Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:
A. Adanya kontak sosial sosial-contact
Dalam bahasa latin cum bersama-sama dan Tango menyentuh. Secara harafiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak
baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, oleh karena orang dapat
mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya. Kontak sosial dapat pula bersifat primer dan skunder. Kontak primer terjadi
apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Sebaliknya kontak yang skunder memerlukan suatu perantara.
B. Adanya komunikasi
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Dalam komunikasi kemungkinan seringkali terjadi pelbagai macam penafsiran terhadap
tingkah laku orang lain. Seulas senyuman, misalnya dapat ditafsirkan sebagai keramah-tamahan, sikap bersahabat itu bahkan sebagai sikap sinis
dan sikap ingin menunjukan kemenangan. Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antara orang perorangan atau anatara
kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama Soekanto, 1990 :61-64.
2.2 Interaksionisme Simbolik
Pendekatan yang digunakan untuk mempelajari interaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan interaksionisme simbolik symbolic
Universitas Sumatera Utara
interactionism . Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead.
Dari kata interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan ini ialah interaksi sosial, kata simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam
interkasi. Herbert Blumer dalam Kamanto Sunarto 2004: 35-36, salah seorang
penganut pemikiran Mead, berusaha menjabarkan pemikiran Mead mengenai interaksionisme simbolik. Menurut Blumer pokok pikiran interaksionisme
simbolik ada tiga : A. Manusia bertindak act terhadap sesuatu Thing atas dasar makna
meaning yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. B. Makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari
interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya. C. Makna diperlukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran
interpretative process , yang digunakan orang menghadapi sesuatu yang
dijumpainya. Blumer dalam buku Poloma 2010:263 menyatakan keistimewaan
pendekatan kaum interaksionis simbolis ialah manusia dilihat saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan mereka dan bukan hanya saling bereaksi
kepada setiap tindakan itu menurut metode stimulus-repon. Seseorang tidak langsung memberi respon pada tindakan orang lain, tetapi didasari oleh pengertian
yang diberikan kepada tindakan itu. Ia menyatakan, “dengan demikian interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, oleh
kepastian makna dari tindakan-tindakan orang lain, Dalam kasus perilaku manusia, mediasi ini sama dengan penyisipan suatu proses penafsiran di antara
Universitas Sumatera Utara
stimulus dan repon”. Blumer berpandangan tidak mendesakkan prioritas dominasi kelompok atau struktur, tetapi melihat tindakan kelompok sebagai kumpulan dari
tindakan inividu: “masyarakat harus dilihat sebagai terdiri dari tindakan orang- orang, dan kehidupan masyarakat terdiri dari tindakan-tindakan orang itu”.
Blumer menunjukan ide ini dengan menujukan bahwa kelompok yang demikian merupakan respon pada situasi-situasi dimana orang menemukan dirinya.
Interaksionisme-simbolis yang diketengahkan Blumer dalam Margaret M. Poloma 2010 : 264-266 mengandung sejumlah “root images” atau ide-ide dasar,
yang dapat diringkas sebagia berikut: A.
Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi B.
Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain.
C. Obyek-obyek, tidak mempunyai makna yang intrinsik ; makna merupakan
produk interaksi-simbolis. D.
Manusia tidak hanya mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai obyek.
E. Tindakan manusia adalah tindakan interpretative yang dibuat oleh manusia
itu sendiri. F.
Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok: hal ini disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai;
“organisasi sosial dari prilaku tindakan-tindakan berbagai manusia”. Sebagian besar tindakan bersama terlumer dalam Polsebut berulang-ulang
dan stabil, melahirkan apa yang disebut para sosiolog sebagai “kebudayaan”dan “aturan sosial”.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Hubungan Antar-Kelompok