentu terutama menyangkut keterlibatan masyarakat dalam proses penyepakatan atas batas-
batas bidang tanah dan kepemilikan secara partisipatif. Dalam hal ini terjadi pergeseran peran BPN dalam proses pendaftaran tanah dari yang semula
melaksanakan seluruh tahapan kegiatan secara penuh, menjadi lembaga yang
207
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
memberikan legalitas legal approval atas penerbitan surat tanda bukti hak atas tanah.
Keputusan Kepala BPN No. 114-II2005 yang mengatur tentang manual teknis pendaftaran tanah tersebut dibuat sebagai pedoman bagi petugas BPN,
terutama staf-staf yang melaksanakan kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik di lapangan. Dengan adanya manual teknis tersebut pelaksanaan pendaftaran tanah
secara sistematik ini dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien. Proses pendaftaran tanah secara sistematik dengan pola ajudikasi dan
rekonstruksi terbagi ke dalam 2 bagian kegiatan utama yang menjadi satu kesatuan kegiatan, yaitu:
1. Fisik Kadaster Pembukuan Tanah Sesuai dengan Pasal 19 ayat 2 UUPA huruf a, kegiatan fisik kadaster
meliputi; pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah. 2. Legal Kadaster Pembukuan Hak
Sesuai dengan Pasal 19 ayat 2 huruf b, kegiatan legal kadaster dilaksanakan melalui kegiatan pendaftaran hak atas tanah.
Kegiatan-kegiatan fisik kadaster pembukuan tanah dilaksanakan oleh Panitia Ajudikasi sesuai dengan tugas dan kewenangan yang diembannya, sedangkan
kegiatan legal kadaster pembukuan hak dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pertanahan setempat. Berdasarkan hasil fisik kadaster pembukuan tanah, Kepala
Kantor Pertanahan melaksanakan kegiatan penetapan hak terlebih dahulu sebelum bidang tanah tersebut dibukukan dalam buku tanah. Penetapan hak untuk tanah
Universitas Sumatera Utara
negara melalui surat keputusan pemberian hak atas tanah, sedangkan untuk tanah milik adat melalui pendaftaran konversipenegasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku. Masalah pertanahan yang timbul akibat gempa dan tsunami meliputi 3 tiga
pokok pilar yang semuanya berkaitan satu sama lain, meliputi: 1.
Subyek orang, terdiri dari: a.
Subyeknya sudah meninggal atau ahli warisnya sudah tidak ada lagi.
b. Subyeknya belum meninggal, yang terdiri atas:
1 subyek yang tinggal di lokasidaerah tersebut;
2 subyek yang tinggal di luar lokasidaerah
bencana; 3
subyek yang belum cukup umur di bawah 21 tahun untuk laki-laki dan 18 tahun untuk wanita, kecuali sudah
menikah. 2.
Obyek tanah a.
tanahnya musnah; b.
tanahnya ada, tetapi tanda-tanda batasnya sudah rusak atau hilang.
3. Alas hak bukti penguasaanpemilikan bidang tanah rusak atau
hilang.
Universitas Sumatera Utara
Hasil kajian menemukan, ada beberapa kebijakan pemulihan aspek yuridis bidang pertanahan yang dilakukan oleh BPN berdasarkan variasi permasalahan,
sebagai berikut:
Tabel II.3. Kebijakan Pemulihan Aspek Yuridis Bidang Tanah Berdasarkan Variasi Permasalahan yang Dihadapi
No. Obyek
Subyek Sertipik
at Dokume
n Kantor
Kebijakan 1.
Ada Diketah
ui Ada
Ada -
Sertipik at tetap berlaku sebagai tanda bukti hak
- Apabila
sistem pendaftaran tanah secara digital sudah terbentuk sertipikat diganti baru
2. Ada
Diketah ui
Tidak Ada
Tidak Ada
- Penunj
ukan batas, pengukuran ulang, pengumuman dan penerbitan sertipikat
3. Ada
Tidak Diketah
ui Ada
Ada -
Pember itahuan kepada ahli waris untuk melapor dan
menyerahkan surat keterangan waris -
Pencata tan peralihan hak
4. Ada
Tidak Diketah
ui Tidak
Ada Tidak
Ada -
Pengu muman
- Penataa
n kembali, konsolidasi atau relokasi 5.
