Komik Spiritual Komik Pendidikan

36 Judul penelitian Wisanggeni Sang Buronan Sebuah Novel Pastische Karya Seno Gumira Ajidarma Suatu Telaah Postmodernisme oleh Trisna Gumilar mengkaji novel WSB dengan menggunakan kajian posmodernisme. Peneliti memandang bahwa novel WSB merupakan novel yang dihadirkan pengarang SGA dengan cara melakukan penghipograman perwatakan dan penamaan dengan semangat jiwa dan jaman kekinian, misalnya pengaktualan tokoh Wisanggeni dihadirkan pengarang sebagai seorang sosok ksatria yang berpenampilan baru, bercambang, memakai kasut, pakaiannya kumal, dan memakai caping. Penampilan seperti itu mengingatkan pada kisah-kisah silat atau komik silat, seperti Si Buta dari Gua Hantu atau Panji Tengkorak, atau seperti pendekar-pendekar dalam film kungfu. Menurut peneliti Trisna novel WSB merupakan novel pastische. Pastiche merupakan imitasi, tidak saja dari satu teks, akan tetapi dari kemungkinan teks-teks yang tak berhingga, yang pengombinasiannya disebut dengan interstyle istilah ini harus dibedakan dengan dari interteks. Tujuan dari imitasi adalah menekankan persamaan ketimbang perbedaan. Judul penelitian skripsi Motivasi Darurat Yang Dilakukan Oleh Tokoh Wisanggeni Dalam Novel Wisanggeni Sang Buronan Karya Seno Gumira Ajidarma tinjauan psikologi sastra. Skripsi S1. Yogyakarta: Sastra indonesia. Universitas Sanata Dharma oleh Winascaya, Adista. 2011. Peneliti dalam judul skripsinya menggunakan kajian psikologi sastra dengan memfokuskan psikologi tokoh yang hadir dalam novel WSB. Tokoh tersebut terbagi dalam dua golongan, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama dalam novel 37 WSB adalah Wisanggeni, sedangkan tokoh bawahan dalam novel WSB adalah Utusan Dewa, Hanoman, Tri Eka Sakti, Bala Tentara Dewa, dan Batara Guru. Peneliti memaparkan mengenai motivasi darurat yang terkandung dalam setiap pertempuran tokoh Wisanggeni sebagai tokoh utama terhadap tokoh bawahan. Motivasi yang dimaksud peneliti adalah motivasi untuk melawan. Motivasi menurut peneliti digolongkan menjadi dua jenis yaitu motivasi untuk melawan, dan motivasi untuk mengatasi rintangan. Hal tersebut dilakukan karena harkat martabat tokoh wisanggeni sebagai manusia merasa direndahkan. Judul penelitian Wisanggeni: Sang Penggugat Eksistensi Diri. Oleh Nenden Rikma Dewi Dosen Sastra Inggris Program Studi Sastra Inggris Fakultas Sastra UNIKOM, 2012. Wisanggeni: Sang Penggugat Eksistensi Diri. Kajian ini membahas resepsi Seno Gumira Ajidarma terhadap Wisanggeni versi Mahabarata. Interpretasi terhadap resepsi tersebut dibahas dengan menggunakan sudut pandang Eksistensialisme. Menurut peneliti, tokoh Wisanggeni baik dalam novel maupun kisah pewayangan, permasalahan yang muncul tetap sama yaitu perlawanan Wisanggeni atas takdir dirinya. Wisanggeni menuntut pengakuan atas kehadiran dirinya sebagai seorang manusia meski tidak pernah mengetahui apa sebab atas penolakan dirinya dan akhirnya tokoh Wisanggeni mengalami krisis eksistensi. Penelitian ini memfokuskan pada nilai-nilai kebebasan, ketakutan keterasingan, pertentangan, penolakan, kehidupan, kematian. Nilai-nilai yang ada tersebut dihadirkan peneliti secara bersamaan dalam novel WSB dan Wisanggeni versi Mahabarata.