13
c. Pembaca Real
Pembaca real telah mendapat banyak perhatian biasanya reaksi pembaca kontemporer diteliti dalam penelitian eksperimental, yang secara material
berbeda dengan penelitian ke arah pembaca implisit dan pembaca ideal. Dalam dua persoalan tersebut peneliti adalah pembaca, tetapi dalam
penelitian eksperimental peneliti berdiri sendiri di luar proses membaca. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori resepsi merupakan
salah satu pendekatan sastra yang memfokuskan pada tanggapan, penerimaan, penilaian pembaca terhadap karya sastra. Dengan kata lain, upaya menemukan
makna sebuah teks yang didapatkan dari hasil membaca karya sastra. Pada dasarnya pembaca sendirilah yang menentukan keberhasilan makna yang didapat
dari karya sastra yang diresepsi oleh pembaca. Pembacaan, pengamatan, penilaian, interpretasi, persepsi, pemahaman, pengetahuan, dan pengalaman
merupakan beberapa langkah yang harus dijadikan pedoman bagi pembaca untuk menemukan makna dalam resepsi.
B. Intertekstual
Pendekatan intertekstual pertama diilhami oleh gagasan pemikiran Mikhail Bakhtin. Mikhail Bakhtin adalah seorang filsuf Rusia yang mempunyai minat
besar pada sastra. Menurut Bakhtin, pendekatan intertekstual menekankan pengertian bahwa sebuah teks sastra dipandang sebagai tulisan sisipan atau
cangkokan pada kerangka teks-teks sastra lain, seperti tradisi, jenis sastra, parodi, acuan atau kutipan Noor 2007:4-5. Selanjutnya, pendekatan intertekstual
tersebut diperkenalkan atau dikembangkan oleh Julia Kristeva 1980:66, istilah
14
intertekstual pada umumnya dipahami sebagai hubungan suatu teks dengan teks lain. Menurut Kristeva, tiap teks merupakan sebuah mozaik kutipan-kutipan, tiap
teks merupakan penyerapan dan transformasi dari teks-teks lain. Kristeva berpendapat bahwa setiap teks terjalin dari kutipan, peresapan, dan transformasi
teks-teks lain. Sewaktu pengarang menulis, pengarang akan mengambil komponen-
komponen teks lain sebagai bahan dasar untuk menciptakan karyanya. Semua itu disusun, diberi warna dengan penyesuaian dan ditambah agar menjadi karya yang
utuh. Agar lebih menegaskan pendapat itu Kristeva mengajukan dua alasan, pertama pengarang adalah seorang pembaca teks sebelum menulis teks.
Proses penulisan karya oleh seorang pengarang tidak bisa dihindarkan dari berbagai jenis rujukan, kutipan, dan pengaruh. Kedua, sebuah teks tersedia hanya
melalui proses pembacaan. Kemungkinan adanya penerimaan atau penentangan terletak pada pengarang melalui proses pembacaan Worton, 1990:1.
Menurut Kristeva via Napiah, 1994:xv interteks mempunyai prinsip dan kaidah tersendiri dalam penelitian karya sastra antara lain: 1 interteks melihat
hakikat sebuah teks yang di dalamnya terdapat banyak teks, 2 interteks menganalisis sebuah karya berdasarkan aspek yang membina karya tersebut, yaitu
unsur seperti tema, plot, watak, dan bahasa serta unsur-unsur di luar unsur struktur seperti sejarah, budaya, agama dan lain sebagainya yang menjadi bagian dari
komposisi teks, 3 intertekstual mengkaji keseimbangan antara aspek dalaman dan aspek luaran dengan melihat fungsi dan tujuan kehadiran teks-teks tersebut,
4 teori interteks juga menyebut bahwa sebuah teks itu tercipta berdasarkan