Tidak Ada
tanah musna
h Diketah
ui Ada
Ada -
Hak atas tanah dan yang membebaninya menjadi
hapus -
Buku tanah, tanda bukti hak, dokumen terkait
dinyatakan tidak berlaku lagi -
Pemilik nya memperoleh tanah pengganti atau ganti
Universitas Sumatera Utara
No. Obyek
Subyek Sertipik
at Dokume
n Kantor
Kebijakan kerugian dari Pemerintah BRR Pasal 3, 4, dan
5 UU No. 48 Tahun 2007 6.
Tidak Ada
tanah musna
h Diketah
ui Tidak
Ada Ada
- Hak
atas tanah dan yang membebaninya menjadi hapus
- Buku
tanah, tanda bukti hak, dokumen terkait dinyatakan tidak berlaku lagi
- Pemilik
nya memperoleh tanah pengganti atau ganti kerugian dari Pemerintah BRR Pasal 3, 4, dan
5 UU No. 48 Tahun 2007
7. Tidak
Ada tanah
musna h
Tidak Diketah
ui Ada
Ada -
Hak atas tanah dan yang membebaninya menjadi
hapus -
Buku tanah, tanda bukti hak, dokumen terkait
dinyatakan tidak berlaku lagi Pasal 3 dan 4 UU No. 48 Tahun 2007
8. Tidak
Ada tanah
musna h
Tidak Diketah
ui Tidak
Ada Tidak
Ada -
Hak atas tanah dan yang membebaninya menjadi
hapus Pasal 3 UU No. 48 Tahun 2007
9. Ada
Diketah ui
Tidak Ada
Ada -
Diterbit kan sertipikat yang baru
10. Ada
Diketah ui
Ada Tidak
Ada -
Sertipik at hak atas tanah dinyatakan batal
- Kantor
PertanahanTim Ajudikasi menerbitkan sertipikat baru atas nama pemilik yang lama
11. Ada
Tidak Diketah
ui Tidak
Ada Ada
- Subyek
yang beragama Islam menjadi harta agama dan dikelola oleh Baitul Mal
- Subyek
yang bukan beragama Islam dikelola oleh Balai Harta Peninggalan Pasal 8, 9, 10 dan 11 UU
No. 48 Tahun 2007 12.
Ada Tidak
Diketah ui
Ada Tidak
Ada -
Subyek yang beragama Islam menjadi harta agama dan
dikelola oleh Baitul Mal -
Subyek yang bukan beragama Islam dikelola oleh Balai
Harta Peninggalan Pasal 8, 9, 10 dan 11 UU No. 48 Tahun 2007
13. Tidak
Diketah Tidak
Ada -
Hak
Universitas Sumatera Utara
No. Obyek
Subyek Sertipik
at Dokume
n Kantor
Kebijakan Ada
tanah musna
h ui
Ada atas tanah dan yang membebaninya menjadi
hapus -
Buku tanah, tanda bukti hak, dokumen terkait
dinyatakan tidak berlaku lagi -
Pemilik nya memperoleh tanah pengganti atau ganti
kerugian dari Pemerintah BRR Pasal 3, 4, dan 5 UU No. 48 Tahun 2007
14. Tidak
Ada tanah
musna h
Diketah ui
Tidak Ada
Tidak Ada
- Hak
atas tanah dan yang membebaninya menjadi hapus
- Pemilik
nya memperoleh tanah pengganti atau ganti kerugian dari Pemerintah BRR Pasal 3 dan 5
UU No. 48 Tahun 2007
15. Tidak
Ada tanah
musna h
Tidak Diketah
ui Tidak
Ada Ada
- Hak
atas tanah dan yang membebaninya menjadi hapus
- Buku
tanah, tanda bukti hak, dokumen terkait dinyatakan tidak berlaku lagi Pasal 3 dan 4 UU
No. 48 Tahun 2007 16.
