Terjalin Hubungan Kekeluargaan Pola Asimilasi antara Penduduk Migran dengan Penduduk Lokal

yang lainnya jadi lebih enak. Seggan kali aku kalu harus ngebon di warung. Makanya untung kali ketemu awak sama bang Nelson. Abang itu pun selalunya perlu orang upahan buat bantu-bantu dia. Sekarang enggak repot lagi abang itu. Tinggal di telponnya aja awak, kerjakan ini gitu dah, kalau udah siap kerja tinggal terima upah. Dia juga udah kenal kali sama awak. Jadi kalau kerjaa gitu kan bagus bagus lah awak buat. Enggak enak awak udah di kasih uang, awak puas dia enggak puas. Makanya kerja di sini makin membaik lah keuanganku, banyak kerjaan.”Binharun Jadi dapat dilhat bahwa hubungan antara penduduk migan dan penduduk lokal saling membutuhkan satu sama lain. Dari hubungan kerja sama yang dijalin mereka juga berusaha untuk menyenangkan hati majikan atau pekerjanya. Keuntungan juga diperoleh bersama, dimana penduduk lokal lebih bisa mengelola pekerjaanya dan tujuan kedatangan si migran juga tercapai yaitu mendapatkan pekerjaan dengan hasil kerja kerasnya serta adanya perubahan dalam perekonomian keluarga.

4.3.4 Terjalin Hubungan Kekeluargaan

Hubungan yang terjalin baik serta saling membantu dalam aktivitas sehari-hari ternyata menjadi suatu nilai yang berharga di kehidupan bermasyarakat. Hubungan kekeluargaan juga bisa diperoleh meskipun tidak mempunyai ikatan darah. Menurut Robert R. Bell dalam Ihromi, 1999: 91 yang berjudul bunga rampai sosiologi keluarga menyatakan ada 3 jenis hubungan keluarga : Universitas Sumatera Utara A. Kerabat dekat Conventional kin Kerabat dekat terdiri atas individu yang terkait dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi, atau perkawinan, seperti suami istri, orang tua-anak, dan antar saudara Siblings. B. Kerabat Jauh discretionary kin Kerabat jauh terdiri atas indivdu yang terkait dalam kelurga melalui hubungan darah, adopsi, atau perkawinan, tetapi ikatan keluarga lebih lemah daripada kerabat dekat. Anggota kerabat jauh kadang-kadang tidak menyadari akan adanya hubungan kelurga tersebut. Hubungan yang terjadi diantara mereka biasanya karena kepentingan pribadi dan bukan karena adanya kewajiban sebagai anggota keluarga. Biasanya mereka terdiri atas paman, bibi, keponakan dan sepupu. C. Orang yang dianggap kerabat fictive kin Seseorang dianggap anggota kerabat karena adanya hubungan yang khusus, misalnya hubungan antara teman akrab. Sesuai dengan hasil temuan lapangan bahwa hubungan antara penduduk migran dan penduduk lokal tidak hanya sebatas hubungan berinteraksi atau hubungan pekerjaan. Hubungan mereka terlihat cukup dekat, bukan seperti hubungan majikan dengan buruh. Hubungan interaksi yang baik tersebut justru mengarah kepada hubungan kekeluargaan atau orang yang dianggap kerabat fictive kin. Hubungan kekeluargaan tersebut terlihat ketika si penduduk lokal memberikan sebuah penghormatan Marga Merga dalam bahasa Karo kepada penduduk migran yang bekerja Universitas Sumatera Utara bersamanya. Bukan menjadi hal yang mudah untuk memperoleh suatu penghormatan dari orang lain. Apalgi penghormatan tersebut adalah pengangkatan sebagai salah satu kerabat. Berikut hasil wawancara dengan informan. “Awalnya tujuan kami dulu sekeluarga pindah ke sini cuma buat merantaunya, carik makan. Kalau di kampung kami susah nyari kerja, terus tanah bapakpun enggaknya ada. Lama-lama di sini jadi kompak kali sama orang- orang sini. Udah jadi kenal semua. Makanya akupun lancar kali bahasa Karo. Terus waktu aku belum nikah dulu di kasih lah sama bapakku marga ginting, jadi keluarga ginting lah kami di sini. Kata bapak angkatku kemaren senang aku sama kalian, dilihatnya lah kami baik, ramah terus bisa jadi teman katanya. Bapak angkatku itupun jangan lagi kalian balek ke Siantar katanya karena udah ada pulak rumah di bangun di sini. Semenjak kerja dulu bapak sama bapak angkatku sampe sekarang memang udah keluarga kali lah kami. Adapun pesta anak bapak angkat itu kan di tulisnya nama bapak di situ.”Nila Pemberian gelar marga kepada penduduk migran adalah salah satu hal yang dilakukan penduduk lokal untuk menunjukkan rasa persaudaraannya. Penduduk lokal tidak memberikan marganya kepada sembarang orang. Ia akan memberikan marganya kepada seseorang jika ia mendapati bahwa seseorang tersebut bisa menjaga nama baik keluarganya, ramah, sopan santun, bisa di ajak bekerja sama dan sudah lama bekerja sama. Berikut hasil wawancara dengan informan. “Bapaknya si Nila itu di panggil pak kumis disini, dia memang udah keluarga kami. Beberapa tahun yang lalu kan udah kami sahkan lah dia jadi anggota keluarga kami. Awalnya karena rumah kita dekat, sering juga kami bercakap-cakap, dia jugak yang ngurusi ladang-ladang kita itu. Baik kali dia kulihat, udah macam adekku aja. Universitas Sumatera Utara Sama keluargaku yang lainpun perhatian kali dia kalau ada acara gitu di keluarga kami, ikutnya dia di situ. Isteri sama anak-anaknyapun polos kali kulihat la megogo bagel ah tidak banyak tingkah gitu lah. Udah lama juga dia kerja sama kita. Jadi rembuklah aku sama keluarga biar di angkat Pak kumis sekeluarga jadi kerabat kami. Setuju keluarga, ya udah kami sahkan, kami undang sangkep nggeluh kami ada ank beru, kalimbubu, lengkap semua. Terus ada kami buat makan makan waktu itu di rumah.”Terulin

4.3.5 Terjadi Amalgamasi