126
dihadirkan dengan bentuk yang berbeda. Dengan demikian, sesuai deskripsi di atas terdapat pengubahan peristiwa LBW ke dalam WSB.
3 Dongeng Hanoman dan Sri Kresna singkat menjadi dongeng yang
panjang
Pengubahan selanjutnya menunjukkan keberadaan peristiwa dongeng Hanoman dan Sri Kresna. Pada LBW peristiwa tersebut berada di plot utama
sedangkan pada WSB peristiwa tersebut ada di subplot. Pengubahan letak peristiwa pada WSB menunjukkan pengarang mengubah sudut pandang orang
ketiga menjadi sudut pandang orang pertama akuan, tetapi juga sebagai cara pengarang untuk memadatkan sebuah cerita menjadi lebih efektif dan ringkas
melalui alur flashback. WSB beralur campuran, peristiwa-peristiwa penting pada WSB diaktualkan
melalui dongeng yang beralur flash back sorot balik melalui media tokoh Sri Kresna dan Hanoman kedua tokoh tersebut. Adanya dongeng beralur sorot balik
tersebut latar cerita berubah pada saat tokoh Wisanggeni belum dilahirkan sehingga peristiwa-peristiwa yang digambarkan pada dongeng tersebut adalah
A21.hal: 470 A21.hal: 467
127
peristiwa yang berlatar sebelum tokoh Wisanggeni dilahirkan. Meskipun demikian, alur WSB yang memiliki ploting-ploting dengan subplot-subplot itu
akan tetap saling berkaitan menjadi kesatuan waktu, tempat, dan peristiwa. Berdasarkan tahapan alurnya, pada peristiwa dongeng Hanoman dan Sri
Kresna LBW terdapat pada akhir cerita yang merupakan denoument penyelesaian sedangkan pada WSB peristiwa tersebut berada di awal cerita menunjukkan
tahapan komplikasi yang akan menuju pada sebuah klimaks. Klimaks yang dimaksud terjadi pada saat dongeng Sri Kresna dan Hanoman WSB B12 itu selesai
sehingga berdasarkan dongeng tersebut tokoh Wisanggeni menemukan jati dirinya. Hal tersebut disebabkan karena pada bagian awal WSB bukan benar-benar
awal sebuah cerita, melainkan WSB hadir dengan tokoh yang sudah dewasa yang baru akan mencari kedua orangtuanya dan berusaha menemukan jatidirinya.
Sedangkan pada LBW bagian awal diawali dengan sebuah prolog dan merupakan bagian yang benar-benar awal pada sebuah cerita.
Dengan demikian dongeng Sri Kresna dan Hanoman menggambarkan cerita berlatar masa lampau yang kompleks tetapi dengan penyajian yang efektif melalui
A22. hal: 474 A22 hal: 475
128
alur flashback. Pada LBW tokoh Hanoman dan Sri Kresna juga bercerita dihadapan Arjuna dan Wisanggeni perihal jati diri Wisanggeni. Pada peristiwa 23
data A22 halaman 474 dan 475 menunjukkan peristiwa Hanoman dan Sri Kresna mendongeng dihadapan Arjuna dan Wisanggeni perihal jati diri Wisanggeni tetapi
secara singkat sehingga tidak perlu menggunakan subplot-sublot atau alur flashback seperti pada WSB.
b. Tokoh
Pola pengubahan yang dilakukan oleh SGA dari LBW ke dalam WSB selanjutnya adalah unsur tokoh dari aspek penamaan, ciri fisik, maupun
karakternya. Pengubahan tokoh misalnya dari aspek penamaan tokoh, hyang Baruna menjadi Batara Baruna, Harjuna menjadi Arjuna, Hyang Antaboga
menjadi SangHyang Antaboga, kumbang menjadi nyamuk, dan Semar menjadi semar seorang petani.