Tidak Ada
tanah musna
h Tidak
Diketah ui
Ada Tidak
Ada -
Hak atas tanah dan yang membebaninya menjadi
hapus -
Buku tanah, tanda bukti hak, dokumen terkait
dinyatakan tidak berlaku lagi Pasal 3 dan 4 UU No. 48 Tahun 2007
Variasi permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan pemulihan aspek
yuridis bidang tanah sebagaimana pada tabel tersebut di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Objek fisik tanah yang masih ada, subjeknya pemilik tanahahli waris diketahui, sedangkan sertipikat dan dokumen pada Kantor Pertanahan masih ada,
maka kebijakan yang diambil adalah: Sertipikat tetap berlaku sebagai tanda bukti hak
Universitas Sumatera Utara
dan apabila sistem pendaftaran tanah secara digital sudah terbentuk sertipikat diganti baru. Objek ada, subjek diketahui, sedangkan sertipikat dan dokumen pada Kantor
Pertanahan tidak ada lagi, maka kebijakan yang diambil adalah Penunjukan batas, pengukuran ulang, pengumuman dan penerbitan sertipikat hak atas tanah. Objek ada,
subjek tidak diketahui, sertipikat dan dokumen pada Kantor Pertanahan masih ada, maka kebijakan yang diambil adalah pemberitahuan kepada ahli waris untuk melapor
dan menyerahkan surat keterangan waris serta pencatatan peralihan hak. Objek ada, subjek tidak diketahui, sertipikat dan dokumen pada Kantor Pertanahan tidak ada,
maka kebijakan yang diambil adalah melakukan pengumuman dan penataan kembali, konsolidasi atau relokasi.
Objek tidak ada tanah musnah, subjek diketahui, sertipikat dan dokumen pada Kantor Pertanahan ada, maka kebijakan yang diambil adalah hak atas tanah dan
yang membebaninya menjadi hapus; buku tanah, tanda bukti hak, dokumen terkait dinyatakan tidak berlaku lagi dan pemiliknya memperoleh tanah pengganti atau ganti
kerugian dari PemerintahBRR. Sesuai Pasal 3, 4, dan 5 UU No. 48 Tahun 2007. Objek tidak ada, subjek diketahui, sertipikat tidak ada dan dokumen pada Kantor
Pertanahan masih ada, maka kebijakan yang diambil adalah hak atas tanah dan yang membebaninya menjadi hapus; buku tanah, tanda bukti hak, dokumen terkait
dinyatakan tidak berlaku lagi dan pemiliknya memperoleh tanah pengganti atau ganti kerugian dari PemerintahBRR. Sesuai Pasal 3, 4, dan 5 UU No. 48 Tahun 2007.
Objek tidak ada, subjek tidak diketahui, sertipikat dan dokumen pada Kantor Pertanahan masih ada, maka kebijakan yang diambil adalah hak atas tanah dan yang
Universitas Sumatera Utara
membebaninya menjadi hapus sedangkan buku tanah, tanda bukti hak, dokumen terkait dinyatakan tidak berlaku lagi. Hal ini sesuai Pasal 3 dan 4 UU No. 48 Tahun
2007. Objek tidak ada, subjek tidak diketahui, sertipikat dan dokumen pada Kantor Pertanahan tidak ada lagi, maka kebijakan yang diambil adalah hak atas tanah dan
yang membebaninya menjadi hapus, hal ini sesuai dengan Pasal 3 UU No. 48 Tahun 2007.
