Belajar Bahasa Karo Pola Asimilasi antara Penduduk Migran dengan Penduduk Lokal

Berdasarkan hasil temuan di lapangan maka ada beberapa cara pendekatan yang dilakukan oleh penduduk penduduk migran.

4.4.1 Belajar Bahasa Karo

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, karena melalui komunikasilah masyarakat bisa saling menafsirkan prilaku satu sama lain. Bahasa Karo merupakan alat komunikasi masyarakat yang kerap dilakukan oleh penduduk setempat. Penduduk setempat lebih suka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibunya dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Hingga saat ini bahasa Karo tersebut terus dijaga dan penduduk menganggap bahwa hal yang memalukan ketika Suku Karo tidak mampu berbicara dalam bahasa Karo. Maka dari itu untuk mendekatkan diri dengan penduduk lokal dan menjalin komunikasi yang baik para migran berusaha untuk belajar memahami bahasa Karo. Karena melalui bahasa tersebut, penduduk migran bisa mengenal dan memahami kehidupan Kelurahan Tiga Binanga. Berikut hasil wawancara dengan informan. “waktu pertama kali aku kesini, bingung bingung lah aku. Mau kucakapi orang ya apa kutanya itu aja di jawabnya. Malas kulihat orang Karo ini ngomong pake bahasa indoensia. Kalau ngomongpun dia pake bahasa Indonesia campur-campur. Jadi agak berjarak kurasa hubungan kami. Tapi kulihatkan, kalau adalah orang yang bisa pake bahsa Karo ngomong udah ketawa-ketawa mereka kulihat, kompak kurasa dia bisa bercanda-bercanda. Jadi pelan- pelan belajarlah aku bahasa karo sama bosku. Lama-lama bisa jugaknya, mulai dari situ udah terus lah aku bisa dekat sama orang-orang sini. Kalok pake bahasa karo kita kan asik aja dibercandai.” Lesmi Universitas Sumatera Utara Melaui komunikasi yang aktif maka penduduk migran dan lokal bisa saling mengerti hingga memiliki kedekatan satu dengan yang lain. Hal tersebut juga dirasakan oleh migran yang lain. Berikut hasil wawancara dengan informan. “Dulunya sih belum ngerti pake bahasa Karo. Makanya bercanda-bercandanya cuma pake bahasa Indonesia aja. Enggak lama dulu kerja di sini langsungnya ngerti karena sering dengar. Kalau saya ketemu sama orang lain memang dipikir orangnya memang Orang Karo, katanya mukak saya mukak Orang Karo terus logat saya juga kan Karo kali. Makanya cocok kali aku Karo cangkokan. Udah mahir kali saya kalo ngomong jadi ketemu siapa saja langsung sapa, ngerumpi udah enggak canggung-canggung lagi kayak pertama dulu, dulu diam-diam saya, sekarang mana mau lagi diam-diam orang banyak teman bercakap.” Nurhayati

4.4.2 Belajar Mengenal Nilai dan Norma di Tengah-Tengah Masyarakat