1 Hyang Baruna menjadi Batara Baruna
Pengubahan gelar “hyang” menjadi “batara” terjadi pada aspek penamaan LBW tokoh tersebut dinamakan Hyang Baruna, dengan gelar “hyang” di depan
namanya. Sedangkan pada WSB tokoh tersebut dinamakan Batara Baruna, dengan menambahkan gelar “batara” di depan namanya. Tokoh dan karakter Hyang
Baruna ditunjukkan kode data B58 dan gambar 3, LBW kode data A44. Pengubahan nama tokoh Hyang Baruna menjadi Batara Baruna tersebut
merupakan pengubahan aspek penamaan.
B58 dan sang hyang Antaboga mengambil bayi itu dengan hati hati. Digendongnya sambil berenang ke permukaan laut, diiringi batara baruna. Seisi laut pun
menyingkir, tak berani mengganggu kedua penguasa lautan itu. WSB hal : 47
129
2 Harjuna menjadi Arjuna
Pengubahan tokoh selanjutnya yaitu penamaan tokoh Harjuna menjadi Arjuna. Pada LBW tokoh tersebut bernama Harjuna, sedangkan pada WSB
dinamakan Arjuna. Pengubahan penamaan tokoh Harjuna menjadi Arjuna tidak menimbulkan perubahan makna dan eksistensi tokoh dalam cerita. Penambahan
fonem konsonan H pada kata Ajuna menjadi H + arjuna = Harjuna menimbulkan suasana tradisional sedangkan apabila fonem h pada Harjuna dihilangkan maka
menjadi Arjuna WSB, kata arjuna yang diawali dengan huruf vokal akan lebih menimbulkan suasana modern.
B41 “yayi arjuna, tunggu dulu” tiba-tiba terdengar suara dari angkasa. Arjuna hampir saja melepaskan pasopati yang dahsyat kalau saja tak didengarnya suara yang
sangat dia kenal itu. Kalau saja suara itu bukan suara sri kresna, niscaya pasopati telah meluncur menuju sasaran. WSB hal:24
A44.hal:298
A30.Hal: 194
130
3 Hyang Antaboga menjadi Sang Hyang Antaboga
Perubahan tokoh dari segi penamaan selanjutnya yaitu penamaan tokoh Hyang Antaboga menjadi Sanghyang Antaboga. Tokoh tersebut pada LBW
dinamakan Hyang Antaboga, dengan gelar “hyang” di depan namanya. Sedangkan pada WSB tokoh tersebut bernama Sang Hyang Antaboga, dengan
menambahkan gelar “Sang” dan “Hyang” di depan namanya. Menurut kamus Sansekerta, “Hyang” 2005:52 memiliki arti dewa, Batara atau junjungan.
Kamus sansekerta Sang2005:128 memiliki arti “si” menunjuk seseorang, Antaboga 2005:8 memiliki arti “naga penjaga bumi”. Gelar Sanghyang lebih
menunjukkan strata tokoh dewa yang berwujud naga yang bertugas menjaga bumi. Pengubahan nama Batara Antaboga LBW menjadi Sanghyang Antaboga
WSB menunjukkan intensi pengarang dalam hal pengubahan gelar. Dalam hal ini, gelar “sanghyang” menunjukkan status sosial dewa dalam dunia pewayangan
maka “sanghyang” menunjukkan tingkatan kadewatankedudukan yang lebih tinggi daripada dewa yang bergelar “hyang” ataupun “batara”.
B58 dan sang hyang Antaboga mengambil bayi itu dengan hati-hati. Digendongnya sambil berenang ke permukaan laut, diiringi batara baruna. Seisi laut pun
menyingkir, tak berani mengganggu kedua penguasa lautan itu. WSB hal : 47
Gambar 4.WSB A43.hal:420
131
4 Kumbang menjadi Nyamuk
Selanjutnya terdapat perubahan penamaan tokoh kumbang menjadi nyamuk. Dalam LBW hewan kecil yang merupakan penjelmaan Hanoman tersebut
dinamakan kumbang. Sedangkan pada WSB, hewan kecil tersebut dinamakan nyamuk. Tokoh Kumbang atau nyamuk tersebut merupakan penjelmaan Hanoman
pada peristiwa perkelahian hebat melawan binatang raksasa jelmaan Pramoni. Dalam persitiwa perkelahianya dengan binatang besar jelmaan Pramoni,
kumbang nyamuk tersebut masuk ke dalam telinga binatang besar sehingga membuat binatang besar kesakitan dan bertekuk lutut memohon ampun.