Objek ada, subjek diketahui, sertipikat tidak ada dan dokumen pada Kantor Pertanahan masih ada, maka kebijakan yang diambil adalah diterbitkan sertipikat hak
atas tanah yang baru. Objek ada, subjek diketahui, sertipikat masih ada dan dokumen pada Kantor Pertanahan tidak ada lagi, maka kebijakan yang diambil adalah sertipikat
hak atas tanah yang bersangkutan dinyatakan batal dan Kantor PertanahanTim Ajudikasi menerbitkan sertipikat baru atas nama pemilik yang lama. Objek ada,
subjek tidak diketahui, sertipikat tidak ada dan dokumen pada Kantor Pertanahan masih ada, maka kebijakan yang diambil adalah apabila subyek beragama Islam maka
tanah tersebut menjadi harta agama dan dikelola oleh Baitul Mal sedangkan apabila subyeknya bukan beragama Islam, maka tanahnya dikelola oleh Balai Harta
Peninggalan. Hal ini sesuai dengan Pasal 8, 9, 10 dan 11 UU No. 48 Tahun 2007. Objek ada, subjek tidak diketahui, sertipikat masih ada dan dokumen pada Kantor
Pertanahan tidak ada lagi, maka kebijakan yang diambil adalah apabila subyeknya beragama Islam, maka tanah tersebut menjadi harta agama dan dikelola oleh Baitul
Mal sedangkan apabila subyeknya bukan beragama Islam, tanahnya dikelola oleh
Universitas Sumatera Utara
Balai Harta Peninggalan. Hal ini sesuai dengan Pasal 8, 9, 10 dan 11 UU No. 48 Tahun 2007.
Objek tidak ada tanah musnah, subjek diketahui, sertipikat tidak ada lagi dan dokumen pada Kantor Pertanahan masih ada, maka kebijakan yang diambil adalah
hak atas tanah dan yang membebaninya menjadi hapus; buku tanah, tanda bukti hak, dokumen terkait dinyatakan tidak berlaku lagi dan pemiliknya memperoleh tanah
pengganti atau ganti kerugian dari PemerintahBRR. Hal ini sesuai dengan Pasal 3, 4, dan 5 UU No. 48 Tahun 2007. Objek tidak ada, subjek diketahui, sertipikat dan
dokumen pada Kantor Pertanahan tidak ada lagi, maka kebijakan yang diambil adalah hak atas tanah dan yang membebaninya menjadi hapus dan pemiliknya memperoleh
tanah pengganti atau ganti kerugian dari PemerintahBRR. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 dan 5 UU No. 48 Tahun 2007. Objek tidak ada, subjek tidak diketahui,
sertipikat tidak ada lagi dan dokumen pada Kantor Pertanahan masih ada, maka kebijakan yang diambil adalah hak atas tanah dan yang membebaninya menjadi hapus
dan buku tanah, tanda bukti hak, dokumen terkait dinyatakan tidak berlaku lagi. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 dan 4 UU No. 48 Tahun 2007. Objek tidak ada, subjek tidak
diketahui, sertipikat masih ada dan dokumen pada Kantor Pertanahan tidak ada lagi, maka kebijakan yang diambil adalah hak atas tanah dan yang membebaninya menjadi
hapus dan buku tanah, tanda bukti hak, dokumen terkait dinyatakan tidak berlaku lagi. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 dan 4 UU No. 48 Tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
Mekanisme pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik berbasis masyarakat dilaksanakan melalui 14 empat belas kegiatan sebagai berikut:
208
1. kegiatan penyiapan infrastruktur pendaftaran; 2. kegiatan delineasi batas dan rekonstruksi bidang;
3. kegiatan identifikasi batas bidang tanah dan kepemilikan tanah; 4. kegiatan musyawarah desa;
5. kegiatan pengukuran rekonstruksi bidang tanah dan verifikasi data yuridis; 6. kegiatan pengecekan letak batas dan kepemilikan bidang tanah;
7. kegiatan pengukuran penataan batas; 8. kegiatan sidang panitia;
9. kegiatan pengumuman data yuridis dan data fisik; 10. kegiatan penyerahan hasil ajudikasi;
11. kegiatan pengesahan peta pendaftaran; 12. kegiatan pembukuan hak;
13. kegiatan penerbitan sertipikat; dan 14. kegiatan penyerahan sertipikat.
Penjelasan mekanisme pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik berbasis masyarakat dalam 14 empat belas kegiatan tersebut di atas, secara rinci
akan dibahas pada BAB III dan BAB IV.
2. Pengaturan Rekonstruksi Pertanahan dalam UU No. 48 Tahun 2007