Perubahan nama tokoh dari kumbang menjadi nyamuk tersebut hanya menunjukkan pengubahan penamaan tokoh saja dan tidak mengubah peristiwa
dan eksistensinya dalam cerita.
B54 “ah, aku punya cara yang mudah untuk mengalahkan kelicikanya. Kuubah diriku menjadi seekor nyamuk dan memasuki telinganya. Dengan cara inilah dalam
waktu singkat ia menyerah kalah dan berteriak-teriak minta ampun.” WSB.Hal:33
5 Pengaktualan Raksawisesa, Drestawisesa dan Gondapati menjadi Tri
Eka Sakti
Pengubahan selanjutnya terdapat pada tokoh yang bernama Tri Eka Sakti. Tri eka sakti merupakan julukan yang diberikan oleh Imantaka kepada tiga orang
A39.Hal:231
132
ksatria hebat yang bernama Raksawisesa, Drestawisesa dan Gondapati. Sehingga pada masing-masing tokoh pada LBW Tri Eka Sakti digambarkan dengan nama
masing-masing anggota Tri Eka Sakti. Sedangkan pada WSB pengaktualan tiga senopati Tri Eka Sakti diaktualkan secara bersamaan dengan julukan “Tri Eka
Sakti.
B55 Syahdan, disuatu tempat yang sunyi dan gersang, arjuna sedang bertarung antara hidup dan mati. Musuhnya adalah tiga ksatria yang bergelar tri eka sakti. Mereka
memang sangat sakti, karena tidak bisa dibunuh. Setiap kali ada yang tewas,dengan mudah akan hidup kembali setelah dilompati oleh kawanya.
WSB.Hal:17
6 Semar menjadi Semar seorang petani
Pengubahan tokoh dari LBW ke WSB selanjutnya adalah tokoh yang bernama Semar tetapi, perubahan tersebut tidak menghilangkan eksistensinya pada WSB
maupun LBW sebagai tokoh penjelmaan dewa bernama Ismaya yang merupakan kakak dari Batara GuruHyang PramestiManikmayaHyang Otipati. Tokoh Semar
pada LBW betempat tinggal di Karang Tumaritis ditemani bersama dengan anak- anaknya, sedangkan pada WSB tokoh Semar dihadirkan sebagai sosok petani yang
tinggal di sebuah gubuk sendirian. Dengan demikian, tokoh dengan penamaan Semar pada LBW menunjukkan eksistensinya sebagai tokoh punakawan.
A40.Hal:323
133
Sedangkan tokoh semar pada WSB pengaktualannya digambarkan sebagai seorang petani yang tinggal sendirian di sebuah gubuk.
B59 “aku mengakui kekhilafanku, o Ismaya, kakakku. WSB. hal : 70
Nun disebuah gubuk yang terpencil, disuatu lembah yang sunyi, tampaklah seorang petani yang sedang menyandang cangkul keluar dari rumahnya. Lelaki
gemuk pendek dan berkuncung itu berjalan sepanjang pematang sawah sambil menembang.
WSB.Hal:65
c. Latar
Latar menunjukkan setting sebuah cerita berlangsung tempat sebuah cerita biasanya pada umunya menunjukkan rumah, kebun, hutan, sungai, gunung, pasar
dan sebagainya. Latar sosial cerita menunjukkan keadaan sosial, kemasyarakatan. Latar waktu menunjukkan kapan berlangsungnya suatu peristiwa hari, jam,
minggu, bulan atau tahun bahkan zaman tertentu.
1 Latar Tempat
Pola Pengubahan dari LBW ke dalam WSB selanjutnya ditinjau dari unsur latar tempat. Pengubahan tersebut berkaitan dengan lokasi tempat terjadinya
sebuah peristiwa. Pengubahan latar meliputi perubahan penamaan, fungsi, dan Gambar 5. WSB
A45.hal:491